Proses Penjualan Objek Agunan Melalui Lelang Tanpa Persetujuan

C. Proses Penjualan Objek Agunan Melalui Lelang Tanpa Persetujuan

Pemberi Hak Tanggungan Dapat Diajukan Sebagai Perbuatan Melawan Hukum. Hukum mengenai perkreditan modern yang dijamin dengan Hak Tanggungan mengatur perjanjian dan hubungan hutang - piutang tertentu antara kreditur dan Debitur, yang meliputi hak Kreditur untuk menjual lelang harta kekayaan tertentu yang ditunjuk secara khusus sebagai jaminan dan mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut, jika debitur cidera janji. Dalam mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut Kreditur pemegang Hak Tanggungan mempunyai hak mendahului daripada Kreditur - Kreditur lain droit de preference. Hak Tanggungan juga tetap membebani Objek Hak Tanggungan di tangan siapapun benda tersebut berada. Ketentuan ini berarti bahwa Kreditur pemegang Hak Tanggungan tetap berhak menjual objek lelang tersebut walaupun sudah dipindahkan haknya kepada pihak lain droit de suite. Pasal 21 Undang – Undang Hak Tanggungan memberikan jaminan terhadap hak dari pemegang Hak Tanggungan apabila pemberi Hak Tanggungan dinyatakan pailit artinya apabila pemberi Hak Tanggungan dinyatakan pailit, pemegang Hak Tanggungan tetap berwenang melakukan segala hak yang diperolehnya menurut ketentuan Undang-Undang Hak Tanggungan. Dengan demikian, Objek Hak Tanggungan tidak akan disatukan dengan harta kepailitan untuk dibagi kepada Kreditur - kreditur lain dari pemberi Hak Tanggungan. Ketentuan Pasal ini memberikan penegasan mengenai kedudukan Universitas Sumatera Utara yang preferen dari pemegang Hak Tanggungan terhadap Objek Hak Tanggungan terhadap Kreditur - Kreditur lain. Apabila Debitur cidera janji, objek Hak Tanggungan oleh Kreditur pemegang Hak Tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut cara yang ditentukan dalam Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku dan Kreditur pemegang Hak Tanggungan berhak mengambil seluruh atau sebagian dari hasil pelelangan tersebut untuk pelunasan piutang yang dijamin dengan Hak Tanggungan tersebut, dengan hak mendahului daripada Kreditur - Kreditur yang lain. Inilah yang disebut eksekusi Hak Tanggungan. Kreditur berhak mengambil pelunasan piutang yang dijamin dari hasil penjualan Objek Hak Tanggungan, dengan hak mendahului daripada Kreditur lain yang mempunyai peringkat yang lebih rendah atau yang bukan Kreditur pemegang Hak Tanggungan. dalam hal hasil penjualan itu lebih besar daripada piutang tersebut yang setinggi-tingginya sebesar nilai tanggungan, sisanya menjadi hak pemberi Hak Tanggungan untuk memenuhi kewajibannya yang lain. Hak Tanggungan bertujuan untuk menjamin utang yang diberikan pemegang Hak Tanggungan kepada Debitur. Apabila Debitur cidera janji, tanah hak atas tanah yang dibebani dengan Hak Tanggungan itu berhak dijual oleh pemegang Hak Tanggungan tanpa persetujuan dari pemberi Hak Tanggungan dan pemberi Hak Tanggungan tidak dapat menyatakan keberatan atas penjualan tersebut. Universitas Sumatera Utara Agar pelaksanaan penjualan itu dapat dilakukan secara jujur fair, Undang – Undang Hak Tanggungan mengharuskan agar penjualan itu dilakukan melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan perUndang-Undangan yang berlaku. Dengan ditentukannya oleh Pasal 20 ayat 1 Undang – Undang Hak Tanggungan. Pasal 6 Undang – Undang Hak Tanggungan memberikan kewenangan kepada pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual Objek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri. Dengan demikian pemegang Hak Tanggungan pertama tidak perlu meminta persetujuan terlebih dahulu dari pemberi Hak Tanggungan dan tidak perlu pula meminta Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Setempat untuk melakukan eksekusi tersebut. Pada prinsipnya setiap eksekusi harus dilakukan melalui pelelangan umum, karena dengan cara demikian diharapkan dapat diperoleh harga yang paling tinggi untuk Objek Hak Tanggungan yang dijual. Dalam keadaan tertentu apabila melalui pelelangan umum diperkirakan tidak menghasilkan harga tertinggi, atas kesepakatan pemberi dan pemegang Hak Tanggungan dan dipenuhinya syarat-syarat tertentu, dimungkinkan eksekusi dilakukan dengan cara penjualan Objek Hak Tanggungan oleh Kreditur pemegang Hak Tanggungan di bawah tangan, jika dengan cara demikian itu akan dapat diperolah haraga tertinggi yang menguntungkan semua pihak. Hal ini ditentukan dalam Pasal 20 ayat 2 Undang – Undang Hak Tanggungan. Penjualan Objek Hak Tanggungan “di bawah tangan” artinya penjualan yang tidak melalui pelelangan umum. Namun penjualan tersebut tetap wajib Universitas Sumatera Utara dilakukan menurut ketentuan PP No. 241997 tentang Pendaftaran tanah. Yaitu dilakukan di hadapan Pejabat Pembuat Akte Tanah yang membuat aktanya dan diikuti dengan pendaftarannya di Kantor Pertanahan. Dengan ketentuan seperti ini berarti Bank tidak mungkin melakukan penjualan di bawah tangan terhadap Objek Hak Tanggungan atau agunan kredit itu apabila Debitur tidak menyetujuinya karena penjualan di bawah tangan seperti ini hanya dapat dilakukan bila ada kesepakatan antara Pemberi dan Pemegang Hak Tanggungan. Dikuatirkan jual beli di bawah tangan dianggap merupakan transaksi yang melanggar hukum sehingga dapat terancam batal demi hukum atau dapat dibatalkan oleh Hakim atas permintaan pihak-pihak tertentu, termasuk atas permintaan pemberi hipotik itu sendiri, karena di dalam ketentuan Hipotik tidak secara tegas menentukan boleh atau tidak dilakukan penjualan dibawah tangan atas objek hipotik. Hal inilah yang menimbulkan banyak keraguan didalam masyarakat. Berdasarkan surat kuasa untuk menjual dibawah tangan dari pemberi Hak Tanggungan sebenarnya jual-beli itu sah saja akan tetapi apabila ternyata penjualan itu terjadi dengan harga yang jauh di bawah harga wajar, pemberi hak tanggungan dan Debitur itu sendiri dalam hal ini Debitur bukan pemilik objek hak tanggungan dapat mengajukan gugatan terhadap bank. Gugatan itu sendiri bukan diajukan terhadap pelaksanaan penjualannya, tetapi berdasarkan dalil bahwa penjualan Objek Hak Tanggungan harus dilakukan melalui pelelangan umum. Harga penjualan itu yang dinilai tidak wajar, dan dalil dapat diajukan oleh penggugat adalah bahwa bank telah melakukan perbuatan melawan hukum Universitas Sumatera Utara atau bertentangan dengan kepatutan atau bertentangan dengan keadilan atau bertentangan dengan asas itikad baik. Sesuai dengan asas kepatutan dan Itikad baik, bank tidak menentukan sendiri harga jual atas objek agunan dalam rangka penyelesaian kredit macet nasabah Debitur. Penaksiran harga dilakukan oleh suatu perusahaan penilai yang independen dan telah mempunyai reputasi baik. Dalam hal penjualan dilakukan dibawah tangan, dan harga tidak ditetapkan sendiri oleh bank, tetapi berdasarkan kesepakatan antara pemegang dan pemberi Hak Tanggungan atau berdasarkan penilaian harga oleh suatu perusahaan penilai yang independen. Menurut Pasal 20 ayat 3 Undang – Undang Hak Tanggungan, pelaksanaan penjualan di bawah tangan hanya dapat dilakukan setelah lewat waktu 1 satu bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan pemegang Hak Tanggungan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikit - sedikitnya dalam 2 dua surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan atau media massa setempat, serta tidak ada pihak yang menyatakan keberatan. Maksud dari ketentuan Pasal tersebut adalah untuk melindungi pihak-pihak yang berkepentingan, misalnya Pemegang Hak Tanggungan kedua, ketiga, dan kreditur lain dari Pemberi Hak Tanggungan. Pengumuman melalui media cetak selain surat kabar, dapat dilakukan misalnya melalui radio atau televisi. Apabila pemberi Hak Tanggungan atau Debitur dalam hal Debitur bukan pemilik Objek Hak Tanggungan ingin menghindari penjualan umum pelelangan atas Objek Hak Tanggungan, hal itu hanya dapat dilakukan apabila Universitas Sumatera Utara pemberi Hak Tanggungan atau debitur melakukan pelunasan hutang yang dijamin dengan Hak Tanggungan beserta biaya-biaya eksekusi yang telah dikeluarkan. Pelunasan itu masih tetap dapat dilakukan sampai saat pengumuman untuk lelang dikeluarkan. Untuk menjamin kepastian hukum serta memberikan perlindungan kapada pihak-pihak yang berkepentingan, ditetapkan sanksi administratif yang dapat dikenakan kepada para pelaksana yang bersangkutan, atas pelanggaran atau kelalaian dalam memenuhi berbagai ketentuan pelaksanaan tugasnya masing-masing. Selain itu apabila memenuhi syarat yang diperlukan, yang bersangkutan masih dapat digugat secara perdata danatau dituntut pidana. Sanksi administratif itu dapat berupa teguran lisan, teguran tertulis, pemberhentian sementara dari jabatan atau pemberhentian tetap dari jabatan, disesuaikan dengan berat ringannya pelanggaran atau kelalaian. Sanksi ini tertuju kepada PPAT dan notaris. Kemudahan dalam pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan dan diberikannya kepada Kreditur pemegang Hak Tanggungan kedudukan istimewa dalam bentuk “droit de preference dan droit de suite” merupakan ciri Hak Tanggungan sebagai suatu lembaga hak jaminan atas tanah yang khas dan kuat. Dalam hubungan dengan itu seluruh tata cara pembebanan Hak Tanggungan tersebut ketentuannya harus diatur secara rinci, yang perlu benar-benar diperhatikan agar keistimewaan yang disediakan dapat dinikmati oleh Kreditur yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara Menurut hukum, apabila Debitur cidera janji, baik Kreditur pemegang Hak Tanggungan maupun Kreditur biasa dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada Pengadilan melalui gugatan perdata. Tetapi kita mengetahui penyelesaian utang-piutang melalui acara tersebut memakan waktu dan biaya. Maka dengan diadakannya Lembaga Hak Tanggungan disediakan cara penyelesaian yang khusus tersebut. Apabila pemberi Hak Tanggungan dinyatakan pailit, maka Kreditur Pemegang Hak Tanggungan tetap berwenang melakukan segala hal yang diperolehnya menurut Undang – Undang Hak Tanggungan. Dalam jangka waktu 90 hari terhitung sejak diputuskan bahwa pemberi Hak Tanggungan dinyatakan pailit, seluruh harta kekayaan Pemberi Hak Tanggungan yang dijaminkan akan dikuasai oleh Kurator sampai masalah pelunasan hutang antara pemberi dan penerima Hak Tanggungan selesai dan penyelesaian masalah ini ditangani oleh Pengadilan Niaga. 47

D. Kasus Posisi Atas Putusan Pengadilan Negeri Nomor : 348PDT.