Taraf Kesukaran p Daya Pembeda D

dimana: : reliabilitas yang dicari ∑ : jumlah varians skor tiap butir soal : varians total : banyaknya butir soal : banyaknya peserta tes Koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00 sampai +1,00. Berikut adalah kriteria koefisien korelasi Arikunto, 2012: 89: Tabel 3.2 Kriteria Koefisien Korelasi Koefisien korelasi Klasifikasi Sangat rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat tinggi Berdasarkan analisis tes uji coba butir soal pilihan ganda diperoleh nilai sehingga termasuk dalam kriteria reliabilitas tinggi sedangkan pada butir soal uraian diperoleh sehingga termasuk dalam kriteria reliabilitas tinggi. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12 dan 17.

3.7.3 Taraf Kesukaran p

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran difficulty index. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Di dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol p proporsi, singkatan dari kata “proporsi”. Rumus yang digunakan untuk mencari taraf kesukaran butir soal pilihan ganda menurut Arikunto 2012: 223 adalah Keterangan: : Indeks kesukaran : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar : Jumlah seluruh siswa peserta tes Sedangkan untuk mencari taraf kesukaran butir soal uraian menurut Arifin 2012: 135, digunakan rumus sebagai berikut. Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut Arikunto, 2012: 225: Tabel 3.3 Indeks Kesukaran Besarnya p Interpretasi Sukar Cukup Sedang Terlalu Mudah Berdasarkan analisis tes uji coba butir soal pilihan ganda diperoleh butir soal nomor 1, 2, 4 dan 5 tergolong sedang, butir soal nomor 3, 6, 7 dan 8 tergolong sukar. Sedangkan untuk butir soal uraian nomor 1, 2, 3 dan 4 tergolong sedang, butir soal nomor 5 dan 6 tergolong sukar. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13 dan 18.

3.7.4 Daya Pembeda D

Daya beda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh berkemampuan rendah Arikunto, 2012: 226. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D d besar. Indeks diskriminasi ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika sesuatu soal “terbalik” menunjukkan kualitas testee. Yaitu anak pandai tidak bisa mengerjakan soal tetapi anak kurang pandai bisa mengerjakan soal. Dengan demikian ada tiga titik pada daya pembeda, yaitu: Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab dengan benar oleh siswa yang pandai saja. Soal yang mempunyai daya pembeda paling besar yaitu 1,00 merupakan soal di mana seluruh kelompok atas mampu menjawab soal tersebut dengan benar, dan seluruh kelompok bawah menjawab salah. Daya pembeda negatif Daya pembeda rendah Daya pembeda tinggi positif -1,00 0,00 1,00 Berikut klasifikasi daya pembeda Arikunto, 2012: 228: Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda Daya Pembeda D Kriteria 0,71 – 1,00 0,41 – 0,70 0,21 – 0,40 0,00 – 0,20 Sangat baik excellent Baik good Cukup satistifactory Jelek poor Bertanda negatif Jelek Sekali Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung besar kecilnya angka indek diskriminasi butir soal pilihan ganda adalah sebagai berikut Arikunto, 2012: 228: Keterangan: : Banyaknya peserta kelompok atas : Banyaknya peserta kelompok bawah : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Sedangkan rumus yang digunakan untuk menghitung besar kecilnya angka indek diskriminasi butir soal uraian menurut Arifin 2012: 133 adalah sebagai berikut. Keterangan: D : daya pembeda MA : rata-rata skor kelompok atas MB : rata-rata skor kelompok bawah maks : skor maksimal Butir soal yang digolongkan sebagai soal yang baik dan ideal untuk siswa adalah butir soal yang mempunyai daya pembeda 0,30 sampai dengan 0,70 Arikunto, 2012: 232. Berdasarkan analisis tes uji coba diperoleh butir soal pilihan ganda nomor 1 baik, butir soal nomor 2, 4, 5, dan 6 sangat baik sedangkan butir soal nomor 3, 7 dan 8 cukup. Untuk butir soal uraian nomor 4 baik, butir soal nomor 1 dan 2 sangat baik, butir soal nomor 3 dan 5 cukup sedangkan butir soal nomor 6 jelek. Untuk perhitungan lebih lengkap dan hasil rekapnya dapat dilihat pada lampiran 14 dan 19.

3.7.5 Rangkuman Hasil Analisis Uji Coba Butir Soal

Dokumen yang terkait

Meningkatkan kemandirian siswa dalam belajar matematika melalui pendekatan open ended

3 25 150

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MODEL PBL UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KARAKTER MATERI SEGIEMPAT

0 32 332

PENERAPAN MODEL BELAJAR TUNTAS UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB DAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA Penerapan Model Belajar Tuntas Untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Dan Kemandirian Belajar Matematika ( PTK Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMP N

0 0 17

PENERAPAN MODEL BELAJAR TUNTAS UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB DAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA Penerapan Model Belajar Tuntas Untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Dan Kemandirian Belajar Matematika ( PTK Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMP N 1

0 0 14

PENERAPAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG.

1 2 63

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP N 1 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PADA POKOK BAHASAN LUAS DAERAH SEGIEMPAT MELALUI PEMBELAJARAN PENDEKATAN OPEN-ENDED.

0 7 179

Penerapan Model pembelajaran STAD dengan Pendekatan Open Ended untuk Meningkatkan Tingkat Berfikir Kreatif dan hasil Belajar Siswa.

0 0 16

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VII.

1 1 337

Penerapan Pendekatan Open Ended untuk Me

0 1 2

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN OPEN-ENDED MATERI JARING-JARING BALOK DAN KUBUS KELAS IV SD WONOKETINGAL 1

0 0 18