PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VII.

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu cita-cita negara Indonesia yang mendapat perhatian dari pemerintah. Perhatian yang diberikan berupa pengembangan dan evaluasi sistem pendidikan di Indonesia peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah sebagai batas minimal penyelenggaraan pembelajaran pada satuan pendidikan agar tidak terjadi kesenjangan yang jauh antar daerah. Aturan yang dibuat mencakup berbagai aspek sistem pendidikan mulai dari kurikulum sekolah sampai peran dan tugas guru. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 10 merumuskan kompetensi-kompentensi yang harus dimiliki seorang guru yaitu kompetensi pendagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran siswa yang meliputi pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan salah satu cakupan kompetensi pendagogik guru yang penting untuk dilakukan dengan maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Maitree Inprashita (2006: 169) “Much of the research supports the idea that teacher preparation is important …”. Maknanya adalah banyak penelitian setuju dengan pendapat yang menyatakan


(2)

2 bahwa keterampilan guru membuat perencanaan pembelajaran merupakan hal yang penting. Perencanaan pembelajaran di Sistem Pendidikan Indonesia pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) telah diatur dalam Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Seorang guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas tempat guru tersebut mengajar. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Hal-hal tersebut dapat diwujudkan dengan menyusun RPP yang sesuai dengan karakteristik siswa, karakteristik kurikulum dan karakteristik materi. Guru-guru telah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) baik secara individu maupun melalui MGMP. Guru yang merencanakan pembelajaran diharapkan mampu merancang pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa, agar dapat mengantar siswa dalam memahami materi pembelajaran. Namun sebagian besar guru belum membuat RPP yang sesuai dengan karakteristik siswa, hal ini dapat dilihat dari penggunaan pendekatan pembelajaran yang masih berpusat pada guru.

Usia siswa sekolah menengah pertama merupakan usia remaja yang mempunyai karakter ingin mencoba hal-hal yang baru dan penuh rasa ingin tahu. Karakter ingin tahu tersebut bisa dijadikan peluang guru untuk memperbarui pendekatan yang digunakan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


(3)

3 seperti menggunakan pendekatan open-ended. Pendekatan open-ended merupakan salah satu alternatif pendekatan yang sesuai dengan karakteristik siswa SMP karena pendekatan open-ended merupakan pendekatan pembelajaran matematika yang memiliki strategi pemberian masalah open-ended pada awal pembelajaran sehingga siswa dapat menyalurkan rasa ingin tahunya.

Menurut Maitree Inprashita (2006: 171) “Mathematical activities generated by open-ended problems are very rich and subtle so as teachers can evaluate student’s higher order-thinking skills”. Maknanya yaitu aktivitas matematika yang menggunakan permasalahan open-ended memiliki soal yang kaya dan cerdik sehingga guru dapat mengevaluasi kemampuan high order thinking siswa. Rasa ingin tahu dalam pembelajaran matematika dapat disalurkan melalui pemberian soal-soal yang kaya. Soal yang kaya adalah soal yang memungkinkan siswa untuk mempunyai cara masing-masing dalam menyelesaikannya sesuai dengan kemampuan kognitifnya. Siswa yang menemukan caranya masing-masing kemudian harus mengkomunikasikannya kepada guru dan teman-temannya untuk mencapai kesimpulan bersama. Komunikasi yang dilakukan siswa memerlukan kemampuan komunikasi matematis. Komunikasi matematis bukan hanya sekedar kemampuan menyampaikan pesan secara lisan namun juga dalam hal penggunaan simbol-simbol matematika, pemilihan strategi menyelesaikan masalah, dan kemampuan menjelaskan. Keterampilan dalam komunikasi matematis akan membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan efektif. Komunikasi dalam


(4)

4 pembelajaran matematika merupakan hal yang penting sesuai dengan yang diungkapkan oleh NCTM (2000: 60)

Communication is an essential part of mathematics and mathematics education. It is a way of sharing ideas and clarifiying understanding. Through communication, ideas become object of reflection, refinement, discussionm and amandement. The communication process also helps build meaning. When students are challenged to think and reason about mathematics and to communicate the result of their thinking to the other orally or in writing, they learn to be clear an convincing.

Maknanya, komunikasi merupakan bagian penting dari matematika dan pendidikan matematika. Komunikasi adalah cara untuk berbagi ide dan mengklarifikasi suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide menjadi objek refleksi, perbaikan, diskusi, dan perubahan. Proses komunikasi juga membangun pemahaman. Ketika siswa tertantang untuk berpikir dan berpendapat tentang matematika dan mengkomunikasikan hasil pemikirannya kepada orang lain baik secara lisan maupun tertulis, mereka berlatih untuk menjelaskan dan meyakinkan. Oleh karena itu kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan yang penting untuk dikuasai siswa.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun menggunakan pendekatan open-ended diharapkan sesuai dengan karakteristik siswa SMP serta membantu siswa melatih kemampuan komunikasi matematis. RPP yang disusun dilengkapi dengan salah satu bahan ajar yaitu berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) digunakan sebagai sarana untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa dan meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) diharapkan dapat


(5)

5 membantu siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran karena di dalam Lembar Kegiatan Siswa (LKS) terdapat petunjuk-petunjuk kegiatan yang memudahkan guru untuk memberi instruksi kepada siswa. Menurut Theresia Widyatini (2013: 2), manfaat dari Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah memudahkan guru melaksanakan pembelajaran serta bagi siswa akan melatih untuk belajar secara mandiri dan belajar memahami suatu tugas secara tertulis.

Beberapa guru telah aktif menyusun sendiri Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan karakteristik siswa, namun beberapa dari guru masih mengandalkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dijual di pasaran. Sebagian LKS yang dijual di pasaran hanya berisi soal latihan dengan tipe soal tertutup yaitu hanya memiliki satu jawaban. Hal ini kurang menstimulus rasa ingin tahu siswa dan keinginan siswa untuk memberikan alasan pada jawaban mereka sehingga tidak memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya. Stimulus tersebut akan diperoleh jika LKS dikembangkan menggunakan pendekatan open-ended karena LKS akan memuat permasalahan open-ended dengan jawaban benar yang berbeda sehingga siswa terstimulus untuk mempertahankan jawaban dengan memberi penjelasan dan alasan. Hal ini akan melatih kemampuan komunikasi matematis siswa sehingga memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran. Materi matematika saling berhubungan pada satu tingkat ke tingkat yang lain sehingga jika seorang siswa tidak memahami suatu materi di SMP, kemungkinan siswa tersebut akan kesulitan


(6)

6 untuk mengikuti pengembangan materi yang sama di tingkat SMA dan tingkat selanjutnya.

Salah satu materi pembelajaran matematika adalah materi geometri. Materi geometri merupakan materi dasar yang diberikan sejak awal dan berkesinambungan di setiap tingkat satuan pendidikan termasuk salah satu materi geometri pada kelas VII Sekolah Menengah Pertama semester dua yaitu materi segi empat dan segitiga. Materi ini akan terus digunakan oleh siswa sampai tingkat sekolah tinggi sehingga siswa harus memahami konsep segitiga dan segi empat dengan baik. Selain itu, materi geometri juga sesuai untuk melatih kemampuan komunikasi matematis karena dalam Kompetensi Dasar (KD) materi segitiga dan segi empat kelas VII memberikan kesempatan kepada siswa untuk menganalisis karakteristik berbagai bentuk segitiga dan segi empat serta memberikan kesempatan untuk memberikan alasan pada saat memecahkan suatu permasalahan. Inovasi pembelajaran pada materi ini sangat diperlukan melihat hasil persentase daya serap Ujian Nasional tahun 2015 yang menunjukkan bahwa dari keempat kemampuan yang diujikan, kemampuan bangun geometris memiliki skor paling rendah baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat provinsi DIY serta tingkat KOTA Yogyakarta seperti yang disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1. Daya Serap Matematika UN SMP Tahun 2014/2015 Kemampuan Yang Diuji Kota Provinsi Nasional Operasional Bilangan 71,89 63,30 60,64 Operasi Aljabar 66,07 58,00 57,28 Bangun Geometris 63,09 55,19 52,04 Statistika dan Peluang 71,08 63,87 60,78

Penjabaran di atas menunjukkan bahwa RPP merupakan bagian penting dari proses pembelajaran. RPP disusun sesuai dengan karakteristik siswa sehingga


(7)

7 mampu mengaktualisasikan potensi yang dimiliki siswa dengan memanfaatkan berbagai pilihan bahan ajar seperti LKS. Selain itu diperlukan usaha untuk meningkatkan daya serap pada UN SMP pada kemampuan bangun geometris. Oleh karena itu perlu dikembangkan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS menggunakan pendekatan open-ended pada materi segitiga dan segi empat untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP kelas VII. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Skor daya serap UN SMP materi geometris terendah di antara materi lain. 2. RPP yang digunakan tidak sesuai dengan karakteristik siswa.

3. LKS yang digunakan hanya berisi soal latihan.

4. LKS yang digunakan tidak memfasilitasi kemampuan komunikasi matematis siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ditemukan maka perangkat pembelajaran yang dikembangkan dibatasi berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Variasi pendekatan yang sesuai dengan karakteristik siswa dibatasi yaitu Pendekatan Open-Ended. Perangkat pembelajaran berorientasi pada kemampuan komunikasi matematis. Pengembangan dibatasi pada materi segitiga dan segi empat kelas VII SMP.


(8)

8 D. Perumusan Masalah

1. Bagaimana kevalidan perangkat pembelajaran segitiga dan segi empat berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan open-ended untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII?

2. Bagaimana kepraktisan perangkat pembelajaran segitiga dan segi empat berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan open-ended untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII?

3. Bagaimana keefektifan perangkat pembelajaran segitiga dan segi empat berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan open-ended untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII?

E. Tujuan Penelitian

1. Menghasilkan perangkat pembelajaran segitiga dan segi empat berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan open-ended untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII yang valid.

2. Menghasilkan perangkat pembelajaran segitiga dan segi empat berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan open-ended untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII yang praktis.


(9)

9 3. Menghasilkan perangkat pembelajaran segitiga dan segi empat berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan open-ended untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII yang efektif.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

Peningkatan aktivitas serta hasil belajar siswa khusunya pada pembelajaran matematika dan kemampuan komunikasi matematis siswa. Mempermudah siswa dalam memahami materi dan bekerjasama dengan siswa lain.

2. Bagi Peneliti

Menambah wawasan mengenai pengembangan perangkat pembelajaran yang relevan dengan pendekatan yang digunakan.

3. Bagi Guru


(10)

10 BAB II KAJIAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Perangkat Pembelajaran Segitiga dan Segi Empat SMP dengan Pendekatan Open-Ended

a. Pengertian Perangkat Pembelajaran

Menurut Nazarudin (2007: 111) perangkat pembelajaran adalah segala sesuatu atau beberapa persiapan yang disusun oleh guru baik secara individu maupun berkelompok agar pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan secara sistematis dan memperoleh hasil seperti yang diharapkan, sedangkan perangkat pembelajaran yang dimaksud terdiri atas Analisis Pekan Efektif, Program Tahunan, Program Semester, Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, dan Kriteria Ketuntasan Minimal. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

b. Jenis Perangkat Pembelajaran

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Menurut Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).


(11)

11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran memiliki beberapa komponen yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Identitas 2. Indikator

3. Tujuan pembelajaran 4. Materi pembelajaran 5. Metode pembelajaran

6. Langkah-langkah pembelajaran 7. Sumber belajar

8. Penilaian hasil belajar

Komponen-komponen tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam langkah-langkah penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran seperti berikut. 1. Mengisi Identitas

Identitas memuat nama mata pelajaran, sekolah, kelas/semester, alokasi waktu, SK dan KD.

2. Merumuskan indikator

Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan teramati. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.


(12)

12 Tujuan pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang ditarget dalam perencanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar.

4. Mengidentifikasi materi pembelajaran

Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok yang ada dalam silabus.

5. Menentukan metode pembelajaran

Metode bisa diartikan sebagai cara yang dipilih atau model atau pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran

6. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran

Langkah-langkah pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan, yaitu kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pembelajaran diwujudkan melalui penggunaan metode, pendekatan atau model yang dipilih dan bervariasi. 7. Menentukan sumber belajar

Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, nara sumber, alat, dan bahan.

8. Menetapkan penilaian

Penilaian terdiri atas tiga hal penting yaitu teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen penilaian. Penilaian pencapaian kompetensi dasar siswa dilakukan berdasarkan indikator yang telah disusun. Jika penilaian menggunakan


(13)

13 tes tertulis uraian atau berupa proyek maka penilaian harus disertai rubrik penilaian.

Sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, penyusunan RPP memiliki beberapa prinsip sebagai berikut.

1. Memperhatikan perbedaan individu siswa

RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai dan/atau lingkungan siswa.

2. Mendorong partisipasi aktif siswa

Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada siswa untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian dan semangat belajar.

3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis

Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman belajar bacaan dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut

RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

5. Keterkaitan dan keterpaduan

RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian


(14)

14 kompetensi, penilaian dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.

6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi

RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

RPP yang baik adalah RPP yang mencakup seluruh komponen-komponen RPP serta dalam penyusunannya memperhatikan prinsip-prinsip RPP.

2) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Menurut Theresia Widyantini (2013: 3) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan siswa yang berisi petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa. Menurut Abdul Majid (2006:176) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah lembaran tugas berupa petunjuk atau langkah-langkah kegiatan dari guru kepada siswa untuk mempermudah siswa dalam menyelesaikan suatu tugas.

Komponen Lembar Kegiatan Siswa (LKS) menurut Depdiknas (2008: 23) terdiri dari judul, KD yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan


(15)

15 yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan.

Menurut Depdiknas (2008: 23) langkah penyusunan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis kurikulum

Menganalisis kurikulum untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Materi ditentukan dengan cara melihat materi pokok dan pengalaman belajar dari materi yang akan diajarkan dan kompetensi yang harus dimiliki siswa.

2. Menyusun peta kebutuhan Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Peta kebutuhan LKS digunakan untuk menentukan urutan dan jumlah LKS yang harus ditulis. Pada tahap ini dilakukan analisis sumber belajar.

3. Menentukan judul Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Judul LKS ditentukan atas dasar KD, materi pokok, atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu KD dapat dijadikan sebagai satu judul apabila kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya KD dapat dideteksi dengan cara diuraikan ke dalam materi pokok. Materi pokok yang lebih dari empat sebaiknya dipecah menjadi dua LKS.

4. Menulis Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Penulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut: a. Perumusan KD yang harus dikuasai

b. Menentukan alat penilaian c. Penyusunan materi


(16)

16 Menurut Depdiknas (2008: 28) setelah bahan LKS selesai ditulis maka LKS tersebut harus dievaluasi kelayakannya sesuai dengan komponen evaluasi yang mencakup komponen kelayakan isi, komponen kebahasaan, komponen sajian, dan komponen kegrafikan.

1. Komponen kelayakan isi antara lain: a. Kesesuaian dengan SK dan KD

b. Kesesuaian dengan perkembangan anak c. Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar d. Kebenaran substansi materi pembelajaran e. Manfaat untuk penambahan wawasan

f. Kesesuaian dengan nilai moral dan nilai-nilai sosial 2. Komponen kebahasaan antara lain:

a. Keterbacaan

b. Kejelasan informasi

c. Kesesuaian dengan Kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar d. Pemanfaantan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat) 3. Komponen penyajian antara lain:

a. Kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai b. Urutan sajian

c. Pemberian motivasi dan daya tarik

d. Interaksi (pemberian stimulus dan respons) e. Kelengkapan informasi


(17)

17 a. Penggunaan jenis dan ukuran huruf

b. Layout atau tata letak c. Ilustrasi, gambar, dan foto d. Desain tampilan

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, komponen evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur kelayakan LKS pada penelitian ini mencakup komponen kelayakan isi, komponen kebahasaan, komponen sajian dan komponen kegrafikan.

c. Segitiga dan Segi Empat SMP

Materi segitiga dan segi empat termasuk materi geometri yang diberikan pada kelas VII. Standar kompetensi geometri pada kelas VII yang akan digunakan pada penelitian ini adalah standar nomor 6 yaitu “Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya”, sedangkan kompetensi dasarnya adalah sebagai berikut.

1.1 Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya.

1.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajar genjang, belah ketupat dan layang-layang.

1.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.

1.4 Melukis segitiga, garis tinggi, garis bagi, garis berat dan garis sumbu. d. Pendekatan Pembelajaran

Menurut Sa’adun Akbar (2013: 45) pendekatan pembelajaran adalah cara pandang untuk membelajarkan siswa melalui pusat perhatian tertentu. Menurut Iif


(18)

18 Khoiru Ahmadi (2011: 4), pendekatan pembelajaran bisa diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Pendekatan pembelajaran mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatarbelakangi metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dari pendekatannya terdapat dua jenis pendekatan pembelajaran yaitu:

1. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach)

2. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach)

e. Pendekatan Open-Ended

Menurut Oh Nam Kwon (2006: 52) “The open-ended approach is a pedagogical strategy that aims to produce creative mathematics activities that

stimulate the students‟ curiosity and cooperation in the course of tackling

problems.” Maknanya pendekatan open-ended adalah strategi pendagogik yang bertujuan untuk memunculkan aktivitas matematika yang kreatif yang menstimulus rasa ingin tahu siswa dan kerja sama saat pembelajaran untuk memecahkan permasalahan. Sesuai pendapat tersebut maka pendekatan open-ended merupakan salah satu pendekatan yang berorientasi kepada siswa.

Maitree Insprasitha (2006:170) mengungkapkan”This approach started with having students engaging in open-ended problems which are formulated to

have multiple correct answers “incomplete” or “open-ended”. Maknanya yaitu pendekatan ini dimulai dengan memberikan siswa permasalahan open-ended yang


(19)

19 diformulasikan memiliki jawaban benar lebih dari satu yang incomplete atau ended. Sesuai pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa pendekatan open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang prosesnya diawali dengan pemberian permasalahan open ended yang memiliki jawaban benar lebih dari satu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Oh Nam Kwon (2006:52) yang menyatakan bahwa sebuah permasalahan incomplete adalah permasalahan yang memunculkan berbagai jawaban benar, permasalahan ini juga disebut sebagai permasalahan open-ended dan metode yang digunakan disebut sebagai pendekatan open atau pendekatan open-ended.

Proses menemukan cara penyelesaian merupakan hal penting dalam pemberian permasalahan open-ended seperti yang diungkapkan oleh Mary M. Hatfield dkk (2008: 103),”The open ended questions has a number of possible solutions, so the process of solving the problem becomes more important than the

answer itself”. Maknanya adalah permasalahan open-ended memiliki beberapa kemungkinan penyelesaian sehingga proses dalam memecahkan masalah adalah hal yang lebih penting dibandingkan dengan jawaban dari soal itu sendiri. Hal serupa juga diungkapkan oleh Becker & Shimada (Oh Nam Kwon, 2006:52),“Assignment of an „incomplete problem,‟ not only to open many possible avenues for different solutions, but also to discover new approaches by combining previously learned knowledge”. Maknanya adalah pemberian sebuah permasalahan incomplete tidak hanya untuk memunculkan kemungkinan banyak cara untuk menemukan jawaban benar yang berbeda, namun juga untuk memunculkan pendekatan cara menyelesaikan soal dengan mengkombinasikan


(20)

20 pengetahuan yang telah dimiliki. Permasalahan open-ended mampu memberikan kesempatan siswa untuk memunculkan berbagai cara menyelesaikan masalah yang diberikan.

Dari berbagai definisi tersebut diperoleh bahwa pendekatan open-ended merupakan proses pembelajaran yang ditandai dengan pemberian permasalahan open-ended kepada siswa sehingga menumbuhkan kreativitas siswa dan keingintahuan siswa terhadap penyelesaian suatu permasalahan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sehingga memunculkan beragam pendekatan atau cara penyelesaian.

Salah satu hal yang paling utama dalam pendekatan open-ended adalah mengonstruksi pemasalahan open-ended yang diberikan kepada siswa. Menurut Ali Mahmudi (2008: 3) aspek keterbukaan dalam permasalahan open-ended dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tipe, yaitu:

1. Terbuka proses penyelesaiannya, yakni soal itu memiliki beragam cara penyelesaian.

2. Terbuka hasil akhirnya, yakni soal itu memiliki banyak jawaban benar.

3. Terbuka pengembangan lanjutannya, yakni ketika siswa telah menyelesaikan sesuatu, selanjutnya mereka dapat mengembangkan soal baru dengan mengubah syarat atau kondisi pada soal yang telah diselesaikan.

Setelah mengonstruksi permasalahan open-ended maka permasalahan berikan sesuai dengan langkah-langkah pendekatan open-ended. Langkah-langkah pendekatan open-ended menurut Maitree Inprashita (2006:171) yaitu:


(21)

21

In terms of teaching method, one “open-ended” problem is posed to the students first, then, proceeds by using many correct answer to the given problem to provide experience in finding something new during the problem-solving process.

Maknanya adalah dalam metode pembelajarannya, permasalahan open-ended disajikan kepada siswa terlebih dahulu kemudian dengan menggunakan banyak jawaban benar pada permasalahan yang diberikan digunakan untuk memberikan pengalaman dalam menemukan sesuatu yang baru selama proses pemecahan masalah.

Supratman (2010: 854) mengembangkan rencana pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini: (1) menyajikan masalah, (2) mengorganisasikan pembelajaran, (3) memperhatikan dan mencatat respons siswa, (4) menyimpulkan.

1. Menyajikan masalah

Pada tahap menyajikan masalah guru memberikan pengertian dan bimbingan akan pentingnya materi yang disajikan di dalam kehidupan sehari-hari, serta memberikan penjelasan tentang masalah yang harus dijawab siswa.

2. Mengorganisasikan pembelajaran

Pada tahap ini, guru mengkondisikan siswa ke dalam pembelajaran agar anak terlibat secara aktif untuk dapat menemukan pemecahan masalah. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok belajar atau dapat juga secara individual.


(22)

22 Guru memperhatikan siswa ketika mencoba mencari pemecahan masalah, berperan sebagai fasilitator, jika siswa mengalami kesulitan dalam menempuh jawaban permasalahan, guru memberikan penjelasan seperlunya.

4. Menyimpulkan hasil pembelajaran

Pada tahap ini anak dengan bantuan bimbingan guru membuat rangkuman berupa kesimpulan alternatif jawaban yang benar, hasil dari pemecahan masalah yang dibuat masing-masing kelompok.

Tahap mengorganisasikan pembelajaran, memperhatikan dan mencatat respons siswa, dan menyimpulkan hasil pembelajaran merupakan tahapan-tahapan proses siswa dengan menggunakan banyak jawaban benar dari permasalahan yang diberikan untuk menemukan sesuatu yang baru dalam proses pemecahan masalah kemudian guru membimbing siswa untuk menyimpulkan secara bersama-sama agar siswa lebih yakin dengan jawaban masing-masing.

Berdasarkan berbagai pendapat mengenai langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended maka langkah-langkah yang akan digunakan pada penelitian ini adalah menyajikan masalah, mengorganisasikan pembelajaran, memperhatikan dan mencatat respons siswa, dan menyimpulkan hasil pembelajaran.

Tujuan dari pendekatan open-ended menurut Oh Nam Kwon (2006:52) yaitu “The open-ended approach is a pedagogical strategy that aims to produce


(23)

23

creative mathematics activities that stimulate the students‟ curiosity and cooperation in the course of tackling problems”. Maknanya adalah pendekatan open-ended adalah strategi pendagogik yang bertujuan untuk memunculkan aktivitas kreatif matematika yang menstimulus keingintahuan siswa dan kemampuan kerjasama dalam memecahan masalah.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka harus diperhatikan beberapa prinsip pendekatan open-ended seperti yang disebutkan oleh Eman Suherman (2001:114) yaitu:

1. Kegiatan siswa harus terbuka

Kegiatan terbuka adalah kegiatan yang harus mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas sesuai kehendak mereka. 2. Kegiatan matematika adalah ragam berpikir

Kegiatan matematika adalah kegiatan yang didalamnya terjadi proses pengabstraksian dari pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam dunia matematika atau sebaliknya. Kegiatan matematika yang kaya dapat melatih keterampilan siswa dalam menggeneralisasi dan mendiversifikasi suatu masalah. 3. Kegiatan siswa dan kegiatan matematika merupakan satu kesatuan.

Kegiatan siswa untuk melakukan kegiatan matematika dengan memecahkan masalah dengan sendiri akan mendorong potensi mereka untuk melakukan kegiatan matematika pada tingkat berpikir yang lebih tinggi. Dengan demikian guru tidak perlu mengarahkan siswa memecahkan masalah dengan pola atau cara yang sudah ditentukan, sebab menghambat kebebasan berpikir siswa untuk menemukan cara baru menyelesaikan masalah.


(24)

24 Menurut Erman Suherman (2001:121), pendekatan open-ended memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan yang dapat dijadikan pertimbangan utnuk pemilihan pendekatan dalam suatu pembelajaran. Keunggulan pendekatan open-ended antara lain:

1. Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.

2. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematis secara komprehensif

3. Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespons permasalahan dengan cara mereka sendiri

4. Siswa secara instrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan 5. Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam

menjawab permasalahan

Sedangkan kelemahan dari pendekatan open-ended antara lain:

1. Membuat dan menyiapkan masalah matematis yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan yang mudah

2. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami oleh siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaiman merespons permasalahan yang diberikan

3. Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka

4. Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.


(25)

25 2. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Segitiga dan Segi Empat

a. Jenis-Jenis Penelitian Pengembangan

Menurut Endang Mulyatiningsih (2012: 161) penelitian pengembangan bertujuan untuk menghasilkan suatu produk baru melalui proses pengembangan produk. Produk penelitian pengembangan dalam pendidikan dapat berupa model, media, peralatan, buku, modul, alat evaluasi, dan perangkat pembelajaran. Setiap produk memiliki prosedur penelitian dan pengembangan yang berbeda sehingga terdapat beberapa jenis penelitian pengembangan seperti pengembangan model pembelajaran, perangkat tes, manajemen sistem basis data, media audio visual, dan sistem pembelajaran.

Pengembangan model pembelajaran mengacu pada metode penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Brog dan Gall (Endang Mulyatiningsih, 2012: 163) yang terdiri atas 10 tahapan yaitu (1) Research and Information Collection, (2) Planning, (3) Develop Preliminary Form of Product, (4) Preliminary Field Testing, (5) Main Product Revision, (6) Main Field Testing, (7) Operational Product Revision, (8) Operational Field Testing, (9) Final Product Revision, dan (10) Dissemination and Implemention.

Pengembangan perangkat tes yang dilakukan pendidik adalah untuk keperluan evaluasi pembelajaran atau penyusunan bank soal. Pengembangan perangkat tes mengacu pada 10 langkah pengembangan menurut McIntire (Endang Mulyatiningsih, 2012: 166) yaitu (1) Defining the test universe, audience, and purpose, (2) Developing a test plan, (3) Composing the test items, (4) Writing the administration instructions, (5) Conduct piloting test, (6) Conduct


(26)

26 item analysis, (7) Revising the test, (8) Validation the test, (9) Developing norms, dan (10) Complete test manual.

Pengembangan manajemen sistem basis data yang digunakan dalam dunia pendidikan untuk keperluan pengembangan basis data akademik, basis data sekolah, media pembelajaran, perangkat e-learning, dan lain-lain. Pengembangan ini memiliki empat langkah utama yaitu (1) Analisis kebutuhan pengembangan program, (2) Perancangan program, (3) Pembuatan program, dan (4) Pengujian dan evaluasi program.

Pengembangan media audio visual adalah berupa video pembelajaran yang memiliki lima tahap pengembangan yaitu (1) Memilih dan menyusun kerangka materi, (2) Memilih dan mengorganisasikan isi program, (3) Menyusun dan menguji skrip, (4) Menguji dan merevisi skrip, dan (5) Produksi video.

Pengembangan sistem pembelajaran dilakukan untuk menghasilkan sistem pembelajaran yang dapat membantu siswa mencapai tujuan belajar. Pengembangan ini memiliki dua model pengembangan yaitu model 4D dan model ADDIE. Model 4D terdiri atas 4 tahap yaitu (1) Define, (2) Design, (3) Develop, dan (4) Disseminate sedangkan model terdiri atas 5 tahap yaitu (1) Analysis, (2) Design, (3) Development, (4) Implementation, dan (5) Evaluation.

b. Model Penelitian Pengembangan yang Sesuai untuk Mengembangkan Perangkat Pembelajaran

Pengembangan perangkat pembelajaran termasuk jenis pengembangan sistem pembelajaran sehingga pada penelitian ini akan digunakan model penelitian ADDIE.


(27)

27 a) Analysis

Pada tahap ini dilakukan identifikasi produk yang sesuai dengan sasaran siswa, tujuan belajar, isi/materi pembelajaran dan strategi penyampaian dalam pembelajaran. Tahap ini dibagi menjadi analisis karateristik siswa, analisis kebutuhan, dan analisis kurikulum.

b) Design

Tahap desain merupakan tahap merancang desain produk dan merancang instrumen penelitian yang ditulis secara rinci. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini menghasilkan rancangan yang masih bersifat konseptual dan sebagai dasar pengembangan pada tahap selanjutnya.

c) Development

Tahap ini berisi tahap realisasi rancangan produk yang telah disusun pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini dikembangkan rancangan produk menjadi produk yang siap diimplementasikan.

d) Implementation

Pada tahap ini dilakukan implementasi produk yang telah dikembangkan sesuai dengan rancangan. Produk yang telah diimplementasikan kemudian dievaluasi pada tahap berikutnya.

e) Evaluation

Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap produk yang kemudian digunakan sebagai bahan revisi. Pada tahap ini juga dilakukan pengukuran terhadap kualitas pengembangan produk.


(28)

28 c. Kualitas Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Menurut Nieveen (1999: 126) suatu produk pengembangan kegiatan pembelajaran haruslah memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. a. Kevalidan

Menurut Nieveen (1999: 127) suatu produk dikatakan valid apabila “The component of the material should be based on state-of-the-art knowledge (content validity) and all components should be consistenly linked to each other (construct

validity).”

Maknanya yaitu komponen pada materi sesuai dengan pengetahuan state-of-the-art (validitas isi) dan semua komponen harus saling terhubung antara satu dengan yang lainnya secara konsisten (validitas konstruk).

Menurut Sa’adun Akbar (2013: 152) validasi terhadap perangkat pembelajaran dilakukan dengan cara seseorang atau beberapa ahli pembelajaran memberikan penilaian terhadap perangkat pembelajaran melalui instrumen validasi ahli untuk menilai kesesuaian perangkat pembelajaran dengan teorinya dan memberi masukan untuk perbaikan perangkat pembelajaran.

Pada penelitian ini akan dilakukan validasi konstruk terhadap perangkat pembelajaran dengan menggunakan instrumen validasi oleh dosen ahli. Hasil validasi akan menentukan tingkat kevalidan perangkat pembelajaran. Kevalidan RPP dinilai dari tujuh komponen RPP yaitu identitas, perumusan indikator dan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar sedangkan kevalidan


(29)

29 LKS dinilai dari empat komponen evaluasi LKS yaitu komponen kelayakan isi, komponen kebahasaan, komponen sajian, dan komponen kegrafikan.

b. Kepraktisan

Perangkat pembelajaran dikatakan praktis apabila “… teacher and other experts consider the materials to be usable and that is easy for teachers and students to use the materials …” (Nieveen, 1999: 127). Maknanya perangkat pembelajaran dikatakan praktis apabila guru dan ahli yang lain beranggapan bahwa materi bermanfaat dan terasa mudah untuk guru dan siswa menggunakan materi tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut aspek kepraktisan menurut Nieveen merujuk pada dua hal yaitu kebermanfaatan dan kemudahan perangkat pembelajaran.

Menurut Sa’adun Akbar (2013: 152) setelah menggunakan perangkat pembelajaran tentunya pengguna mengetahui dan merasakan tingkat kepraktisan perangkat pembelajaran. Pengguna akan mengetahui kehebatan dan kekurangan perangkat pembelajaran dari sisi kecukupan alokasi waktu, ketepatan langkah pembelajaran yang disajikan pada RPP, kesesuaian materi/bahan ajar yang digunakan, kemenarikan media pembelajaran, keterbantuan mencapai tujuan pembelajaran, keandalan instrumen penilaian dan lainnya yang kemudian digunakan untuk masukan perbaikan perangkat pembelajaran.

Pengguna dari perangkat pembelajaran adalah siswa dan guru, oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan penilaian terhadap kepraktisan perangkat pembelajaran menggunakan tiga instumen yaitu angket penilaian siswa, angket penilaian guru, dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Angket


(30)

30 penilaian siswa untuk mengukur kepraktisan LKS dengan aspek kemudahan, kebermanfaatan, keterbantuan, kemenarikan, pendekatan open-ended, dan komunikasi matematis. Angket penilaian guru untuk mengukur kepraktisan RPP dan LKS dengan aspek penyajian materi, penyajian RPP, dan penyajian LKS. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran untuk mengukur kepraktisan perangkat pembelajaran dari aspek alokasi waktu dan keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan RPP yang dikembangkan.

c. Keefektifan

Menurut Sa’adun Akbar (2013: 152) untuk mengetahui keefektifan perangkat pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran adalah dengan cara melakukan uji kompetensi bagi siswa untuk kemudian dianalisis hasilnya. Uji kompetensi dapat berupa tes maupun non-tes dengan cara uji yang disesuaikan dengan kompetensi yang akan diketahui.

Pada penelitian ini akan digunakan tes kemampuan komunikasi matematis untuk mengukur keefektifan perangkat pembelajaran. Tingkat keefektifan dilihat dari rata-rata skor ketercapaian aspek komunikasi matematis dan ketuntasan klasikal tes kemampuan komunikasi matematis.

3. Pembelajaran Matematika

Menurut Sugihartono dkk (2012: 81) pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil maksimal. Menurut Sa’adun Akbar (2013: 45)


(31)

31 pembelajaran adalah upaya memfasilitasi pelajar, instruktur, guru, dan dosen agar siswa dapat belajar dengan mudah. Menurut Erman Suherman dkk (2001: 8), pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.

Definisi matematika menurut Johnson dan Rising (Erman Suherman dkk, 2001:19), matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik, matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Menurut Claude H. Brown (1953:18) matematika dapat diartikan sebagai bahasa simbol yang berguna untuk mengekspresikan suatu nilai kuantitatif serta hubungannya.

Dari berbagai definisi di atas, diperoleh bahwa pembelajaran matematika adalah suatu upaya pendidik untuk menyampaikan matematika yang merupakan bahasa simbol dan organisasi olah pikir yang logik dengan cara penataan nuansa lingkungan agar program belajar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menetapkan bahwa pembelajaran matematika SMP bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berkut.

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.


(32)

32 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 4. Karakteristik Siswa SMP

Rentang usia siswa Sekolah Menengah Pertama adalah 12-15 tahun. Jika dilihat pada penelitian Jean Piaget tentang tahapan perkembangan kognitif, maka usia tersebut memasuki tahapan operasional formal. Menurut Rita Eka Izzaty (2008: 111) siswa SMP yang termasuk tahapan operasional formal telah memiliki kemampuan-kemampuan berikut.

1. Introspeksi (berpikir kritis tentang dirinya)

2. Berpikir logis (pertimbangan terhadap hal-hal yang penting dan mengambil kesimpulan)

3. Berpikir berdasarkan hipotesis (adanya pengujian hipotesis) 4. Menggunakan simbol-simbol


(33)

33 Pada tahap ini, pemberian stimulasi baik dari guru maupun lingkungan dalam proses pembelajaran matematika sangat dibutuhkan untuk mengembangkan rasa ingin tahu dan memberikan kesempatan untuk melakukan eksplorasi.

Menurut Jean Piaget (Dwi Sasono dkk, 2011: 111), perubahan perilaku anak pada tahapan operasinal formal adalah anak memiliki kemampuan mengkoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif secara serentak maupun berurutan, misalnya kapasitas merumuskan hipotesis dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Kapasitas merumuskan hipotesis membuat siswa mampu berpikir memecahkan masalah menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan, sedangkan kapasitas menggunakan prinsip-prinsp abstrak membuat siswa mampu mempelajari materi pelajaran yang abstrak.

Berdasarkan berbagai penjelasan di atas menunjukkan bahwa siswa SMP dengan rentang usia 12-15 tahun telah memasuki tahap operasional formal sehingga telah mampu untuk berfikir logis dan abstrak berdasarkan hipotesis untuk memecahkan masalah serta menggunakan simbol-simbol.

5. Komunikasi Matematis

Menurut Ontario Ministry of Education (2005: 16) kemampuan komunikasi matematis adalah proses mengekspresikan ide matematika dan pemahamannya secara lisan atau tertulis menggunakan simbol, gambar, grafik, diagram, dan huruf sehingga siswa mampu menyampaikan ide matematikanya, mencari hubungan, dan memberi alasan pada penyataan matematikannya. Komunikasi tertulis dapat berupa penggunaan kata-kata, gambar, tabel dan sebagainya yang menggambarkan proses belajar siswa. Komunikasi tertulis juga


(34)

34 dapat berupa uraian pemecahan masalah atau pembuktian matematika yang menggambarkan kemampuan siswa dalam mengorganisasi berbagai konsep untuk menyelesaikan masalah.

Menurut Sumarmo (Asep Ikin Sugandi, 2011: 42) komunikasi matematis meliputi kemampuan siswa dalam :

1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika 2. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik, secara lisan dan tulisan dengan

benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar

3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika 4. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika

5. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis 6. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan

generalisasi

7. Menjelaskan dan membuat pernyataan tentang matematika yang dipelajari NCTM (2000: 60) menyebutkan standar komunikasi yang menunjukkan kemampuan komunikasi matematis yang dimiliki siswa adalah sebagai berikut: (1) Organize and consolidate their mathematical thinking; (2) communicate their mathematical thinking coherently and clearly to peers, teacher and others; (3) analyze and evaluate the mathematical thinking and strategies of others; (4) use language of mathematics to express mathematical ideas precisely.

1. Mengorganisasikan dan menggabungkan pemikiran/ide matematika mereka 2. Mengkomunikasikan pemikiran/ide matematika mereka secara masuk akal

dan jelas kepada teman sebaya, guru atau yang lainnya

3. Menganalisis dan mengevaluasi pemikiran/ide matematika dan strategi dari yang lainnya

4. Menggunakan bahasa matematika untuk mengungkapkan ide matematika secara tepat


(35)

35 Kategori kemampuan komunikasi matematis menurut Ontario Ministry of Education (2005: 21) meliputi:

(1) Expression and organization of ideas and mathematical thinking using oral, visual, and written forms; (2) communication for different audiences and purposes; (3) use of conventions, vocabulary and terminology of the discipline in oral, visual and written forms.

1. Mengekspresikan dan mengorganisasikan ide dan pemahaman matematis secara lisan, visual, dan tertulis

2. Mengkomunikasikan matematika untuk berbagai macam pendengar dan tujuan

3. Menggunakan istilah, bahasa dan definisi sesuai dengan disiplin ilmu matematika dengan lisan, visual, dan tulisan.

Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dikemukakan, kemampuan komunikasi matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan mengkomunikasikan ide/strategi matematika baik secara lisan, visual maupun tertulis menggunakan uraian, istilah, notasi, model matematis/rumus, diagram, grafik atau tabel dengan disertai alasan atau penjelasan. Aspek-aspek kemampuan komunikasi matematis yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Kemampuan merepresentasikan persoalan menggunakan uraian, istilah, notasi, model matematis/rumus, diagram, grafik atau tabel dengan tepat. 2. Kemampuan menjelaskan ide/strategi yang dimiliki dengan jelas dan tepat. 3. Kemampuan memberikan alasan atau penjelasan terhadap suatu pernyataan.


(36)

36 B. Kajian Penelitian yang Relevan

Peneliti terdahulu telah melakukan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, beberapa di antaranya yaitu:

1. Penelitian dari Astuti Ariani pada tahun 2013 dengan judul tesisnya “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Geometri SMP dengan Pendekatan Open-Ended Berorientasi Kemampuan Berpikir Kritis” dan hasil penelitiannya adalah berupa perangkat pembelajaran geometri bangun ruang sisi datar kelas VII SMP dengan pendekatan open-ended berorientasi kemampuan berpikir kritis. Perangkat tersebut terdiri atas RPP, LKS, dan Tes Hasil Belajar (THB) yang memuat masalah terbuka. Kegiatan pembelajaran berorientasi kemampuan berpikir kritis dirancang pada RPP dan LKS dan menyimpulkan bahwa : 1) perangkat yang dikembangkan valid berdasarkan penilaian ahli/praktisi dengan kategori Sangat Baik, 2)perangkat pembelajaran yang dikembangkan praktis berdasarkan pada a) observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan kategori Sangat Baik, b) penilaian guru dengan kategori cukup, dan c) angket penilaian siswa dengan kategori Baik, dan 3) perangkat pembelajaran yang dikembangkan efektif berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa pada uji coba lapangan dengan persentase ketuntasan 75% sehingga perangkat layak digunakan sebagai sumber belajar di SMPN 5 Danau Pangggang Kecamatan Paminggir Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan. Hal yang relevan dari penelitian ini bahwa pendekatan open-ended sesuai untuk mengembangkan perangkat pembelajaran materi geometri yang elid, praktis, dan efektif.


(37)

37 2. Penelitian dari Reni Untarti pada tahun 2012 dengan judul tesisnya “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Open-Ended Terhadap Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP” dan hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) pendekatan pembelajaran open-ended berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis; 2) direct instruction tidak berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis; dan 3) pendekatan pembelajaran open-ended lebih berpengaruh dibandingkan direct instruction terhadap kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII SMP N 2 Gamping Sleman pada pembelajaran bangun datar. Hal yang relevan dengan penelitian ini adalah bahwa pendekatan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan open-ended berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SMP kelas VII.

C. Kerangka Berpikir

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang menjadi perhatian pemerintah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu usaha mewujudkannya adalah dengan membuat peraturan-peraturan tentang standar proses pembelajaran termasuk pembelajaran matematika. Salah satu peraturan yang dibuat mengatur tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) akan membantu guru untuk melaksanakan dan mencapai tujuan pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru harus memenuhi komponen-komponennya yaitu mencakup identitas, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber


(38)

38 belajar, dan penilaian hasil belajar. Metode dan pendekatan yang digunakan guru dalam menulis RPP hendaknya sesuai dengan karakteristik siswa SMP yaitu pendekatan yang mampu memenuhi rasa ingin tahu siswa yang tinggi pada usia remaja tersebut. Menurut tahap perkembangan kognitif Jean Piaget, siswa usia sekolah menengah pertama telah memasuki tahapan operasional formal. Siswa pada tahap operasional formal telah mampu untuk introspeksi (berpikir kritis tentang dirinya), berpikir logis (pertimbangan terhadap hal-hal yang penting dan mengambil kesimpulan), berpikir berdasarkan hipotesis (adanya pengujian hipotesis), menggunakan simbol-simbol, dan berpikir yang tidak kaku/fleksibel berdasarkan kepentingan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai karakter siswa tersebut adalah pendekatan open-ended. Pendekatan open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang proses pembelajarannya ditandai dengan pemberian permasalahan open-ended yang menumbuhkan kreativitas siswa dalam melakukan hipotesis dan menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki untuk menyelesaikan suatu permasalahan sehingga memunculkan beragam pendekatan cara penyelesaian. Pendekatan open-ended memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan idenya dalam memecahkan suatu permasalahan sehingga mampu melatih kemampuan komunikasi matematis. Komunikasi matematis perlu untuk selalu ditingkatkan karena merupakan sebuah komponen penting dalam pembelajaran matematika yang mampu membantu siswa dalam memahami materi. Materi segitiga dan segi empat kelas VII SMP memerlukan kemampuan matematis untuk memudahkan siswa dalam berbagi idenya tentang materi segitiga dan segi empat serta dalam menggunakan simbol-simbol pada geometri dengan


(39)

39 tepat. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended yang dapat melatih kemampuan komunikasi matematis lebih efektif jika dilaksanakan menggunakan bahan ajar berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) karena di dalam LKS terdapat petunjuk-petunjuk untuk menyelesaikan suatu tugas. LKS yang disusun oleh guru harus memperhatikan syarat-syarat penyusunan LKS.

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaiman mengembangkan perangkat pembelajaran segitiga dan segi empat berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan open-ended untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII?

2. Seberapa valid hasil pengembangan perangkat pembelajaran segitiga dan segi empat berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan open-ended untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII?

3. Seberapa praktis hasil pengembangan perangkat pembelajaran segitiga dan segi empat berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan open-ended untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII?

4. Seberapa efektif hasil pengembangan perangkat pembelajaran segitiga dan segi empat berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan open-ended untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII?


(40)

40 BAB III METODE PENELITIAN

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau research and development untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi segitiga dan segi empat kelas VII SMP dengan pendekatan open-ended untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis.

B. Desain Pengembangan

Model penelitian pengembangan yang digunakan adalah model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation). Menurut Endang Mulyatiningsih (2012: 201) rangkuman aktivitas model ADDIE sebagai berikut. Tabel 2. Aktivitas Model ADDIE

Tahap

Pengembangan Aktivitas

Analysis Melakukan analisis karakteristik siswa, analisis kebutuhan, dan analisis kurikulum

Design Merancang perangkat pengembangan perangkat pembelajaran. Petunjuk penerapan desain atau pembuatan produk ditulis secara rinci.

Development Mengembangkan perangkat pembelajaran (materi/bahan, alat) yang sesuai dengan struktur model. Membuat instrumen untuk mengukur kinerja perangkat pembelajaran.

Implementaion Memulai menggunakan perangkat pembelajaran dalam pembelajaran atau lingkungan yang nyata.

Evaluation Melihat kembali dampak pembelajaran dengan cara yang kritis. Mengukur ketercapaian tujuan pengembangan produk. Mencari informasi apa saja yang dapat membuat peserta didik mencapai hasil dengan baik.


(41)

41 Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan pendekatan open-ended pada materi segitiga dan segi empat dilakukan melalui tahap-tahap berikut.

1. Tahap Analysis (Analisis)

Pada tahap ini dilakukan identifikasi perangkat pembelajaran yang sesuai dengan sasaran siswa, tujuan belajar, isi/materi pembelajaran dan strategi penyampaian dalam pembelajaran. Tahap ini dibagi menjadi analisis karateristik siswa, analisis kebutuhan, dan analisis kurikulum.

a. Analisis karakteristik siswa

Analisis dilakukan dengan mengkaji teori tentang perkembangan siswa sebagai subyek penelitian terutama pada perkembangan kognitif. Analisis dilakukan dengan cara pengamatan langsung proses pembelajaran matematika siswa di kelas. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai acuan pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) agar sesuai dengan karakteristik siswa.

b. Analisis Kebutuhan

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap perangkat pembelajaran dan materi sehingga dapat diketahui kebutuhan siswa sebagai acuan pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). c. Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum bertujuan agar pengembangan perangkat pembelajaran seusai dengan kurikulum yang digunakan sekolah penelitian. Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada kurikulum


(42)

42 KTSP dikaji standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berkaitan dengan materi segitiga dan segi empat untuk selanjutnya digunakan sebagai pedoman pembuatan indikator.

2. Tahap Design (Perancangan)

Tahap desain merupakan tahap merancang desain perangkat pembelajaran dan merancang instrumen penelitian yang ditulis secara rinci.

a. Penyusunan Rancangan Perangkat Pembelajaran

Pada tahap penyusunan desain perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended, dipersiapkan dahulu referensi untuk penyusunan perangkat pembelajaran. Referensi yang harus disiapkan tentang komponen-komponen yang harus termuat dalam perangkat pembelajaran dan langkah-langkah penyusunan perangkat pembelajaran. Rancangan yang dibuat adalah rancangan RPP dan rancangan LKS. Rancangan RPP meliputi penyusunan indikator dan tujuan pembelajaran sesuai dengan KD dan pembagian materi sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia. Rancangan LKS meliputi peta kebutuhan LKS, referensi yang akan digunakan dan rancangan isi LKS.

Perancangan perangkat pembelajaran ini berdasarkan pada pendekatan open-ended. RPP dengan pendekatan open-ended yang dikembangkan memuat kegiatan guru menyajikan permasalahan open-ended yang disajikan pada LKS, aktivitas siswa untuk memperhatikan masalah pada LKS, mengorganisasikan siswa untuk berdiskusi dalam kelompok, mencatat respons siswa, kegiatan presentasi kelompok, kegiatan menyimpulkan pembelajaran, dan kegiatan evaluasi dengan mengerjakan soal latihan pada LKS. Kegiatan diskusi dalam


(43)

43 kelompok, presentasi kelompok, dan kegiatan menyimpulkan pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk melatih kemampuan komunikasi matematis mereka baik secara lisan maupun tertulis untuk menyampaikan alasan dan strategi menyelesaikan masalah serta menyajikan kembali permasalahan dalam bentuk gambar.

Pada LKS menggunakan pendekatan open-ended yang dikembangkan terdapat petunjuk penggunaan LKS, kegiatan dan permasalahan open-ended, kolom kesimpulan, soal latihan, dan kolom motivasi. Pada kegiatan open-ended dan soal latihan yang disajikan memberi kesempatan pada siswa untuk melatih kemampuan komunikasi matematis secara tertulis saat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pada kegiatan dan soal-soal tersebut.

b. Penyusunan Rancangan Instrumen Penelitian

Pada tahap ini dirancang instrumen untuk menilai perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui kevalidan perangkat pembelajaran yaitu lembar penilaian RPP dan lembar penilaian LKS. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui kepraktisan perangkat pembelajaran yaitu angket penilaian siswa, angket penilaian guru, dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui keefektifan perangkat pembelajaran yaitu tes kemampuan komunikasi matematis. 3. Tahap Development (Pengembangan)

Tahap ini merupakan tahap penyusunan perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended untuk meningkatkan kemampuan


(44)

44 komunikasi matematis berupa RPP dan LKS serta instrumen penelitian yang sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. RPP dan LKS dikembangkan sesuai dengan desain awal dan disesuaikan dengan pendekatan open-ended. Setelah perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian disusun kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing sebelum dilakukan proses validasi oleh validator. Validasi dilakukan oleh dosen ahli. Tujuan dari validasi ini adalah untuk mengetahui kevalidan perangkat pembelajaran dan masukan sebagai bahan revisi. Setelah divalidasi maka dilakukan revisi sesuai dengan kritik dan saran dari validator agar perangkat pembelajaran siap untuk diimplementasikan.

4. Tahap Implementation (Implementasi)

Pada tahap implementasi ini perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa berupa RPP dan LKS yang telah dikembangkan diimplementasikan kepada subyek penelitian. Pada tahap implementasi diperoleh data untuk menghitung keefektifan perangkat pembelajaran dari hasil tes kemampuan komunikasi matematis sedangkan data untuk menghitung kepraktisan perangkat pembelajaran diperoleh dari angket penilaian siswa, angket penilaian guru, dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

5. Tahap Evaluation (Evaluasi)

Pada tahap ini dilakukan kegiatan melihat kembali dampak pembelajaran dengan cara yang kritis, mengukur ketercapaian tujuan pengembangan perangkat pembelajaran, mengukur apa yang telah mampu dicapai oleh sasaran, dan mencari informasi apa saja yang membuat siswa mendapatkan hasil yang baik. Pada tahap


(45)

45 evaluasi dapat dihitung kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan perangkat pembelajaran dengan menggunakan data-data yang diperoleh pada tahap implementasi.

C. Subyek Uji Coba

Subyek uji coba adalah kelas VII E SMP N 6 Yogyakarta yang terdiri atas 35 siswa.

D. Waktu dan Lokasi Uji Coba

Uji coba dilaksanakan pada tanggal 27 April 2016 sampai tanggal 18 Mei 2016 di SMP N 6 Yogyakarta.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen-instrumen untuk mengukur aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan perangkat pembelajaran.

1. Instrumen Kevalidan

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kevalidan perangkat pembelajaran pada penelitian ini adalah lembar penilaian RPP dan lembar penilaian LKS.

a. Lembar penilaian RPP

Lembar penilaian RPP disusun dengan lima alternatif penilaian sesuai dengan skala likert yaitu angka 1, 2, 3, 4, dan 5 dengan masing-masing angka menunjukkan kriteria sangat kurang baik, kurang baik, cukup, baik, dan sangat baik. Lembar penilaian RPP meliputi aspek identitas, perumusan indikator dan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah


(46)

46 pembelajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar. Aspek penilaian RPP ini sesuai dengan komponen dan prinsip penyusunan RPP yang telah ditetapkan Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.

b. Lembar penilaian LKS

Lembar penilaian LKS disusun dengan lima alternatif penilaian sesuai dengan skala likert yaitu angka 1, 2, 3, 4, dan 5 dengan masing-masing angka menunjukkan kriteria sangat kurang baik, kurang baik, cukup, baik, dan sangat baik. Lembar penilaian LKS meliputi aspek komponen kelayakan isi, komponen kebahasaan, komponen penyajian, dan komponen kegrafikan. Aspek penilaian LKS ini sesuai dengan komponen evaluasi kelayakan LKS menurut Depdiknas (2008: 28).

2. Instrumen Kepraktisan

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kepraktisan perangkat pembelajaran adalah angket penilaian siswa, angket penilaian guru, dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

a. Angket penilaian siswa

Angket penilaian siswa terdiri atas lima alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) dengan masing-masing alternatif pilihan menunjukkan skor 5, 4, 3, 2, dan 1 pada skala likert. Pada angket penilaian siswa ini diberikan kolom catatan untuk menuliskan catatan yang diperlukan pada setiap butir pernyataan dan pada bagian akhir diberikan tempat menuliskan saran dan komentar secara keseluruhan. Aspek angket penilaian siswa pada penelitian ini yaitu kebermanfaatan,


(47)

47 kemudahan, keterbantuan, kemenarikan, pendekatan open-ended, dan kemampuan komunikasi matematis.

b. Angket penilaian guru

Angket penilaian guru terdiri atas lima alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) dengan masing-masing alternatif pilihan menunjukkan skor 5, 4, 3, 2, dan 1 pada skala likert. Pada angket penilaian guru ini diberikan kolom catatan untuk menuliskan catatan yang diperlukan pada setiap butir pernyataan dan pada bagian akhir diberikan tempat menuliskan saran dan komentar secara keseluruhan. Aspek angket penilaian guru yang digunakan pada penelitian ini yaitu penyajian materi, penyajian RPP, dan penyajian LKS.

c. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran

Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran terdiri atas dua alternatif jawaban yaitu “Ya” dan “Tidak”. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran disusun sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran pada RPP menggunakan pendekatan open-ended yang telah dikembangkan. Pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran diberikan kolom keterangan untuk catatan yang diperlukan selama pembelajaran pada setiap langkah dan pada bagian akhir diberikan tempat menuliskan saran dan komentar.

3. Instrumen Keefektifan

Instrumen yang digunakan untuk mengukur keefektifan perangkat pembelajaran adalah tes tertulis kemampuan komunikasi matematis yang berbentuk soal uraian. Selain soal tes kemampuan komunikasi, disusun pula kunci


(48)

48 jawaban dan rubrik skor kemampuan komunikasi matematis. Instrumen dibuat berdasarkan aspek-aspek kemampuan komunikasi matematis yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

1. Kemampuan merepresentasikan persoalan menggunakan uraian, istilah, notasi, model matematis/rumus, diagram, grafik atau tabel dengan tepat. 2. Kemampuan menjelaskan ide/strategi yang dimiliki dengan jelas dan tepat. 3. Kemampuan memberikan alasan atau penjelasan terhadap suatu pernyataan. F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan teknik yang digunakan untuk menganalisis data yang didapatkan dalam proses penelitian. Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif kualitatif. Saran dan masukan dari dosen ahli, guru matematika, dan siswa yang bersifat membangun dan tepat untuk pengembangan perangkat pembelajaran digunakan sebagai bahan perbaikan perangkat pembelajaran pada revisi dalam tahap development dan evaluation. Data kuantitatif digunakan untuk mengetahui kualitas perangkat pembelajaran berdasarkan aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan dianalisis menggunakan teknik analisis sebagai berikut.

1. Analisis Kevalidan

Lembar penilaian RPP dan lembar penilaian LKS menghasilkan data yang digunakan untuk mengetahui kevalidan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan langkah-langkah analisis sebagai berikut.


(49)

49 a. Tabulasi data

Data yang diperoleh dari validator ditabulasi dengan mengelompokkan butir-butir pernyataan sesuai dengan aspek-aspek yang diamati.

b. Penghitungan rata-rata skor

Rata-rata skor dihitung dengan rumus ̅ ∑

Keterangan:

̅ = rata-rata skor ∑ = jumlah skor

= banyak butir penilaian c. Konversi skor

Skor rata-rata penilaian diubah menjadi nilai kualitatif berdasarkan kategori penilaian skala lima dengan acuan pengubahan skor menurut Eko P. Widoyoko (2009: 238).

Tabel 3. Pedoman Konversi Skala Lima

Rentang Skor Kategori

̅ ̅̅̅ Sangat Baik ̅̅̅ ̅ ̅̅̅ Baik ̅̅̅ ̅ ̅̅̅ Cukup ̅̅̅ ̅ ̅̅̅ Kurang

̅ ̅̅̅ Sangat Kurang Keterangan:

̅ = rerata skor ̅̅̅ = rerata skor ideal


(50)

50 = simpangan baku ideal

= (skor maksimal ideal - skor minimal ideal)

Skor maksimal ideal adalah 5 dan skor minimal ideal adalah 1, maka didapatkan kategori penilaian sebagai berikut.

Tabel 4. Pedoman Kategori Kevalidan

Rentang Skor Kategori

̅ Sangat Valid

̅ Valid

̅ Cukup Valid

̅ Kurang Valid

̅ Sangat Kurang Valid

2. Analisis Kepraktisan

Data untuk mengukur kepraktisan perangkat pembelajaran diperoleh dari angket penilaian siswa, angket penilaian guru, dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Analisis kepraktisan perangkat pembelajaran menggunakan angket penilaian siswa dan angket penilaian guru dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. Tabulasi data

Data yang diperoleh dari angket penilaian siswa dan angket penilaian guru ditabulasi dengan mengelompokkan butir-butir pernyataan sesuai dengan aspek-aspek yang diamati dan dengan menggunakan skala Likert seperti yang disajikan pada berikut.

Tabel 5. Pedoman Penskoran Skala Likert

Alternatif Pilihan Nilai

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Kurang Setuju (KS) 3

Tidak Setuju (TS) 2


(51)

51 b. Penghitungan rata-rata skor

Rata-rata skor dihitung dengan rumus ̅ ∑

Keterangan:

̅ = rata-rata skor ∑ = jumlah skor

= jumlah butir penilaian c. Konversi skor

Skor rata-rata penilaian diubah menjadi nilai kualitatif berdasarkan kategori penilaian skala lima dengan acuan pengubahan skor menurut Eko P. Widoyoko (2009: 238) seperti yang tercantum pada tabel 3 sehingga diperoleh kategori kepraktisan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan sebagai berikut.

Tabel 6. Pedoman Kategori Kepraktisan

Rentang Skor Kategori

̅ Sangat Praktis

̅ Praktis

̅ Cukup Praktis

̅ Kurang Praktis

̅ Sangat Kurang Praktis

Data hasil lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dianalisis dengan langkah-langkah berikut.

a. Tabulasi data skor dengan memberikan skor 1 untuk “Ya” dan 0 untuk “Tidak”.


(52)

52 b. Menghitung persentase menggunakan rumus berikut.

c. Mengkonversi skor persentase yang diperoleh menjadi nilai kualitatif berdasarkan kategori penilaian skala lima menurut Slameto (2001: 189) Tabel 7. Pedoman Kategori Kepraktisan Pembelajaran

Rentang persentase skor

yang diperoleh

Kategori 90% - 100% Sangat Praktis

80% - 89% Praktis

65% - 79% Cukup Praktis 55% - 64% Kurang Praktis

0% - 55% Sangat Kurang Praktis 3. Analisis Keefektifan

Data yang dianalisis untuk melihat aspek keefektifan adalah hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Menentukan skor tiap indikator pada butir soal yang diperoleh masing-masing siswa sesuai dengan rubrik skor kemampuan komunikasi matematis yang telah ditetapkan.

b. Menghitung jumlah skor tiap indikator dan tiap aspek

c. Menghitung persentase ketercapaian tiap aspek dengan menggunakan rumus

d. Mengkonversi persentase ketercapaian tiap aspek dan rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa menjadi nilai kualitatif berdasarkan kategori


(53)

53 penilaian skala lima menurut Slameto (2001: 189) seperti yang disajikan pada tabel berikut.

Tabel 8. Pedoman Kategori Keefektifan Aspek Komunikasi Matematis Rentang Persentase Skor

yang Diperoleh Kategori

90% - 100% Sangat Efektif

80% - 89% Efektif

65% - 79% Cukup Efektif

55% - 64% Kurang Efektif

0% - 55% Sangat Kurang Efektif

e. Menghitung nilai siswa dan menentukan ketuntasan tiap siswa berdasarkan KKM yang telah ditetapkan sekolah yaitu 76.

f. Menghitung persentase ketuntasan tes kemampuan komunikasi matematis secara klasikal dengan cara berikut.

g. Mengkonversi persentase ketuntasan siswa berdasarkan pedoman kategori penilaian kecakapan akademik oleh Eko Putro Widoyoko (2009: 242) seperti yang disajikan pada tabel berikut.

Tabel 9. Pedoman Kategori Penilaian Kecakapan Akademik Persentase Ketuntasan Kategori

p > 80 Sangat Efektif 60 < p ≤ 80 Efektif 40 < p ≤ 60 Cukup Efektif 20 < p ≤ 40 Kurang Efektif

p ≤ 20 Sangat Kurang Efektif Keterangan:


(54)

98 DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. (2006). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ali Mahmudi. (2008). Mengembangkan Soal Terbuka (Open-Ended Problem dalam Pembelajaran Matematika. Diakses dari http://staff.uny.ac.id/dosen/ali-mahmudi-spd-mpd-dr pada tanggal 09 Januari 2016, Jam 11:36 WIB.

Asep Ikin Sugandi. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan Penalaran Matematis. Prosiding, Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Yogyakarta: FMIPA UNY.

Brown, Claude H. (1953). The Teaching of Secondary Mathematics. New York: Harper & Brothers Publisher.

Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas. Dwi Sasono. dkk. (2011) . Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Endang Mulyatiningsih. (2012). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Erman Suherman. dkk. (2001) . Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.

Eko Putro Widoyoko. (2009) . Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Bima Ayu Alijah.

Hatfield, Mary M. & Edwards, Nancy Tanner. (2008). Mathematics Methods For Elementary And Middle School Teachers. New York: John Wiley r Sons. Iif Khoiru Ahmadi. (2011). Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta:

Prestasi Pustaka.

Inprasitha, Maitree. (2006). OPEN-ENDED APPROACH AND TEACHER EDUCATION. Tsukuba Journal of Educational Study in Mathematics (volume 25).

Indri Herdiman. (2014). Penerapan Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa. Prosiding, Seminar Nasional Pendidikan Matematika. Cimahi: STKIP Siliwangi. Kwon, Oh Nam. et al. (2006). Cultivating Divergent Thinking in Mathematics

through an Open-Ended Approach. Asia Pacific Education Review (No. 1 Vol. 7). Hlm. 51-61.


(55)

99 Maryam. (2014). Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Pada Sekolah Menengah PErtama. Prosiding, Seminar Nasional Pendidikan Matematika. Cimahi: STKIP Siliwangi.

National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston Virgina: NCTM Inc.

Nazarudin. (2007) . Manajemen Pembelajaran Implementasi Konsep Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum. Yogyakarta: Teras.

Nieveen, Nienke. et al. (1999). Design Approaches and Tools in Education and Training. London: Kluwer Academic Publisher.

Ontario Ministry of Education. (2005). The Ontario Curriculum, Grades 9 and 10: Mathematics. Toronto, ON: Queen’s Printer for Ontario.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses

Rita Eka Izzaty. dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.

Sa’adun Akbar. (2013). Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Slameto. (2001). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugihartono. dkk. (2012) . Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Supratman. (2010). Analisis Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Pembelajaran Open-Ended. Prosiding, Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Yogyakarta: FMIPA UNY.

Theresia Widyatini. (2013). Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Sebagai Bahan Ajar. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPK) Matematika.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.


(56)

54 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Perangkat Pembelajaran

1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Segitiga & Segi Empat SMP

Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran materi segitiga dan segi empat menggunakan pendekatan open-ended untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dilakukan dengan menggunakan model ADDIE yang terdiri atas lima tahap yaitu tahap analysis (analisis), design (desain), development (pengembangan), implementation (implementasi) dan evaluation (evaluasi). Berdasarkan penelitian pengembangan yang dilakukan, diperoleh hasil pengembangan sebagai berikut.

a. Tahap Analysis (Analisis)

Tahap ini dibagi menjadi analisis karateristik siswa, analisis kebutuhan, dan analisis kurikulum dengan hasil sebagai berikut.

1) Analisis karakteristik siswa

Pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran matematika baik pada saat observasi pembelajaran dan pada saat kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan di SMP N 6 Yogyakarta menunjukkan bahwa siswa memiliki karakteristik yang bermacam-macam. Beberapa siswa sangat aktif dan selalu bertanya, namun juga ada beberapa siswa yang pendiam dan lebih senang memperhatikan daripada bertanya. Secara keseluruhan sebagian siswa cukup aktif untuk bertanya, memperhatikan, mengerjakan soal di depan kelas dan berdiskusi dalam kelompok.


(57)

55 Kelas VII E yang menjadi kelas penelitian didominasi siswa-siswa yang cukup aktif, mereka terlihat terbiasa dengan kegiatan berdiskusi kelompok, beberapa dari mereka aktif berdiskusi dan bersemangat untuk presentasi, namun tetap ada sebagian kecil yang kurang konsentrasi dan berbincang tentang hal lain di luar topik diskusi. Saat kegiatan presentasi terdapat beberapa siswa dalam satu kelompok yang berbeda pendapat dan berusaha mempertahankan pendapat masing-masing namun mereka tetap berdiskusi untuk mencari tahu pendapat yang benar, baik dengan cara mencari informasi dari buku atau bertanya pada guru. Kegiatan presentasi berjalan dengan aktif, beberapa dari siswa menanyakan alasan atas jawaban kelompok yang presentasi dan terlihat antusias meminta penegasan tentang jawaban sebuah permasalahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rita Eka Izzaty (2008: 111) siswa SMP yang termasuk tahapan operasional formal telah memiliki kemampuan instrospeksi dan berfikir fleksibel berdasarkan kepentingan terlihat dari diskusi mereka yang saling menghargai untuk mencapai sebuah kesepakatan.

Karakteristik siswa kelas VII E memenuhi kemampuan-kemampuan anak pada tahap operasional formal sesuai dengan karakteristik anak berusia 11-12 tahun pada umumnya yang mampu untuk berfikir logis dan abstrak berdasarkan hipotesis untuk memecahkan masalah serta menggunakan simbol-simbol.

2) Analisis Kebutuhan

Berdasarkan hasil daya serap UN tahun pelajaran 2014/2015 materi geometris memiliki skor terendah di antara materi lain yang diujikan baik pada tingkat nasional, provinsi DIY maupun tingkat Kota Yogyakarta seperti yang


(1)

62

Kegiatan 1. Melukis Garis Tinggi Segitiga Petunjuk

1. Bacalah persoalan di bawah ini dan ikuti setiap petunjuk yang diberikan. 2. Diskusikan dan selesaikan permasalahan berikut dengan kelompok kalian.

Topik 2

Melukis Garis Istimewa Segitiga

Kita akan melukis garis tinggi di titik Q dengan langkah-langkah berikut:

 Lukis

 Lukis busur lingkaran dari titik Q sehingga memotong di titik A dan B.

 Dari titik A dan B, masing-masing lukislah busur lingkaran dengan jari-jari yang sama sehingga berpotongan dititik C.

 Hubungkan titik q dan C sehingga memotong di titik S.

 Terbentuk garis yang merupakan garis tinggi sisi PR. Jawab:


(2)

63

Kegiatan 2. Melukis Garis Bagi Segitiga

Kita akan melukis garis bagi pada langkah-langkah berikut:

 Lukis

 Lukis busur lingkaran dari titik L sehingga memotong di titik A dan di titik B.

 Dari titik A dan B, masing-masing lukislah busur lingkaran dengan jari-jari yang sama sehingga berpotongan dititik C.

 Hubungkan titik L dan C sehingga memotong di titik D.

 Terbentuk garis yang merupakan garis bagi . Jawab:


(3)

64

Kegiatan 3. Melukis Sumbu dan Garis Berat Segitiga

Kita akan melukis garis sumbu sisi dan garis berat pada dengan langkah-langkah berikut:

 Lukis .

 Lukis busur lingkaran dari titik A dengan jari-jari lebih dari .

 Kemudian dengan jari-jari yang sama lukislah busur lingkaran dari titik B sehingga memotong busur pertama di titik P dan Q.

 Hubungkan titik P dan Q.

 Terbentuk garis PQ yang merupakan garis sumbu pada sisi .

 Beri nama titik D untuk titik potong antara dan

 Hubungkan titik sudut C dan D.

 Terbentuk garis CD yang merupakan garis berat Jawab:


(4)

65

Soal Latihan

Lukislah sebuh yang kelilingnya 19 cm, kemudian lukislah salah satu garis beratnya.

Jawab:

Barangsiapa belum merasakan pahitnya belajar walau sebentar, ia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya. - Imam Syafi'i -


(5)

66

Daftar Pustaka

Dewi Nuharini. (2008). Matematika 1: Konsep dan Aplikasinya untuk Kelas VII SMP/MTs 1. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Marsigit. (2009). Mathematics for Junior High School. Jakarta: Yudhistira.

Sultan, Alan & Alice F. Artzt. (2011).

The Mathematics That Every Secondary School Math

Teacher Needs To Know.

New York: Routledge.


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendekatan Open Ended Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa (Penelitian Quasi Eksperimen di MTs Annajah Jakarta)

1 14 197

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Open Ended

0 7 0

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA.

0 3 42

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED.

0 2 46

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MULTIPEL MATEMATIS, PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS, DAN SELF ESTEEM SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED.

1 2 67

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MULTIPEL MATEMATIS, PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS, DAN SELF ESTEEM SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED.

0 10 72

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DALAM SETTING PEMBELAJARANLEARNING CYCLE 7EPADA MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATISSISWA SMP KELAS VII.

2 8 330

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK SMP KELAS VII MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING.

6 17 373

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN ENDEED TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DAN SEGITIGA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 KISARAN

0 1 7

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS)DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED MATERI PECAHAN DI KELAS VII SMP -

0 1 22