Model Pembelajaran CIRC Cooperative Integrated Reading and

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari LC-5E. Pada tahap ini, guru dapat mengetahui pemahaman atau pengetahuan peserta didik dalam menerapkan konsep baru dengan cara mengajukan pertanyaan terbuka, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Contoh operasional implementasi modelpembelajaran LC-5E dapat dilihat pada lampiran 18.

2.1.5 Model Pembelajaran CIRC Cooperative Integrated Reading and

Composition Model pembelajaran CIRC merupakan salah satu model pembejalaran kooperatif sehingga dikategorikan sebagai pembelajaran terpadu. Model pembelajaran CIRC pertama kali dikembangkan oleh Stevens, dkk. Metode ini dirancang untuk mengakomodasi level kemampuan peserta didik yang beragam, baik melalui pengelompokan heterogen heterogenous grouping mapun pengelompokan homogen homogenous grouping. U.S. department of education 2007 juga mengemukakan bahwa the CIRC process includes teachers instruction, team practice, peer assessment, and teampartner recognition process CIRC termasuk instruksi guru, latihan kelompok, penilaian sesama, dan penghargaan kelompok. Hal senada juga dikemukakan oleh Slavin 2008: 204 bahwa semua kegiatan CIRC mengikuti siklus regular yang melbatkan presentasi dari guru, latihan tim, latihan independent, pra penilaian teman, latihan tambahan, dan tes. Model pembelajaran CIRC juga merupakan salah satu pembelajaran secara berkelompok yang merupakan proses yang kaya akan interaksi face to face, eye to eye atau knee to knee, pertukaran informasi, umpan balik, kepercayaan, saling menerima pendapat, penghargaan kelompok, mengerjakan tugas kelompok, mengerjakan tugas kelompok baik d rumah maupun di kelas secara spesifik. Penghargaan atau reward diberikan kepada kelompok yang anggota- anggotanya mampu menyelesaikan dan menjelaskan materi pokok yang didiskusikan dengan baik. Karena setiap anggota bekerja bedasarkan materi yang sesuai dengan indicator yang ingin dicapai, maka mereka memiliki kesempatan yang sama untuk bisa sukses dalam kelompoknya masing-masing. Dukungan kelompok dalam belajar, dan tanggung jawab individual digunakan untuk penampilan atau penentuan hasil akhir. Hal ini merupakan tiga elemen yang menjadi karakteristik dari model pembelajaran CIRC. Selain itu dalam pembelajaran tipe CIRC menurut Slavin 2008: 208 terdapat komponen-komponen sebagai berikut. 1. Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 peserta didik. 2. Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau berdasarkan nila rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan peserta didik pada bidang tertentu. 3. Student creative, melaksanakan tugas dalam satu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. 4. Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru membrikan bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya. 5. Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. 6. Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok. 7. Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh peserta didik. 8. Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran. Dalam penelitian ini, sintak yang digunakan untuk melaksanakan model pembelajaran CIRC adalah sintak yang menurut Sutarno dkk 2010 yang terdiri dari lima fase sebagai berikut. 1. Fase pertama, yaitu orientasi. Pada fase ini, guru melaksanakan apersepsi dan pengetahuan awal peserta didik tentang materi yang akan diberikan. Selain itu juga memaparkan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan kepada peserta didik. 2. Fase kedua, yaitu organisasi. Guru membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok, dengan memperhatikan keheterogenan akademik. Membagikan bahan bacaan tentang materi yang akan dibahas kepada peserta didik. Selain itu menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan tugas yang harus diselesaikan selama proses pembelajaran berlangsung. 3. Fase ketiga, yaitu pengenalan konsep. Dengan cara mengenalkan tentang suatu konsep baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, film, kliping, poster atau media lainnya. 4. Fase keempat, yaitu publikasi. Peserta didik mengkomunikasikan hasil temuan- temuannya, membuktkan, memperagakan tentang materi yang dibahas baik dalam kelompok maupun di depan kelas. 5. Fase kelima, yaitu penguatan dan refleksi. Pada fase ini guru memberikan pengutan berhubungan dengan materi yang dipelajari melalui penjelasan- penjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalam kehdupan sehari-hari. Selajutnya peserta didik diberi kesempatan untuk merefleksikan dan mengevaluasi hasil pembelajarannya. Sementara itu cara untuk menentukan anggota kelompok dalam CIRC adalah sebagai berikut. 1. Menentukan perigkat peserta didik. Dengan cara mencari informasi tentang skor rata-rata nilai peserta didik pada tes sebelumnya atau nilai rapor. Kemudian diurutkan denga cara menyusun peringkat dari yang berkemampuan akademik tinggi sampai rendah. Pada penelitian ini, nilai peserta didik yang digunakan adalah nilai ulangan harian bab sebelumnya yaitu bab Trigonometri yang mencakup perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas triginometri. 2. Menentukan jumlah kelompok. Jumlah kelompok ditentukan dengan memperhatikan banyak anggota setiap kelompok dan jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut. 3. Penyusunan anggota kelompok. Pengelompokan ditentukan atas dasar susunan peringkat peserta didik yang telah dibuat. Setiap kelompok diusahakan beraggotakan peserta didik yang mempunyai kemampuan beragam, sehingga mempunyai kemampuan rata-rata yang seimbang. Contoh operasional implementasi modelpembelajaran LC-5E dapat dilihat pada lampiran 18.

2.1.6 Kemampuan Pemecahan Masalah