yang memperoleh nilai kemampuan pemecahan masalah lebih dari atau sama dengan
lebih dari , dengan kriteria pengujian yaitu H
ditolak jika .
Dari hasil perhitungan untuk Kelompok Eksperimen 1 diperoleh .
Nilai dengan
5
dapat diperoleh dengan menggunakan daftar tabel distribusi z. Nilai
dengan
5
adalah 1,64. Nilai maka
H ditolak, artinya hasil belajar peserta didik pada Kelompok Eksperimen 1 yang dikenai pembelajaran kooperatif tipe LC-5E telah mencapai ketuntasan belajar
secara klasikal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 33.
4.1.3.4. Uji Hipotesis 2 Uji Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen 2
Uji ketuntasan belajar Kelompok Eksperimen 2 dilakukan untuk menguji apakah pembelajaran kooperatif tipe CIRC efektif membuat peserta didik yang
memperoleh nilai tes kemampuan pemecahan masalah lebih dari atau sama dengan mencapai 75. Uji hipotesis ketuntasan belajar untuk mengetahui ketuntasan
belajar secara klasikal menggunakan uji proporsi satu pihak. Hipotesis yang diuji adalah H
yaitu proporsi peserta didik yang memperoleh nilai kemampuan pemecahan masalah lebih dari atau sama dengan
kurang dari sama dengan atau H
1
yaitu proporsi peserta didik yang memperoleh nilai kemampuan pemecahan masalah lebih dari atau sama dengan
lebih dari , dengan kriteria pengujian
yaitu H ditolak jika
. Dari hasil perhitungan untuk Kelompok Eksperimen 2 diperoleh
. Nilai
dengan
5
dapat diperoleh dengan menggunakan daftar tabel
distribusi z. Nilai dengan
5
adalah 1,64. Nilai maka
H ditolak, artinya hasil belajar peserta didik pada Kelompok Eksperimen 2 yang dikenai pembelajaran kooperatif tipe CIRC telah mencapai ketuntasan belajar
secara klasikal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 33.
4.1.3.5. Uji Hipotesis 3 Uji Kesamaan Rata-rata
Berdasarkan analisis data akhir sebelumnya diperoleh bahwa data ketiga kelompok sampel berdistribusi normal dan variannya homogen. Oleh karena itu, uji
kesamaan tiga rata-rata yang digunakan adalah uji Anava satu arah. Hipotesis yang diuji adalah H
yaitu tidak terdapat perbedaan rata-rata dari ketiga kelompok sampel atau H
1
yaitu terdapat perbedaan rata-rata dari ketiga kelompok sampel, dengan kriteria terima H
jika F
hitung
F
tabel
. Dari hasil perhitungan diperoleh F
hitung
= 16,77, sedangkan F
tabel
dengan α = 5 dan dk pembilang = 2 serta dk penyebut = 98 adalah 3,089. Karena F
hitung
F
tabel
, maka H
ditolak sehinga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata dari ketiga kelas tersebut. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31.
Jika H pada Anava ditolak, maka uji lanjut dapat dilakukan. Uji lanjut dalam
penelitian ini berguna untuk mengetahui pasangan nilai rata-rata yang perbedaannya signifikan. Dalam penelitian ini menggunakan uji LSD. Hipotesis yang diuji adalah
H yaitu tidak terdapat perbedaan rata-rata dari kedua kelompok sampel atau H
1
yaitu terdapat perbedaan rata-rata dari kedua kelompok sampel, dengan kriteria terima H
jika LSD selisih rata-rata dua kelompok sampel.
Berdasarkan hasil tes kemampuan pemecahan masalah peserta didik diperoleh rata-rata sebagai berikut.
Tabel 4.3 Rata-rata ketiga kelompok sampel Kelompok sampel
Rata-rata Eksperimen 1
79,8224 Eksperimen 2
74,6176 Kontrol
68,3235
Dari perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 4.4 Hasil uji lanjut LSD
Kelompok sampel Selisih
Rata-rata LSD
Simpulan Kelompok Eksperimen 1 dan
Kelompok Eksperimen 2 5,2048
3,965 Rata-rata berbeda
signifikan Kelompok Eksperimen 1 dan
Kelompok Kontrol 11,4989
3,965 Rata-rata berbeda
signifikan Kelompok Eksperimen 2 dan
Kelompok Kontrol 6,2941
3,965 Rata-rata berbeda
signifikan
Berdasarkan Tabel di atas diperoleh rata-rata nilai tes pemecahan masalah peserta didik yang berbeda signifikan adalah Eksperimen 1 dan Kontrol, Eksperimen
2 dan Kontrol, Eksperimen 2 dan Eksperimen 1. Uji LSD ini dilakukan untuk mengetahui model pembelajaran yang paling efektif terhadap kemampuan pemecahan
masalah peserta didik dilihat dari ketuntasan belajarnya. Pada Tabel 4.3 diperoleh bahwa rata-rata nilai tes pemecahan masalah pada Kelompok Eksperimen 1 lebih baik
dari Kelompok Eksperimen 2 dan rata-rata nilai tes pemecahan masalah pada Kelompok Eksperimen 2 lebih baik dari Kelompok Kontrol.
Jadi Kelompok Eksperimen 1 terbaik di antara ketiganya. Atau dengan kata lain bahwa model pembelajaran kooperatif tipe LC-5E paling baik diantara model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan ekspositori terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas X pada materi jarak dalam dimensi tiga. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 32.
4.2 Pembahasan
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti mengambil nilai ulangan harian bab sebelumnya, yaitu materi Trigonometri sebagai data awal. Setelah dilakukan analisis
data awal, hasil analisis menunjukkan bahwa kelas yang diambil sebagai sampel dalam penelitian berdistribusi normal, mempunyai varians yang homogen, dan tidak
ada perbedaan rata-rata. Hal ini berarti sampel berasal dari kondisi atau keadaan yang sama sebelum perlakuan, seperti peserta didik belajar dengan kurikulum yang sama,
diajar oleh guru yang sama, penyebaran kemampuan peserta didik merata yang berarti tidak ada kelas unggulan. Kemudian dipilih secara acak menghasilkan kelas
X.3 sebagai Kelompok Eksperimen 1, kelas X.2 sebagai Kelompok Eksperimen 2, dan kelas X.1 sebagai Kelompok Kontrol.
Penelitian ini diawali dengan pelaksanaan pembelajaran pada ketiga kelas dengan materi jarak dalam dimensi tiga. Pada akhir pembelajaran, ketiga kelas
dilakukan tes untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Tes dilakukan pada Kelompok Eksperimen 1, Kelompok Eksperimen 2 dan Kelompok
Kontrol dengan soal yang sama. Soal tes evaluasi tersebut adalah tes tertulis