persen KKM yang ideal yaitu 75, sedangkan KKM mata pelajaran Matematika di SMA Negeri 2 Ungaran untuk tahun ajaran 20122013 yaitu skor 70 dari skor total
100. Kelas dianggap telah mencapai ketuntasan belajar jika sekurang-kurangnya 75 dari peserta didik yang berada pada kelas tersebut memperoleh nilai lebih dari atau
sama dengan 70. Sedangkan indikator lebih efektif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Memenuhi indikator efektif
b. Rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah dari kelas yang dikenai model
pembelajaran yang satu lebih baik dari pada rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah dari kelas yang dikenai model pembelajaran lainnya.
c. Proporsi peserta didik yang mendapatkan nilai minimal 70 di kelas yang dikenai
model pembelajaran yang satu lebih banyak dari pada di kelas yang dikenai model pembelajaran lainnya.
1.5.3 Kemampuan Pemecahan masalah
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti bisa, sanggup melakukan sesuatu, dengan imbuhan ke-an kata mampu menjadi kemampuan yaitu kesanggupan
atau kecakapan. Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal Wardhani,
2005:93. Jadi, kemampuan pemecahan masalah adalah kecakapan untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum
dikenal. Adapun kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah kesanggupan atau kecakapan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal tes
kemampuan pemecahan masalah dalam materi pokok jarak dalam ruang yang meliputi kemampuan peserta didik dalam memahami masalah, mengorganisasikan
data dan memilih informasi yang relevan, menyajikan masalah matematika dalam berbagai bentuk, mengembangkan strategi pemecahan masalah serta membuat dan
menafsirkan model matematika dari suatu masalah.
1.5.4 Model Pembelajaran LC-5E Learning Cycle 5 E
Model LC-5E adalah model pembelajaran secara bersiklus mulai dari fase engangement untuk mengetahui pengetahuan awal dan mengidentifikasi miskonsepsi
peserta didik, fase exploration untuk menggali pengetahuan prasyarat, fase explanation untuk mengenalkan konsep baru dan alternatif pemecahan, fase
elaboration untuk mengaplikasikan konsep dalam konteks yang berbeda, dan fase evaluation untuk mengobservasi pengetahuan dan kecakapan peserta didik dalam
mengaplikasikan konsep Suyatno 2009: 64.
1.5.5 Model Pembelajaran CIRC Cooperative Integrated Reading and
Composition
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC dikembangkan oleh Stevans, Madden, Slavin dan Farnish. Model
pembelajaran ini termasuk salah satu tipe model pembelajaran Cooperative Learning. Pada awalnya, model CIRC diterapkan dalam pembelajaran Bahasa. Menurut Sutarno
2010, Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC dibagi menjadi beberapa fase, yaitu: 1 fase orientasi, untuk mengetahui kemampuan awal peserta
didik; 2 fase organisasi, membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok
dengan memperhatikan keheterogenan akademik; 3 fase pengenalan konsep, untuk mengenalkan konsep baru mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi; 4 fase
publikasi, peserta didik mengkomunikasikan hasil temuan-temuannya; dan 5 fase penguatan dan refleksi, guru memberikan penguatan dan merefleksi hasil
pembelajaran.
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi