Belajar subordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami pertumbuhan kea rah deferensiasi. Ia terjadi sejak perolehan informasi dan
diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses belajar tersebut akan terus berlangsung hingga pada suatu saat ditemukan hal-hal baru.belajar
subordinat akan terjadi bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya merupakan unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas dan inklusif.
4 Penyesuaian integrative
Pada suatu saat peserta didik kemungkinan akan menghadapi kenyataan bahwa dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama
atau bila mana yang sama diterapkan pada lebih dari satu konsep. Untuk mengatasi pertentangan kognitif itu, Ausubel mengajukan konsep pembelajaran penyesuaian
integratif. Teori belajar bermakna berkaitan dengan model pembelajaran yang
diterapkan dalam penelitian ini. Baik model pembelajaran kooperatif tipe LC-5E maupun tipe CIRC diawali dengan proses pengaturan awal. Kemudian materi
pembelajaran diperluas dengan diberikan soal-soal yang bergradasi dan bervariasi sehingga peserta didik dapat menerapkan konsep yang telah dipelajari.
2.1.3 Pembelajaran Kooperatif
Menurut Wena 2009: 189, pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip
pembelajaran kooperatif adalah peserta didik membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran
kooperatif, peserta didik pandai mengajar peserta didik yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Peserta kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang
menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat
elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Hadi Senduk 2003: 87 dan Lie 2002: 56 ada berbagai elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut. a.
Saling Ketergantungan Positif Dalam pembelajaran kooperatif, suasana belajar yang memotivasi peserta
didik untuk saling membutuhkan dalam hal pembelajaran perlu dimunculkan oleh guru. Hubungan yang saling membutuhkan antara peserta didik yang satu dengan
lainnya disebut ketergantungan positif. Setiap anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif menyadari bahwa mereka perlu mengadakan kerjasama untuk mencapai
tujuan bersama. b.
Interaksi Tatap Muka Para peserta didik saling berhadapan ketika melakukan interaksi tatap muka
sehingga mereka dapat melakukan komunikasi dua arah baik antar peserta didik maupun antara guru dengan peserta didik. Dalam hal ini peserta didik juga belajar
untuk mengasah keterampilan mereka dalam bekerja sama dengan anggota kelompok. Adapun aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan seperti tanya jawab, memberikan
penjelasan, berkata sopan, dan sebagainya. Dengan proses demikian para peserta
didik dapat menjadi sumber belajar satu sama lain sehingga sumber belajar mereka pun lebih bervariasi.
c. Akuntabilitas individu
Pembelajaran kooperatif dilakukan dalam bentuk kelompok sehingga setiap anggota kelompok dituntut untuk memberikan sumbangan pemikirannya demi
keberhasilan kelompok tersebut. Setiap individu harus bertanggung jawab untuk menguasai materi pembelajaran secara maksimal karena hasil belajar kelompok
didasarkan pada rata-rata nilai anggota kelompok. Kondisi belajar seperti itu menumbuhkan rasa tanggung jawab akuntabilitas masing-maing individu.
d. Keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi
Guru secara tidak langsung mengajarkan peserta didik untuk menjalin hubungan antar pribadi melalui pembelajaran kooperatif. Keterampilan sosial tersebut
seperti menyampaikan pendapat dengan sopan, tenggang rasa, memberikan saran dan kritik, mandiri, mempertahankan pikiran logis, dan sebagainya. Apabila peserta didik
tidak dapat menjalin hubungan antarpribadi yang baik maka akan memperoleh teguran dari guru atau teman mereka sendiri sehingga setiap individu akan berusaha
menjaga hubungan antarpribadi.
2.1.4 Model Pembelajaran Learning Cycle 5E LC-5E