66
lokasi penelitian masih tergolong masyarakat tradisional yang masih memegang teguh nilai sosial masyarakat untuk menghormati orang tua dan
orang yang lebih tua. Pernyataan ini didukung oleh Nugroho 2008 bahwa dalam masyarakat tradisional, biasanya lanjut usia sangat dihargai dan
dihormati sehingga mereka masih dapat berperan dan berguna di masyarakat sedangkan dalam masyarakat industri, ada kecendrungan lansia kurang
dihargai sehingga lansia merasa terisolasi dari kehidupan masyarakat.
2.3. Konsep Diri Lansia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia memiliki konsep diri yang positif. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian
Anggraini 2011 yang menyatakan mayoritas lansia 86 memiliki konsep diri positif.
Lansia yang memiliki konsep diri positif menunjukkan penerimaan terhadap perubahan yang terjadi karena proses penuaan. Lansia memandang
perubahan fisik tubuhnya secara positif, menetapkan ideal diri sesuai dengan kemampuan masing-masing, merasakan bahwa dirinya masih berharga dan
berguna, serta merasa sebagai inidividu yang unik. Konsep diri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain teori
perkembangan, significant other orang yang terpenting atau terdekat, self perception persepsi diri sendiri Stuart Laraia, 2001. Konsep diri lansia
yang positif pada penelitian ini dipengaruhi oleh significant other orang yang terpenting atau terdekat, hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian bahwa
sebagian besar lansia mendapatkan dukungan keluarga atau orang terdekat
Universitas Sumatera Utara
67
dalam kategori baik 70,2 sehingga berpengaruh terhadap konsep diri yang positif. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Romadlani,
Nurhidayati, dan Syamsianah 2013 bahwa dukungan keluarga mampu meningkatkan semangat lansia menghadapi masa tuanya dengan baik
sehingga dapat membentuk konsep diri yang baik. Konsep diri lansia juga dipengaruhi oleh self perception persepsi diri
sendiri, hal ini tercermin dari pernyataan lansia dan persepsi lansia terhadap perubahan penampilan fisik yang dialaminya sebagai pemberian dari Tuhan
yang harus diterima dan disyukuri, persepsi bahwa walaupun sudah lansia bukan berarti tidak bisa mandiri dan tidak bisa melakukan apa-apa membuat
lansia tetap semangat menjalani kehidupannya dan tetap aktif di lingkungan sosial. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif
yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan
individu dan sosial yang terganggu. Hasil penelitian menunjukkan masih ada lansia yang memiliki konsep
diri negatif sebanyak 10 orang 14,9. Hal ini karena sebagian kecil lansia belum memiliki rasa penerimaan terhadap perubahan-perubahan fisik dan
psikis yang terjadi karena proses penuaan, sehingga lansia memandang dirinya negatif, tidak menyukai bagian tubuhnya yang berubah, tidak
berharga, tidak berguna, tidak bisa menjalankan peran sehingga mempengaruhi hubungan sosialnya, selain itu dukungan keluarga yang
kurang juga mempengaruhi konsep dirinya.
Universitas Sumatera Utara
68
Sesuai dengan teori bahwa individu yang memiliki konsep diri negatif berarti memiliki respon yang maladaptif terhadap masalah yang dihadapi.
Individu yang memiliki konsep diri negatif akan mengekspresikan perasaan tidak berharga, tidak menyukai diri sendiri atau benci terhadap diri sendiri,
yang mungkin diproyeksikan kepada orang lain, merasa sedih atau putus asa dan tidak semangat dalam menjalani hidup Kozier, et al., 2004.
Berdasarkan komponen konsep diri, didapatkan bahwa gambaran diri lansia di Lingkungan XI Kelurahan Titi Papan sebagian besar positif 58,2.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Anggraini 2011 menyatakan bahwa 88 lansia memiliki gambaran diri positif. Gambaran diri positif
disebabkan oleh mayoritas lansia pada penelitian ini menyatakan bahwa mereka menyadari dan menerima perubahan pada kulitnya karena penuaan
seperti keriput, bintik-bintik hitam, menyukai rambut yang sudah memutih, menerima berkurangnya fungsi beberapa anggota tubuh karena penuaan.
Sesuai dengan pendapat Hurlock 1994 bahwa lansia sudah mulai menyadari adanya perubahan fisik yang terjadi pada diri mereka sehingga
mampu berfikir dan bertingkah laku sesuai umurnya. Tarwoto Wartonah 2010 juga menyatakan bahwa gambaran diri akan tumbuh secara positif dan
akurat bila kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri, termasuk persepsi saat ini dan masa lalu.
Sebanyak 28 orang 41,8 lansia memiliki gambaran diri negatif yang tercermin dari pernyataan bahwa lansia tidak menyukai bagian tubuhnya
yang mengalami perubahan dan merasa terganggu dengan berkurangnya
Universitas Sumatera Utara
69
fungsi beberapa anggota tubuh karena penuaan, serta merasa penampilannya tidak menarik lagi. Berdasarkan karakteristik responden, gambaran diri
negatif pada penelitian ini dipengaruhi oleh usia tua, pada usia tersebut seseorang mengalami proses penuaan yang berdampak pada perubahan
fisiknya bintik-bintik hitam pada kulit, keriput, rambut memutih, dan penurunan
ketajaman penglihatan
serta pendengaran
sehingga mempengaruhi gambaran dirinya. Sesuai dengan pendapat Potter Perry
19972005 bahwa pada lansia gambaran diri biasanya dipengaruhi oleh perkembangan fisik. Perubahan fisik yang terjadi pada lansia dapat merubah
persepsi lansia terhadap tubuhnya. Penurunan dan perubahan ketajaman penglihatan, pendengaran, dan mobilitas mempengaruhi gambaran diri lansia.
Ideal diri lansia berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 63 orang 94 memiliki ideal diri yang realistis. Hal ini tercermin
dari pernyataan lansia yang menyatakan bahwa masih memiliki keinginan yang kuat untuk lebih mandiri dan melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
dengan kemampuannya, serta ingin terus aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat dan tidak pernah berharap untuk menjadi muda lagi. Pernyataan
ini didukung oleh pendapat Stuart dan Laraia 2001, faktor yang mempengaruhi ideal diri seseorang adalah kecenderungan individu
menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya, keinginan untuk melebihi dan berhasil, keinginan untuk menghindari kegagalan.
Universitas Sumatera Utara
70
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Zahara 2008 yang menyebutkan sebagian besar lansia 73,7 memiliki ideal diri yang realistis
dan lansia merasa puas dengan apa yang telah dicapai selama ini. Pada usia lanjut, ideal diri dipengaruhi oleh berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan
peran serta tanggung jawab Stuart Laraia, 2001. Pernyataan tersebut bertentangan dengan hasil penelitian karena sebagian besar lansia 58,2
merasakan perubahan peran yang tidak memuaskan tetapi masih memiliki ideal diri yang realistis. Hal ini dikarenakan adanya faktor keinginan untuk
berhasil dari diri lansia dan adanya dukungan keluarga sehingga lansia masih memiliki harapan dan cita-cita.
Harga diri lansia pada penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 58 orang 86,6 lanisa memiliki harga diri yang tinggi, ini terlihat dari
pernyataan bahwa lansia merasa orang lain menghormati dan menghargainya, dan tetap percaya diri bergaul dengan masyarakat. Harga diri lansia yang
tinggi dipengaruhi oleh ideal diri karena seperti yang telah dipaparkan sebagian besar lansia 94 memiliki ideal diri yang realistis sehingga
mempengaruhi harga diri lansia. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Potter dan Perry 19972005 yang menyatakan bahwa harga diri dipengaruhi
ideal diri, individu yang hampir memenuhi ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi.
Pada lansia masalah harga diri juga dipengaruhi oleh karena adanya tantangan baru sehubungan dengan pensiun Stuart Laraia, 2001. Hasil
penelitian Misrodah 2014 menyebutkan bahwa lebih dari separuh lansia
Universitas Sumatera Utara
71
72,6 pada masa pensiun mempunyai harga diri kurang. Hasil penelitian tersebut bertentangan dengan hasil pada penelitian ini, dilihat dari data
demografi responden, sebanyak 89,5 lansia yang sudah pensiun memiliki harga diri yang tinggi. Hal ini dikarenakan perkembangan harga diri juga
ditentukan oleh perasaan diterima, dicintai, dihormati oleh orang lain terutama keluarga, serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam
hidupnya. Peran diri lansia pada penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 39
orang 58,2 lansia merasakan peran diri tidak memuaskan. Peran diri lansia tidak memuaskan tercermin dari pernyataan bahwa lansia merasa perannya di
keluarga sebagai orang tua sudah berkurang, tidak bisa lagi memenuhi kewajiban dalam keluarga karena sudah tidak bekerja, tidak dilibatkan dalam
pengambilan keputusan di keluarga serta terganggunya peran di lingkungan sosial. Berdasarkan karakteristik responden, peran lansia yang tidak
memuaskan pada penelitian ini dipengaruhi oleh usia tua dan kondisi kesehatan sakit yang menyebabkan kemunduran fisik sehingga berdampak
pada perannya. Sesuai dengan pendapat Potter dan Perry 19972005 menyatakan
bahwa lansia mengalami banyak perubahan peran yang tejadi, mulai dari perubahan peran dalam pekerjaan, peran dalam keluarga dan sebagainya.
Semakin lanjut usia, mereka akan mengalami kemunduran teutama dibidang kemampuan fisik, yang dapat menyebabkan penurunan peran sosial
Nugroho, 2008. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Zahara 2008
Universitas Sumatera Utara
72
yang menunjukkan bahwa sebagian besar lansia mempunyai penampilan peran yang negatif sebanyak 63,2, sebagian besar lansia mengalami
gangguan peran atau dikenal dengan istilah konflik peran. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebanyak 41,8 lansia
merasakan peran diri memuaskan karena keluarga menerima kondisi lansia yang sudah tidak bekerja, keluarga masih melibatkannya dalam kegiatan di
keluarga, serta keluarga mendukung dirinya untuk mengikuti kegiatan sosial di masyarakat. Hal ini mendukung pendapat Tarwoto Wartonah 2010
yang menyatakan bahwa peran individu akan tercapai bila memiliki kepribadian yang sehat serta mempercayai dan terbuka pada orang lain, juga
membina hubungan interdependen. Identitas diri lansia pada penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar lansia 82,1 memiliki identitas diri yang jelas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anggraini 2011 bahwa sebagian besar responden
66 memiliki identitas diri yang baik. Sebagian besar lansia pada penelitian ini menyatakan bahwa bangga dan senang menjadi dirinya saat ini, masih bisa
mengerjakan keahlian yang dimiliki, serta bersemangat menjalani kehidupan di masa tua. Sesuai dengan pendapat Stuart dan Sundeen 1991 menyebutkan
individu dengan identitas yang positif jelas adalah mengenal dirinya sebagai organism yang utuh, menyadari keunikan masing-masing, tetap bangga
menjadi diri sendiri.
Universitas Sumatera Utara
73
Responden juga masih mengetahui identitasnya dengan baik, dapat dilihat dari data demografi yang ditanyakan pada responden. Responden bisa
menjawab dengan jelas seperti nama, umur, ras, dan kesadaran diri tentang keadaannya sekarang menunjukkan identitas diri yang baik pada responden.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Kozier 2004 bahwa identitas diri seseorang biasanya berupa karakteristik yang membedakan seseorang dengan
yang lainnya yang meliputi nama, jenis kelamin, umur, ras, pekerjaan atau peran.
Sebanyak 12 orang 17,9 lansia memiliki identitas diri yang tidak jelas. Hal ini tercermin dari pernyataan bahwa lansia tidak menyenangi
keadaannya saat ini serta tidak tahu keahlian apa yang dimilikinya. Pada lansia, pensiun atau meninggalkan pekerjaan mungkin berarti kehilangan
makna penting dari pencapaian dan keberhasilan yang berlanjut. Ketidakmampuan lansia untuk memenuhi kebutuhan dirinya sering membuat
lansia mempertanyakan tentang identitas mereka dan pencapaian mereka Potter Perry, 19972005. Pernyataan ini bertentangan dengan hasil
penelitian karena sebanyak 94,7 lansia yang mengalami pensiun, memiliki identitas diri yang jelas. Kebingungan identitas terjadi karena dipengaruhi
oleh ketidakmampuan individu mempertahankan identitas personal yang jelas, konsisten dan sadar. Kebingungan identitas dapat terjadi kapan saja
dalam kehidupan jika individu tidak mampu mengadaptasi stressor identitas Potter Perry, 19972005.
Universitas Sumatera Utara
74
2.4. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Konsep Diri Lansia