25
stigma terhadap lansia menyebabkan rendahnya harga diri lansia Stuart Laraia, 2001.
Harga diri ini dapat menjadi rendah saat seseorang kehilangan kasih sayang atau cinta kasih dari orang lain, kehilangan penghargaan
dari orang lain. Beberapa perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah adalah malu terhadap diri sendiri, mengkritik diri sendiri, merasa
tidak berguna, merasa tidak mampu penolakan terhadap kemampuan personal, merasa bersalah, mudah tersinggungmarah, gangguan
hubungan sosial seperti menarik diri dari interaksi sosial, percaya diri kurang, dan pandangan hidup yang pesimis Stuart Sundeen, 1991.
Individu dengan harga diri yang tinggi merasa layak untuk dihormati dan meninggikan harkat dan martabatnya, percaya pada nilai
diri sendiri, dan pendekatan hidup dengan ketegasan dan semangat Stuart Laraia, 2001.
3.4.4. Penampilan Peran Role Performance
Peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu diberbagai
kelompok sosial. Peran dibagi menjadi 2 tipe, pertama adalah peran yang telah ditetapkan dan individu tidak memiliki pilihan, contohnya meliputi
usia dan jenis kelamin. Kedua adalah peran yang dipilih oleh individu, contohnya termasuk pekerjaan dan peran di dalam keluarga Stuart
Laraia, 2001.
Universitas Sumatera Utara
26
Sepanjang hidup orang menjalani berbagai perubahan peran. Lansia mengalami banyak perubahan peran yang tejadi, mulai dari
perubahan peran dalam pekerjaan, peran dalam keluarga dan sebagainya Potter Perry, 19972005. Lansia mengalami perubahan peran karena
lansia sering dianggap tidak berguna lagi, tidak dapat bersaing dengan orang-orang yang lebih muda dalam berbagai bidang tertentu karena
mengalami perubahan efisiensi kekuatan, kecepatan dan kemenarikan bentuk fisik. Semakin lanjut usia, mereka akan mengalami kemunduran
teutama dibidang kemampuan fisik, yang dapat menyebabkan penurunan peran sosial Nugroho, 2008.
Posisi masyarakat dapat merupakan stressor terhadap peran karena struktur sosial yang meimbulkan kesukaran, atau tuntutan posisi
yang tidak mungkin dilaksanakan. Setiap individu memiliki lebih dari satu peran yang memungkinkan untuk mengalami stress peran. Stress
peran terdiri dari konflik peran, peran yang tidak jelas, peran yang tidak sesuai, dan peran yang terlalu banyak. Perilaku individu dengan
gangguan peran menunjukkan ketidakpuasan terhadap peran yang dilakukannya, mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran,
kegagalan menjalankan peran yang baru, ketegangan menjalankan peran yang baru Potter Perry, 19972005.
Stuart dan Laraia 2001 menambahkan perilaku yang timbul pada individu yang puas akan penampilan perannya akan dapat
berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
27
merasakan kepuasan, dapat mempercayai orang lain dan membina hubungan interdependen, lebih meningkatkan perasaan berharga,
mempunyai ambisi, semangat yang kuat dan ingin terus meningkatkan kualitas dalam peran yang sedang dilakukan.
3.4.5. Identitas Diri