hanya pembacaan awal dan akhir dibuat, asumsikan bahwa perubahan pembacaan linear setiap waktu.
e. Catat semua pembacaan seperti baca laju alir Q
2
, temperatur, dikumpulkan hingga seluruh data terkumpul pada akhir pengukuran.
f. Pindahkan filter secara hati-hati, jaga agar tidak ada partikel yang terlepas,
lipat filter dengan partikulat tertangkap didalamnya. Tempatkan lipatan filter dalam alumunium foil dan tandai untuk identifikasi.
3.8.2. Pengukuran Keluhan ISPA
Pengukuran Keluhan ISPA menggunakan kuisioner yang berisi pertanyaan mengenai ada atau tidaknya keluhan ISPA serta gambaran Karakteristik responden
dan lingkungan fisik rumah responden.
3.9. Titik Pengukuran Kadar Debu PM
10
Titik Pengukuran kadar PM10 yang menjadi variabel dalam penelitian di Kavling Melati Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung ini berada di 5 Lima
titik pengukuran kadar debu yaitu :
1. Titik Pengukuran I
Berada di titik terdekat jalur keluar dan masuknya Industri galangan kapal namun bukan berada di titik pengukuran udara ambien yang berada disekitar
permukiman warga, berbatasan langsung dengan Lingkungan IV Kavling Melati. Alasan pemilihan titik pengukuran ini adalah untuk memberikan perbedaan atau
menghindari bias karena titik ini mampu memberikan gambaran kadar debu dari jalur yang paling sering atau mobilitas yang padat dari aktivitas galangan kapal.
Universitas Sumatera Utara
2. Titik Pengukuran II
Berada di titik tengah Lingkungan II Kavling Melati Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung yang berada di tengah permukiman warga dan tidak sering
dilalui oleh kendaraan berat seperti truk hasil mobilitas industri.
3. Titik Pengukuran III
Berada di Lingkungan I Kavling Melati Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung yang titik pengukurannya dilakukan di depan permukiman warga kavling I
namun tidak berada di titik pengukuran udara jalan. Dilakukan di tanah lapang Lingkungan I yang dikelilingi oleh semak dan pepohonan.
4. Titik Pengukuran IV
Berada di Lingkungan IV Kavling Melati Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung yang titik pengukurannya dilakukan di jalan tanah yang dekat
dengan permukiman warga namun bukan menjadi jalur lalu lintas dan dekat dengan perkebunan.
5. Titik Pengukuran V
Berada di Lingkungan III Kavling Melati Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung dimana pada titik pengukuran ini adalah permukiman warga
yang menjadi jalur mobilitas industri namun pengukuran tidak dilakukan di titik pengukuran udara jalan. Alasan pemilihan titik pengukuran II, III, IV dan V adalah
untuk mewakili masing-masing udara ambien di tiap lingkungan sehingga mampu memberikan gambaran sesuai dengan lokasi dari sampel penelitian.
Universitas Sumatera Utara
3.10. Analisis Data
Data yang berhasil dikumpulkan melalui wawancara dengan responden akan di analisa melalui beberapa uji statistika memakai program komputer secara analisa
statistic deskriptif untuk kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi silang untuk menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik dari variabel diteliti.
Universitas Sumatera Utara
55
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Kecamatan Sagulung
Kecamatan Sagulung merupakan salah satu kecamatan di Kota Batam yang memiliki banyak industri dan perusahaan baik Industri Rumah Tangga, Industri Kecil
dan Menengah bahkan Industri berbasis Penanaman Modal Asing. Kecamatan Sagulung memiliki luas wilayah sebesar 63.680 Ha dan mempunyai penduduk
sebanyak 119.303 jiwa. Kecamatan Sagulung terdiri dari 6 enam kelurahan, yaitu : a. Kelurahan Sagulung Kota
b. Kelurahan Tembesi c. Kelurahan Sungai Binti
d. Kelurahan Sungai Lekop e. Kelurahan Sungai Langkai, dan
f. Kelurahan Sei Pelunggut
Dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat di Kecamatan Sagulung, disediakan beberapa unit pelayanan kesehatan diantaranya, 1satu Rumah Sakit,
1satu Puskesmas, 13 Puskesmas pembantu, 2dua Puskesmas Keliling, dan 3 tiga Rumah Bersalin.
4.1.2. Kelurahan Sei Pelunggut
Berdasarkan Perda Nomor 5 Tahun 2005 tentang Pemekaran Wilayah Kota Batam, wilayah Kelurahan Sei Pelunggut mulai tanggal 1 Juni 2006 berada di bawah
Kecamatan Sagulung.
Universitas Sumatera Utara
56
4.1.2.1. Keadaan Geografis
Penelitian ini dilaksanakan di Kavling Bukit Melati yang termasuk ke dalam wilayah kerja Kelurahan Sei Pelunggut. Wilayah Kelurahan Sei Pelunggut memiliki
luas wilayah sebesar ± 5,3 Km, terdiri dari daratan dan lautan dengan komposisi 90:10 dengan kondisi geografis sedikit berbukit dan sebagian dataran rendah. Hampir
70 wilayah kerja Kelurahan Sei Pelunggut adalah Kavling Siap Bangun, 10 adalah kampung nelayan Dapur 12 pantai dan sebagian besar jalan-jalan lingkungan
permukiman belum diaspal. Kelurahan Sei Pelunggut memiliki batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sungai Lekop dan Kelurahan Sungai Langkai
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bulang c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sungai Langkai, dan
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sungai Lekop
4.1.2.2. Orbitasi Wilayah
Kelurahan Sei Pelunggut merupakan kelurahan yang tergolong cukup dekat dengan ibukota kecamatan yaitu dengan jarak ± 1 Km dan jarak antara kelurahan
dengan ibukota adalah ±15 Km
4.1.2.3. Demografi
Menurut data dari Kantor Kelurahan Sei Pelunggut terdapat sebanyak ± 18.879 Jiwa penduduk di Kelurahan Sei Pelunggut yang terdiri atas 9.722 laki-laki
dan 9.157 perempuan dan 6.246 Kepala Keluarga. Sebagian besar penduduk di Kelurahan Sei Pelunggut berada dalam kategori umur ≥15 – 56 Tahun yaitu
Universitas Sumatera Utara
57
berjumlah 11.517 Jiwa. Mayoritas penduduk di Kelurahan Pasar Belakang beragama Islam dengan 11.562 Jiwa.
Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Sei Pelunggut terdiri dari Wiraswasta sebanyak 2.904 Jiwa, Karyawan Swasta sebanyak 1.507 Jiwa,
dan Buruh Harian Lepas sebanyak 211 Jiwa. Penduduk di Kelurahan Sei Pelunggut terdiri dari beragam suku bangsa, antara lain : Suku Batak, Suku Minang, Suku
Flores, Suku Jawa, Suku Melayu, Tionghoa, Suku Bugis, dan Suku Aceh.
4.1.2.4. Sarana dan Prasarana
Sarana Pendidikan yang tersedia di Kelurahan Sei Pelunggut terdiri dari 7 Tujuh Taman Kanak-Kanak TK, 7 Tujuh Sekolah Dasar SD, 3 tiga Sekolah
Menengah Pertama SMP, 2 dua Sekolah Menengah Atas SMA, 13 Lembaga Pendidikan Agama, dan 2 dua lembaga pendidikan lain kursussejenisnya.
Bidang Keagamaan, Kelurahan Sei Pelunggut memiliki 49 Rumah Ibadah yang terdiri dari 11 Masjid, 13 Mushola, dan 25 Gereja. Kelurahan Sei Pelunggut
juga dilengkapi dengan 5 Poskamling, 25 Sarana Olahraga. Dalam Bidang cakupan pemenuhan air bersih di Kelurahan Sei Pelunggut
berada pada 6.246 Rumah Tangga telah memiliki akses air bersih dan didukung dengan total Keseluruhan yaitu 6.246 Rumah Tangga telah memiliki Jamban.
Dalam rangka menunjang kesehatan kepada masyarakat yang di Kelurahan Sei Pelunggut terdapat 1satu Unit Puskesmas Pembantu, 8 delapan Unit Posyandu
dan 5 lima Unit Praktek Bidan. Di Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung Kota Batam, penanaman
modal yang lebih dominan adalah perusahaan shipyard. Dalam bidang penanaman
Universitas Sumatera Utara
58
modal asing di Kelurahan Sei Pelunggut terdapat 7 Perusahaan yang beroperasi di wilayah kelurahan tersebut tepatnya di Dapur 12 RW O9 yaitu PT. MARCOPOLO,
PT DELTA Shipyard, PT. NETWELLMARINA, PT. TANJUNG PURA Shipyard, PT. VENTURE, PT. USDA SEROJA JAYA dan PT. SAWANG MANDIRI
Shipyard.
4.2. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dari variabel dalam penelitian yang terdiri dari karakteristik responden umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan, perilaku meliputi kebiasaan merokok, penggunaan masker pada saat berkendara, dan kebiasaan individu maupun
keluarga dalam aktivitas pembakaran sampah, lingkungan fisik rumah kepadatan hunian, keberadaan ventilasi dan cerobong asap, kebersihan rumah responden dan
variabel keluhan ISPA. Setelah melakukan penelitian melalui wawancara dengan kuesioner terhadap
83 responden yakni, 18 responden di RT 01, 22 Responden di RT 02, 21 Responden di RT 03 dan di RT 04 sebanyak 22 Responden didapati hasil sebagai berikut :
4.2.1. Karakteristik Responden
Hasil kuisioner mengenai karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan dianalisa untuk memperoleh
gambaran dan didistribusikan seperti dalam tabel-tabel berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
59
4.2.1.1.Jenis Kelamin Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Kavling Melati Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung Kota Batam Tahun
2014.
No. Jenis Kelamin
Jumlah Persentase
1 2
Laki-Laki Perempuan
24 59
28,9 71,1
Jumlah 83
100,0 Dari tabel distribusi jenis kelamin di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden adalah penduduk yang berjenis kelamin perempuan yakni sebanyak 59 orang responden atau sebesar 71,1 dari total responden sedangkan 24 orang
responden berjenis kelamin laki-laki atau sebesar 28,9 dari total responden.
4.2.1.2.Umur
Umur responden dalam penelitian ini dikelompokkan dalam 5 tahun sehingga diperoleh 9 kelompok umur dan dari 83 responden yang diteliti diperoleh data hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kavling Melati
Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung Kota Batam Tahun 2014.
No. Umur Responden
Jumlah Persentase
1 20-24 tahun
5 6.0
2 25-29 tahun
14 16.9
3 30-34 tahun
19 22.9
4 35-39 tahun
22 26.5
5 40-44 tahun
11 13.3
6 45-49 tahun
6 7.2
7 50-54 tahun
2 2.4
8 55-59 tahun
2 2.4
9 60-64 tahun
2 2.4
Jumlah
83 100,0
Universitas Sumatera Utara
60
Dari tabel distribusi umur di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden dari total 83 orang responden adalah penduduk yang berada dalam
kelompok usia antara 35-39 tahun sebanyak 22 orang responden atau sebesar 26,5 dari total responden. Kelompok usia dengan jumlah responden terkecil adalah
responden dalam kelompok umur antara 50-54 tahun, kelompok umur antara 55-59 tahun dan kelompok umur antara 60-64 tahun yaitu masing-masing kelompok umur
dengan jumlah responden sebanyak 2 orang responden atau sebesar 2,4 dari total responden.
4.2.1.3. Tingkat Pendidikan Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kavling Melati Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung Kota Batam
Tahun 2014.
No. Tingkat Pendidikan
Jumlah Persentase
1 D3 Keperawatan
1 1.2
2 S1
2 2.4
3 SD
10 12.0
4 SLTA
56 67.5
5 SLTP
10 12.0
6 SMK
4 4.8
Jumlah
83 100,0
Berdasarkan tabel tingkat pendidikan di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir yaitu SMA dan SMK yakni sebanyak
60 orang responden masing-masing dengan 56 orang responden dari kategori SMA dan 4 orang responden dari kategori SMK atau dengan persentase sebesar 72,3 dari
total responden .
Universitas Sumatera Utara
61
4.2.1.4. Jenis Pekerjaan Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Kavling Melati Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung Kota Batam Tahun
2014.
No. Jenis Pekerjaan
Jumlah Persentase
1 Buruh
4 4.8
2 Ibu Rumah Tangga
56 67.5
3 Karyawan Swasta
2 2.4
4 Pekerja Galangan Kapal
3 3.6
5 Pendeta
1 1.2
6 Supir Pabrik
1 1.2
7 Swasta
10 12.0
8 Wiraswasta
6 7.2
Jumlah 83
100,0
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar responden adalah Ibu Rumah Tangga dengan 56 responden atau sebesar 67,5 dari total responden.
4.2.1.5. Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Tempat tinggal
Data responden dianalisa berdasarkan lokasi lingkungan tempat tinggal untuk kemudian disajikan bersama data ada atau tidaknya anggota keluarga yang menderita
ISPA berdasarkan keluhan gejala yang ditemukan saat wawancara.
Tabel 4.5 Distribusi Responden berdasarkan Lingkungan Tempat Tinggal
dan Ada atau Tidaknya Keluhan ISPA
Ada atau Tidak Anggota Keluarga yang Mengalami
Keluhan ISPA Jumlah
Ya Tidak
Lingkungan
Lingkungan I 17
1 18
Lingkungan II 18
4 22
Lingkungan III 20
1 21
Lingkungan IV 18
4 22
Jumlah 73
10 83
Universitas Sumatera Utara
62
Dari tabel distribusi responden berdasarkan lingkungan tempat tinggal tersebut dapat dilihat bahwa dari lingkungan I dengan total 18 keluarga sebagai
responden sebanyak 17 keluarga memiliki anggota keluarga dengan keluhan ISPA berdasarkan gejala dan di lingkungan II dengan total 22 keluarga sebagai responden
sebanyak 18 keluarga memiliki anggota keluarga dengan keluhan ISPA berdasarkan gejala.
Lingkungan III dengan total 21 keluarga sebagai responden ditemukan sebanyak 20 keluarga memiliki anggota keluarga dengan keluhan ISPA berdasarkan
gejala saat diwawancarai dan di Lingkungan IV dengan total 22 keluarga sebagai responden sebanyak 18 keluarga memiliki anggota keluarga dengan keluhan ISPA
berdasarkan gejala saat diwawancarai.
4.2.2. Perilaku
Variabel perilaku dalam penelitian ini diperoleh dengan wawancara langsung kepada anggota keluarga dengan beberapa pertanyaan meliputi perilaku merokok,
penggunaan bahan bakar memasak, penggunaan anti nyamuk bakar atau semprot, kebiasaan memakai masker saat terpapar debu, kebiasaan membakar sampah dan
kebiasaan membuka jendela setiap harinya, dan kemudian diperoleh hasil sebagai berikut :
4.2.2.1.Perilaku Merokok
Variabel perilaku merokok terdiri dari kebiasaan merokok dari responden, ada atau tidaknya anggota keluarga yang merokok didalam rumah, dan lama kebiasaan
merokok.
Universitas Sumatera Utara
63
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok dan Ada atau
Tidaknya Anggota Keluarga yang Menderita ISPA Berdasarkan Gejala di Kavling Melati, Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan
Sagulung Kota Batam Tahun 2014.
Perilaku Merokok ADA ANGGOTA
KELUARGA YANG MENDERITA ISPA
BERDASARKAN GEJALA
Jumlah
Ya Tidak
1.Kebiasaan Merokok Responden
Ya 21
1 22
Tidak 52
9 61
Jumlah 73
10 83
2. Ada atau Tidaknya Anggota Keluarga yang
Merokok di dalam Rumah
Ada 62
10 72
Tidak Ada 11
11
Jumlah 73
10 83
3. Lama Merokok 5 tahun
4 1
5 5–10 tahun
5 5
10 tahun 53
9 62
Jumlah 62
10 72
Dari tabel perilaku merokok diatas diketahui bahwa sebanyak 61 orang responden tidak memiliki kebiasaan merokok atau sebesar 73,5 dari total responden
dan 22 orang responden atau sebesar 26,5 responden merokok. Dari 83 keluarga yang diwawancarai diperoleh hasil bahwa 72 keluarga atau sebesar 86,7 dari total
keluarga memiliki anggota keluarga yang merokok di dalam rumah, sisanya yaitu 11 keluarga tidak memiliki anggota keluarga yang merokok di dalam rumah dengan
lama kebiasaan merokok di dominasi oleh lama merokok lebih dari 10 tahun.
Universitas Sumatera Utara
64
4.2.2.2.Penggunaan Anti Nyamuk BakarSemprot dan Bahan Bakar Memasak Tabel 4.7
Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Anti Nyamuk Bakar atau Semprot dan Jenis Bahan Bakar Memasak dan Ada
atau
Tidaknya Anggota Keluarga yang Menderita ISPA Berdasarkan Gejala di Kavling Melati Kelurahan Sei Pelunggut
Kecamatan Sagulung Kota Batam Tahun 2014.
Perilaku Ada Anggota Keluarga
Yang Menderita ISPA Berdasarkan Gejala
Jumlah Ya
Tidak
1. Penggunaan Anti Nyamuk BakarSemprot
Ya 50
8 58
Tidak 23
2 25
Jumlah
73 10
83
2. Jenis Bahan Bakar Memasak
Gas 68
9 77
Minyak Tanah
5 5
Kayu Bakar
1 1
Jumlah
73 10
83
Sebanyak 58 keluarga atau 69,9 dari total keluarga yang diwawancarai memiliki kebiasaan penggunaan anti nyamuk bakar atau semprot sedangkan sisanya
yaitu 25 keluarga tidak memiliki kebiasaan penggunaan anti nyamuk bakar atau semprot.
Sebagian besar dari total keluarga memilih menggunakan gas sebagai bahan bakar memasak yaitu sebanyak 77 keluarga atau sebesar 92,8 dari total keluarga
dan 5 keluarga atau sebesar 6 dari total keluarga memilih menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar memasak dan sisanya yaitu 1 keluarga menggunakan kayu
bakar sebagai bahan bakar memasak.
Universitas Sumatera Utara
65
4.2.2.3. Perilaku Penggunaan Masker, Membakar Sampah dan Membuka Jendela Setiap Hari
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Penggunaan Masker,
Membakar Sampah dan Membuka Jendela Setiap Hari di Kavling Melati, Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung Kota Batam
Tahun 2014.
Perilaku Ada Anggota Keluarga
Yang Menderita ISPA Berdasarkan Gejala
Jumlah Ya
Tidak
1. Kebiasaan Penggunaan Masker
Ya 15
2 17
Tidak 58
8 66
Jumlah 73
10 83
2. Kebiasaan Membakar Sampah
Ya 3
1 4
Tidak 70
9 79
Jumlah
73 10
83
3. Membuka Jendela Setiap Hari
Ya 65
10 75
Tidak 8
8
Jumlah
73 10
83 Dari tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar dari responden yaitu
sebanyak 66 orang responden tidak memiliki kebiasaan penggunaan masker saat terpapar debu dan sisanya yaitu 17 responden memiliki kebiasaan penggunaan
masker saat terpapar debu. Sebagian besar dari responden tidak memiliki kebiasaan membakar sampah
yaitu sebanyak 79 keluarga dan 4 dari 83 keluarga memiliki kebiasaan membakar sampah. Dari total responden diperoleh data bahwa 75 keluarga memiliki kebiasaan
Universitas Sumatera Utara
66
selalu membuka jendela setiap harinya dan 8 dari total keluarga tidak selalu membuka jendela setiap harinya.
4.2.3. Keluhan Udara dan Galangan Kapal
Variabel keluhan udara terdiri dari ada atau tidaknya keluhan udara yang dialami responden, jenis keluhan udara, upaya mengurangi keluhan udara, dan
penilaian responden terhadap aktivitas industri galangan kapal.
Tabel 4.9 Distribusi Jenis Keluhan Responden Berdasarkan Pencemaran
Udara di Kavling Melati, Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung Kota Batam Tahun 2014.
Keluhan Udara Jumlah
Persentase
1. Ada atau Tidak Keluhan Udara
Ada 65
78,3
Tidak Ada 18
21,7
Jumlah
83 100,0
2. Jenis Keluhan Bau dan Debu
1 1,5
Debu 59
90,8
Debu dan Asap 2
3,1 Debu, Asap dan Gatal
1 1,5
Debu dan Gatal 2
3,1
Jumlah 65
100,0 3. Ada atau Tidak Upaya
Mengurangi Keluhan Udara Ada
32 38,6
Tidak 51
61,4 Jumlah
83 100,0
4. Penilaian Responden Mengenai Kaitan Industri
Galangan Kapal dengan Peningkatan Debu
Berkaitan 50
60,2
Tidak Berkaitan 33
39,8
Jumlah 83
100,0
Universitas Sumatera Utara
67
Sebanyak 65 orang responden atau sebesar 78,3 responden menyatakan memiliki keluhan udara di lingkungan tempat tinggal mereka, dan 59 orang
responden menyatakan keluhan udara tersebut berupa banyaknya debu di lingkungan mereka. Dari tabel di atas, sebanyak 51 orang responden atau sebesar 61,4 dari total
responden menyatakan tidak melakukan upaya tertentu untuk mengurangi keluhan udara yang mereka alami. Sebanyak 50 orang responden atau sebesar 60,2
berpendapat bahwa ada kaitan antara keberadaan industri galangan kapal dan aktivitasnya dengan peningkatan debu di lingkungan tempat tinggal mereka.
Tabel 4.10 Distribusi Penilaian Responden mengenai Industri Galangan Kapal di Kavling Melati, Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung
Kota Batam Tahun 2014.
Penilaian terhadap Industri Galangan Kapal Jumlah
Persentase
1. Mengetahui Keberadaan Industri Galangan Kapal
Ya 83
100,0
Tidak
Jumlah
83 100,0
Respon terhadap Keberadaan Industri
Galangan Kapal Baik
31 37.3
Tidak Baik 52
62.7 Jumlah
83 100,0
3. Pendapat Mengenai Debu sudah dalam taraf
mengganggu
Ya 57
68.7
Tidak 26
31.3
Jumlah 83
100,0 4. Debu dihasilkan oleh
Mobilitas Truk Industri
Ya 71
85.5
Tidak 12
14.5
Jumlah
83 100,0
Universitas Sumatera Utara
68
Hasil wawancara dengan responden menyatakan bahwa total keseluruhan responden yaitu sebanyak 83 Responden mengetahui dan sadar akan keberadaan
Industri Galangan Kapal yang berada di dekat Kavling Melati Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung Kota Batam. Sebanyak 52 orang responden atau
sekitar 62,7 dari total responden memberikan tanggapan dalam kategori tidak baik mengenai keberadaan industri galangan kapal di dekat Kavling Melati Kelurahan Sei
Pelunggut Kecamatan Sagulung Kota Batam, sementara 31 responden berpendapat bahwa industri galangan kapal memberikan dampak yang baik kepada masyarakat di
lokasi penelitian khususnya dalam bidang penyerapan tenaga kerja dan bidang perekonomian.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 83 Responden didapati bahwa sebanyak 57 orang responden atau sekitar 68,7 dari total responden berpendapat
bahwa keluhan debu di Kavling Melati Kelurahan Sei Pelunggut sudah dalam taraf mengganggu terutama untuk kesehatan. Sebanyak 71 orang responden atau sekitar
85,5 dari total responden berpendapat bahwa debu yang mengganggu di lokasi penelitian tersebut juga dihasilkan oleh mobilitas truk industri yang beraktifitas di
Kavling Melati Kelurahan Sei Pelunggut.
4.2.4. Data Lingkungan Fisik Rumah
Data mengenai lingkungan fisik rumah didapat dari hasil wawancara responden dan obsevasi yang dilakukan di dalam rumah responden
di Kavling Melati, sehingga didapat hasil sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
69
Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Data mengenai lingkungan fisik rumah di Kavling Melati, Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan
Sagulung Kota Batam Tahun 2014.
Lingkungan Fisik Rumah
ADA ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA ISPA
BERDASARKAN GEJALA
Jumlah Ya
Tidak
1. Ada Tumbuhan Atau Tanaman
Ada 41
3 44
Tidak Ada
32 7
39
Jumlah 73
10 83
2. Ada Cerobong Asap atau tidak
Ada 17
4 21
Tidak 56
6 66
Jumlah 73
10 83
3. Ada Ventilasi Atau Tidak
Ada 73
10 83
Jumlah 73
10 83
4. Luas Ventilasi 10 luas lantai
10 10
10 luas lantai 63
10 73
Jumlah 73
10 83
Keseluruhan responden telah memiliki ventilasi rumah dan 73 rumah memiliki luas ventiasi yaitu 10 dari luas lantai dan 62 rumah responden tidak
memiliki cerobong asap di dapur. Hasil wawancara dan observasi rumah responden diketahui sebanyak 44 orang responden 53,0 memiliki tanaman atau tumbuhan di
pekarangan rumah.
4.2.5. Keluhan ISPA
Data mengenai keluhan ISPA didapat dari hasil wawancara responden yang dilakukan di Kavling Melati, sehingga didapat hasil sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
70
Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan ISPA di Kavling Melati, Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung Kota Batam
Tahun 2014.
Keluhan ISPA Jumlah
Persentase
1. Ada atau tidaknya anggota keluarga yang pernah didiagnosa ISPA
Ya 1
1,2
Tidak 82
98,8 Jumlah
83 100,0
2. Frekuensi didiagnosa ISPA 1 Kali
1 1,2
Tidak Pernah 82
98,8 Jumlah
83 100,0
3. Anggota keluarga yang sering mengalami batuk
Ya 72
86.7
Tidak 11
13.3
Jumlah 83
100,0 4. Frekuensi Batuk
2-3 bulan sekali 42
50.6
4-6 bulan sekali 30
36.1 6 bulan sekali
11 13.3
Jumlah
83 100,0
5. Demam diatas 37ºC Ya
65 78.3
Tidak 18
21.7
Jumlah 83
100,0 6. Serak Saat Batuk
Ya 61
73,5
Tidak 22
26,5
Jumlah
83 100,0
7. Adanya Cairan keluar dari Telinga
Ya 1
1.2
Tidak 82
98.8 Jumlah
83 100,0
8. Tenggorokan Merah saat Demam, Batuk, dan Serak
Ya 51
61.4
Tidak 32
38.6
Jumlah
83 100,0
9. Sel Iga Tertarik pada Saat Bernafas
Ya 20
24.1
Tidak 63
75.9 Jumlah
83 100,0
10. Tanda Pilek saat Demam, Batuk, dan Serak
Ya 73
88.0
Tidak 10
12.0
Jumlah 83
100,0
Universitas Sumatera Utara
71
Berdasarkan data dari tabel, hanya ada 1 responden yang menyatakan bahwa ada anggota keluarga yang pernah di diagnosa ISPA yaitu sebesar 1,2 dari total
responden dengan frekuensi sebanyak 1 kali. Terdapat 72 orang responden atau sebesar 86,7 menyatakan bahwa ada anggota keluarga yang sering mengalami
batuk dengan frekuensi batuk yang sering di alami oleh anggota keluarga responden dalam rentang waktu 2-3 bulan sekali yaitu sebanyak 42 responden atau sebanyak
50,6 dari total responden. Sebanyak 65 orang responden yang menyatakan bahwa ada anggota keluarga
yang sering mengalami demam 37ºC dan 61 responden yang menyatakan bahwa ada anggota keluarga yang sering mengalami serak saat demam dan batuk. Dari tabel
di atas diketahui bahwa terdapat 1 responden yang menyatakan bahwa ada anggota keluarga yang pernah mengalami keluarnya cairan dari telinga saat demam, batuk dan
serak dan terdapat 51 responden yang menyatakan bahwa ada anggota keluarga yang mengalami tanda tenggorokan merah saat demam, batuk dan serak.
Dari tabel diatas diketahui bahwa hanya 20 responden yang menyatakan bahwa ada anggota keluarga yang mengalami tanda sel iga tertarik saat bernafas saat
demam, batuk dan serak dan terdapat 73 responden yang menyatakan bahwa ada anggota keluarga yang mengalami tanda pilek saat demam, batuk dan serak.
4.2.6. Hasil Pengukuran Debu
Pengukuran kadar debu PM10 dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 2014 terhadap 5 titik pengukuran. Adapun rincian titik pengukuran adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
72
a. Titik Pengukuran I dilaksanakan di jalan tanah tidak diaspal sebagai pintu masuk dan keluarnya industri galangan kapal yaitu lokasi terdekat dengan jalur mobilitas
yang melewati pemukiman penduduk. Titik ini dipilih untuk mewakili kadar PM
10
disekitar lokasi industri yang dekat dengan permukiman. Pengukuran dilaksanakan pada tanggal l6 Juni 2014 pukul 11.00 – 12.00 WIB.
b. Titik Pengukuran II dilaksanakan di pertengahan pemukiman penduduk tepatnya di sebuah lapangan kecil yang dari tanah Lingkungan II yang tidak menjadi jalur
mobilitas dari industri galangan kapal. Titik ini dipilih sebagai pembanding lokasi yang tidak dilalui oleh mobilitas truk industri. Pengukuran dilakukan pada tanggal
l6 Juni 2014 pukul 12.20 – 13.20 WIB. c. Titik Pengukuran III dilaksanakan di tengah permukiman lingkungan I yang
dikelilingi oleh semak dan berada di tanah lapang dengan jarak yang tidak terlalu dekat dengan jalan raya sebagai jalur lalu lintas truk industri. Pengukuran
dilaksanakan pada tanggal l6 Juni 2014 pukul 13.30 – 14.30 WIB. d. Titik Pengukuran IV dilaksanakan di sekitar pemukiman warga Lingkungan IV,
lokasi ini jauh dari lalu lintas truk industri sehingga tidak ada truk industri yang melintas dan berada di dekat perkebunan dengan kondisi jalan tanah banyak
dikelilingi oleh pohon dan tanaman warga. Pengukuran dilaksanakan pada tanggal l6 Juni 2014 pukul 14.40 – 15.40 WIB.
e. Titik Pengukuran V dilaksanakan di tengah permukiman warga lingkungan III dengan lokasi jalan aspal dan persimpangan yang dilalui oleh truk industri dan
jalur yang dilalui oleh para pekerja saat berangkat dan pulang bekerja. Pengukuran dilakukan pada tanggal 16 Juni 2014 pukul 16.00 – 17.00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
73
Adapun hasil pengukuran debu tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 4.13 Hasil Pengukuran Kadar PM
10
di Lokasi Penelitian No
Lokasi Waktu
WIB Baku
Mutu Hasil
Metode
1 Titik I
N: 1º 1.1243’ ; E: 103º 57.6675’
11.00 – 12.00
150 µgNm
3
132.343 SNI 19- 7119.3 -
2005
2 Titik II
N: 1º 1.12728’ ; E: 103º 57.6713’
12.20 – 13.20
150 µgNm
3
18.959 SNI 19- 7119.3 –
2005
3 Titik III
N: 1º 1.3851’ ; E: 103º 57.6443’
13.30 – 14.30
150 µgNm
3
57.358 SNI 19- 7119.3 –
2005 4
Titik IV N: 1º 1.1755’ ; E:
103º 57.6256’ 14.40 –
15.40 150
µgNm
3
1.363 SNI 19- 7119.3 –
2005
5 Titik V
N: 1º 1.2045’ ; E: 103º 57.7149’
16.00 – 17.00
150 µgNm
3
179.006 SNI 19- 7119.3 -
2005
Dari Tabel di atas diketahui bahwa pada pukul 16.00 – 17.00 WIB pengukuran kadar PM
10
selama 1 jam di titik pengukuran V menunjukkan angka di atas baku mutu pengukuran 24 jam yaitu 150 µgNm
3
Universitas Sumatera Utara
74
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Pengukuran Kadar PM
10
Hasil Pengukuran Kadar PM
10
yang diperoleh pada titik pengukuran I, II, III, IV
tidak melebihi baku mutu udara ambien karena berada pada angka 150µgNm
3
sedangkan titik pengukuran V memberikan hasil 150µ gNm
3
. Titik pengukuran I memberikan hasil yaitu 132.343 µgNm
3
.Bila ditinjau dari waktu pengukuran dan hasil pengukuran maka dikatakan kadar debu di titik ini tidak
melebihi baku mutu pengukuran 24 jam . Titik pengukuran II memberikan hasil yaitu 18.959 µgNm
3
.Bila ditinjau dari waktu pengukuran dan hasil pengukuran maka dapat dikatakan kadar debu di titik ini dalam taraf rendah.
Titik pengukuran III memberikan hasil yaitu 57.358 µgNm
3
. Bila ditinjau dari waktu dan hasil pengukuran maka dapat dikatakan kadar debu di titik ini dalam
taraf rendah. Titik pengukuran IV memberikan hasil yaitu 1.363µ gNm
3
. Bila ditinjau dari waktu pengukuran dan hasil pengukuran maka dapat dikatakan kadar debu di
titik ini dalam taraf rendah. Titik V yang dilakukan memberikan hasil yaitu 179.006 µgNm
3
.Bila ditinjau dari waktu pengukuran dan hasil pengukuran maka dapat dikatakan kadar debu di titik ini dalam taraf tinggi namun tidak melebihi baku mutu
karena waktu pengukuran hanya dilakukan selama 1 jam. Berdasarkan hasil pengukuran kadar PM
10
di kelima titik pengukuran yang paling rendah kadar PM
10
terdapat di titik pengukuran IV yaitu sebesar 1,363
gNm
3
, sedangkan yang paling tinggi kadar PM
10
terdapat pada titik pengukuran V yaitu sebesar 179,006 gNm
3
. Hasil ini tidak dapat dibandingkan dengan baku mutu
Universitas Sumatera Utara
dari Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999 karena pengukuran ini hanya dilakukan selama 1 jam.
5.2. Gambaran Keluhan ISPA Berdasarkan Gejala
Data mengenai keluhan ISPA didapat dari hasil wawancara responden yang dilakukan dengan pertanyaan yang diajukan mencakup riwayat ISPA pada
responden maupun pada anggota keluarga dan gejala-gejala yang dapat timbul saat terjadi ISPA. Berdasarkan data dari tabel Tabel Distribusi Responden Berdasarkan
Keluhan ISPA di Kavling Melati, Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung Kota Batam Tahn 2014, hanya ada 1 responden yang menyatakan bahwa ada anggota
keluarga yang pernah di diagnosa ISPA yaitu sebesar 1,2 dari total responden dengan frekuensi didiagnosa ISPA oleh tenaga kesehatan sebanyak 1 kali.
Terdapat 72 orang responden atau sebesar 86,7 menyatakan bahwa ada anggota keluarga yng sering mengalami batuk dengan frekuensi batuk yang sering di
alami oleh anggota keluarga responden dalam rentang waktu 2-3 bulan sekali yaitu sebanyak 42 responden atau sebanyak 50,6 dari total responden. Sebanyak 65 orang
responden yang menyatakan bahwa ada anggota keluarga yang sering mengalami demam 37ºC dan 61 responden yang menyatakan bahwa ada anggota keluarga yang
sering mengalami serak saat demam dan batuk. Diketahui bahwa terdapat 1 orang responden yang menyatakan bahwa ada
anggota keluarga yang pernah mengalami keluarnya cairan dari telinga saat demam, batuk dan serak dan terdapat 51 responden yang menyatakan bahwa ada anggota
keluarga yang mengalami tanda tenggorokan merah saat demam, batuk dan serak. Terdapat 20 responden yang menyatakan bahwa ada anggota keluarga yang
Universitas Sumatera Utara
mengalami tanda sel iga tertarik saat bernafas saat demam, batuk dan serak dan terdapat 73 responden yang menyatakan bahwa ada anggota keluarga yang
mengalami tanda pilek saat demam, batuk dan serak. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam penelitian didasarkan pada tanda dan gejala ISPA menurut Depkes RI
2002. Dari hasil penelitian tersebut didapati bahwa dengan mengasumsikan bahwa
apabila responden memiliki keluhan yang ditanyakan, pada sebulan terakhir, maka dapat dikatakan bahwa responden atau anggota keluarga memiliki keluhan ISPA
berdasarkan gejala-gejala ISPA. Dan berdasarkan data penelitian didapati bahwa 73 orang responden 87,95 memiliki keluhan ISPA dan sisanya yaitu 10 atau sebesar
12,05 dari total responden tidak memiliki keluhan ISPA berdasarkan gejala.
5.3. Faktor Rendahnya Kadar PM
10
Dan Tingginya Keluhan ISPA 1. Curah Hujan dan Kelembaban
Hasil pengukuran kadar Particulate Matter PM
10
pada lokasi penelitian menunjukkan pada 4 empat titik pengukuran, kadar PM
10
tidak melebihi baku mutu dan keluhan ISPA berdasarkan gelaja dalam kategori tinggi. Hal ini mungkin
diakibatkan oleh tingginya curah hujan, karena pada saat pengukuran didominasi oleh curah hujan yang tinggi atau dapat dikatakan berada pada rentang musim penghujan
yang bisa mengakibatkan rendahnya kadar debu disekitar lokasi pengukuran. Perbedaan hasil pengukuran kadar debu yang terjadi pada penelitian dapat pula
disebabkan oleh perbedaan kelembaban pada lokasi pengukuran.
Universitas Sumatera Utara
Kelembaban pada titik pengukuran I adalah sebesar 60 , pada titik II sebesar 47, kelembaban pada titik III sebesar 59, titik IV sebesar 51 dan kelembaban
pada titik V adalah sebesar 52. Partikel debu yang telah terkena hujan akan cenderung lebih berat sehingga
akan lebih sulit terbawa oleh udara sehingga kadar debu di udara lebih sedikit dan memperkecil kemungkinan untuk kemudian terhirup oleh manusia. Dalam
perjalanannya turun ke bumi, air hujan akan melarutkan partikel-partikel debu dan gas yang terdapat dalam udara, misalnya, gas CO
2
, gas N
2
O
3
, dan gas S
2
O
3
Chandra, 2006. Hal diatas didukung juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Topan
Nirwana dalam bentuk kajian literature didapatkan bahwa curah hujan, temperatur dan kelembaban berpengaruh terhadap tingkat kejadian DBD, ISPA, dan Diare.
2. Waktu Pengukuran Kadar PM
10
Rendahnya kadar debu PM
10
di 4 empat titik pengukuran bisa juga diakibatkan oleh perbedaan waktu pengukuran, dimana pengukuran dilakukan selama
1 hari dengan waktu yang berbeda-beda. Pengukuran di titik 1, 2, 3 dan 4 yang menunjukkan kadar PM
1o
yang rendah dilaksanakan pada saat tidak terjadinya mobilitas yang padat dari truk industri maupun kendaraan umum beserta debu hasil
mobilitas masyarakat, sedangkan pengukuran kadar PM
1o
pada titik 5 yang memberikan hasil kadar PM
1o
yang tinggi dilaksanakan pada pukul 16.00 – 17.00 WIB dimana waktu tersebut adalah jadwal pulang untuk para pekerja industri
galangan kapal yang di dominasi oleh pengendara sepeda motor , oleh karena itu, pada saat tersebut terjadi kepadatan aktivitas jalur kendaraan disekitar pemukiman
Universitas Sumatera Utara
penduduk yang secara langsung dapat mempengaruhi kadar debu di lokasi baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Hal diatas sesuai dengan pemaparan yang menyatakan bahwa seiring semakin banyaknya jumlah sepeda motor di jalanan, ternyata menimbulkan masalah baru,
yaitu pencemaran lingkungan berupa polusi udara. Knalpot sepeda motor mengeluarkan asap dan menambah parahnya polusi udara di kota-kota besar
Suwarto, 2005.
3. Lokasi Pengukuran Kadar PM