15
2.1.5. Klasifikasi Bahan Pencemar
Menurut Mukono, Bahan pencemar udara atau polutan dapat dibagi menjadi dua bagian :
1. Polutan Primer
Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu, dan dapat berupa :
a Polutan Gas, terdiri dari : 1. Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan karbon
oksida CO atau CO
2
. 2. Senyawa sulfur, yaitu sulfur oksida.
3. Senyawa nitrogen, yaitu nitrogen oksida dan amoniak. 4. Senyawa halogen, yaitu fluor, klorin, hidrogen klorida, hidrokarbon
terklorinasi, dan bromin. b Partikel
Partikel yang di atmosfer mempunyai karakteristik yang spesifik, dapat berupa zat padat maupun suspense aerosol cair di atmosfer. Bahan partikel tersebut
dapat berasal dari proses kondensasi, dispersi maupun erosi bahan tertentu.
2. Polutan Sekunder
Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia. Polutan sekunder mempunyai sifat fisik
dan sifat kimia yang tidak stabil. Termasuk dalam polutan sekunder adalah ozon, Peroxy Acyl Nitrat PAN, dan formaldehid Mukono, 2006.
Universitas Sumatera Utara
16
2.1.6. Baku Mutu Kualitas Udara
Undang-undang yang ada di Indonesia saat ini mengatur lingkungan secara umum dan dikenal sebagai UU No 4 tahun 1982 sebagai undang-undang udara
bersih. Peraturan seperti ini dikenal sebagai standar emisi, baik emisi dari cerobong pabrik, maupun emisi kendaraan bermotor Soemirat, 2009.
Tabel 2.1.Baku Mutu Kualitas Udara Ambien Menurut KEP-2MENKLHI1988 NO
Parameter Waktu
Pengukuran Baku
Mutu Metode
Analisis Peralatan
1 SO
2
24 Jam 0,01 ppm
Pararosanilin Spectrophotometer
2 CO
8 jam 20,00 ppm
NIDR NIDR analyzer
3 NO
X
24 jam 0,05 ppm
Saltzman Spectrophotometer
4 O
X
1 jam 0,10 ppm
Chem.lum Spectrophotometer
5 Debu
24 jam 0,26 mgm
3
Gravimetric Hi-volume sampler
6 Pb
24 jam 0,06 mgm
3
Gravimetric Hi-vol, AAS
7 H
2
S 30 menit
0,03 ppm Hgthiocyanat
Spectrophotometer 8
NH
3
24 jam 2,00 ppm
Nessler Spectrophotometer
9 HC
3 jam 0.24 ppm
Flame- ionization
Gas chromatography
Sumber : Soemirat, 2009 Menurut PP No. 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara,
untuk baku mutu kadar debu adalah untuk PM
10
yaitu partikel debu yang berukuran 10 µm adalah 150 µgNm
3
untuk lama pengukuran 24 jam dan baku mutu PM
2.5
adalah 65 µgNm
3
untuk lama pengukuran 24 jam dan 15 µgNm
3
untuk lama pengukuran 1 jam.
Penurunan kualitas udara peningkatan debu dapat memberikan dampak lanjutan terhadap manusia berupa kemungkinan timbulnya penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut ISPA akibat dari proses pengerjaan konstruksi,debu yang
Universitas Sumatera Utara
17
ditimbulkan melalui lalu lalang kendaraan pembawa material atau areal terbuka dokumen AMDAL PT Britoil Offshore Indonesia.
2.2. Partikel Debu 2.2.1. Pengertian Debu