h.  Kitab  Undang-Undang  Hukum  Pidana  khususnya  tentang  Pidana Penipuan Penggelapan.
F. Metode Penelitian
Adapun  metode  penelitian  yang  digunakan  dalam  penulisan  skripsi  ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis penelitian Penelitian  yang  digunakan  dalam  penulisan  skripsi  ini  adalah  penelitian
hukum normatif yang disebut juga dengan istilah doctrinal research. Menurut Soetandyo Wignjosoebroto penelitian doktrinal terdiri dari :
17
a.  Penelitian yang berupa usaha inventarisasi hukum positif; b.  Penelitian  yang  berupa  usaha  penemuan  asas-asas  dan  dasar  falsafah
dogma atau doktrin hukum positif; dan c.  Penelitian  yang  berupa  usaha  penemuan  hukum  in  concreto  yang  layak
diterapkan untuk menyelesaikan suatu perkara hukum tertentu. Penulisan dalam skripsi ini tergolong ke dalam jenis penelitian doktrinal
yang  berdasarkan  pada  usaha  penemuan  hukum  in  concreto.  Menurut  Pollack, tujuan  pokok  dilakukannya  legal  research  adalah  untuk  menguji  apakah  suatu
postulat  normatif  dapat  digunakan  untuk  memecahkan  suatu  masalah  hukum  in concreto
.
18
Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memberikan analisis secara yuridis tentang  praktik  Money  Game  dalam  transaksi  perdagangan  berbasis  Multi  Level
17
Bambang  Sunggono,  Metodologi  Penelitian  Hukum  Jakarta:  Rajawali  Pers,  2010, hlm. 42.
18
Ibid., hlm. 91.
Marketing yang  terjadi  di  Indonesia.  Analisis  yuridis  itu  meliputi  bagaimana
kedudukan hukum atau legalitas praktik Money Game dan transaksi perdagangan berbasis  Multi  Level  Marketing,  serta  proses  penegakan  hukum  yang  diterapkan
akibat  praktik  Money  Game  dalam  transaksi  perdagangan  berbasis  Multi  Level Marketing
. Indonesia  saat  ini  belum  memiliki  regulasi  khusus  yang  secara  tegas
dalam  suatu  undang-undang.  Oleh  sebab  itu,  penerapan  hukum  yang  digunakan untuk menjerat pelakunya masih menggunakan ketentuan-ketentuan yang bersifat
umum. Praktik Money Game pada dasarnya merupakan praktik penipuan sehingga pelaku praktik Money Game dapat dijerat dengan ketentuan pidana ini. Ketentuan
pidana  lainnya  yang  lebih  berat  untuk  menjerat  pelakunya  juga  belum  diatur secara  tegas  dalam  regulasi  khusus  di  luar  KUHP.  Meski  demikian,  beberapa
undang-undang  di  luar  KUHP  dinilai  bisa  digunakan  untuk  menjerat  pelaku praktik  Money  Game.  Hal  ini  dapat  dimanfaatkan  oleh  Penuntut  Umum  dalam
merumuskan Surat Dakwaan untuk memuat lebih dari satu dakwaan. Menurut M Yahya  Harahap,  perumusan  surat  dakwaan  memiliki  4  bentuk  yaitu  Surat
Dakwaan  Biasa,  Surat  Dakwaan  Alternatif,  Surat  Dakwaan  Subsidair,  dan  Surat Dakwaan Kumulasi.
19
Bentuk Dakwaan Alternatif dan Dakwaan Subsidair inilah yang dapat digunakan oleh Penuntut Umum untuk menjerat pelaku praktik Money
Game agar  menghindari  ditolaknya  dakwaan  yang  diajukan  Penuntut  Umum
apabila  dakwaan  yang  diajukan  hanya  mencantumkan  dakwaan  penipuan. Penuntut  Umum  dapat  memasukkan  dakwaan  lain  di  luar  KUHP  yang  dinilai
19
Yahya Harahap,  Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP Jakarta: Sinar Grafika, 2006, hlm. 400-401.
memiliki hubungan dengan praktik  Money Game seperti ketentuan pidana  dalam Undang-undang  Perbankan,  Undang-undang  Pasar  Modal,  atau  Undang-undang
Perlindungan  Konsumen.  Ketentuan-ketentuan  pidana  dalam  KUHP  maupun diluar  KUHP  ini  merupakan  norma-norma  hukum  in  abstracto  yang  diperlukan
mutlak sebagai premisa mayor, sedangkan fakta-fakta dalam praktik Money Game berbasis  Multi  Level  Marketing  merupakan  in  concreto  yang  akan  berfungsi
sebagai premisa minor. 2. Sumber data
Data  yang  digunakan  dalam  penulisan  skripsi  ini  menggunakan  data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari bahan-bahan yang sudah siap tersaji dan
dapat digunakan. Sumber data sekunder ini dapat diperoleh dari :
20
a.  Bahan  hukum  primer  yaitu  bahan-bahan  hukum  yang  mengikat  sebagai berikut :
1 Kitab  Undang-Undang  Hukum  Pidana  KUHP;  Undang-Undang Nomor  7  Tahun  2014  tentang  Perdagangan;  Undang-Undang  Nomor
21  Tahun  2011  tentang  Otoritas  Jasa  Keuangan;  Undang-Undang Nomor  8  Tahun  1995  tentang  Pasar  Modal;  dan  Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 2 Peraturan  di  bawah  Undang-undang  tentang  penyelenggaraan
perdagangan  Multi  Level  Marketing,  yaitu  Peraturan  Menteri Perdagangan
RI Nomor
32M-DAGPER82008 tentang
Penyelenggaraan  Kegiatan  Usaha  Perdagangan  dengan  Sistem
20
Bambang Sunggono, Op. cit.,  hlm. 185.
Penjualan  Langsung;  Peraturan  Menteri  Perdagangan  RI  Nomor 47M-DAGPER92009  tentang  Perubahan  Atas  Permendag  Nomor
32M-DAGPER82008  tentang  Penyelenggaraan  Kegiatan  Usaha Perdagangan  dengan  Sistem  Penjualan  Langsung;  Peraturan  Menteri
Perdagangan RI
Nomor 55M-DAGPER102009
tentang Pendelegasian  Wewenang  Penerbitan  Surat  Izin  Usaha  Penjualan
Langsung kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam Rangka  Pelaksanaan  Pelayanan  Terpadu  Satu  Pintu  di  Bidang
Penanaman Modal; Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 13M- DagPER32006  tentang  Ketentuan  dan  Tata  Cara  Penerbitan  Surat
Izin  Usaha  Penjualan  Langsung;  Peraturan  Menteri  Perdagangan  RI Nomor  36M-DAGPER92007  tentang  Penerbitan  Surat  Izin  Usaha
Perdagangan;  Keputusan  Menteri  Perindustrian  dan  Perdagangan  RI Nomor  73MPPKep32000  tentang  Ketentuan  Kegiatan  Usaha
Penjualan  Berjenjang;  dan  Fatwa  Dewan  Syariah  Nasional – Majelis
Ulama Indonesia DSN-MUI Nomor 75DSNMUIVII2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah PLBS.
21
b.  Bahan  hukum  sekunder,  yaitu  bahan-bahan  yang  memberikan  penjelasan terhadap bahan hukum primer, seperti buku-buku bacaan atau karya jurnal
dari  kalangan  hukum  yang  menyangkut  praktik  Money  Game, perdagangan  berbasis  Multi  Level  Marketing,  berita  dan  artikel  yang
dimuat di internet terkait dengan penulisan skripsi ini.
21
R. Serfianto D., Iswi Hariyani, Cita Yustisia, Op. cit., hlm. 89.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberi petunjuk-petunjuk maupun  penjelasan  terhadap  bahan  hukum  primer  dan  sekunder,  seperti
kamus hukum, Wikipedia, Kamus Merriam Webster atau Ensiklopedia. 3. Teknik pengumpulan data
Teknik  pengumpulan  data  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah studi  kepustakaan  library  research,  yaitu  dengan  mengumpulkan  dengan  cara
meneliti  dokumen-dokumen  dari  bahan  pustaka  atau  yang  disebut  dengan  data sekunder  yang  meliputi  peraturan  perundang-undangan,  buku-buku  baik  koleksi
pribadi  maupun  perpustakaan,  artikel-artikel  baik  yang  diambil  dari  media  cetak maupun  media  elektronik,  makalah  ilmiah,  dan  bahan-bahan  lain  yang
berhubungan dengan materi yang akan dibahas. 4. Analisa data
Analisa  data  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  analisa kualitatif,  yaitu  mengikhtisarkan  hasil  pengumpulan  data  sekunder  selengkap
mungkin  serta  memilah-milahkannya  dalam  suatu  konsep,  kategori,  atau  tema tertentu  sehingga  dapat  menjawab  permasalahan-permasalahan  dalam  penulisan
ini.
22
Data  yang  berhasil  dikumpulkan  kemudian  ditautkan  dengan  bahan  hukum yang  ada  sehingga  data  dapat  diolah  dan  diinterpretasikan  guna  mendapatkan
kesimpulan  dari  permasalahan  serta  memaparkan  kesimpulan  dan  saran,  yang dalam  hal  ini  adalah  kesimpulan  kualitatif,  yakni  kesimpulan  yang  dituangkan
dalam bentuk pernyataan dan tulisan.
22
Burhan  Bungin,  Analisis  Data  Penelitian  Kualitatif:Pemahaman  Filosofis  dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi
Jakarta: Grafindo Persada, 2005, hlm. 68-69.
G. Sistematika Penulisan