kemampuan komunikasi, penguasaan teknologi, pemberian wawasan tambahan kepada distributornya. Perusahaan turut serta dalam membantu para distributornya
untuk mengembangkan diri dan membangun jaringan pemasaran yang luas dengan harapan perusahaan dapat meningkatkan penjualan produknya.
50
Konsep mitra usaha dalam sistem Multi Level Marketing dinamakan sebagai sistem duplikasi orang. Seseorang akan berhasil dalam bisnis ini bukan
saja karena ia berhasil mengembangkan dirinya, tetapi ia juga harus berhasil mendidik para jaringan distributor yang ada dalam garis sponsorisasinya vertikal
agar dapat bersama-sama berkembang dengannya. Sekalipun awalnya bisnis Multi Level Marketing
ini banyak dijalankan sebagai usaha paruh waktu, namun bagi mereka yang memiliki komitmen kuat untuk sukses dalam usaha ini maka ia harus
berani mengutamakan waktu dan pikiran untuk menjual, mendidik dan melatih kelompok jaringan distributor yang ada di bawah garis sponsorisasinya untuk
mencapai kesuksesan dalam perusahaan berbasis Multi Level Marketing.
51
D. Legalitas Hukum Transaksi Perdagangan Multi Level Marketing di Dunia
dan Indonesia
Amerika Serikat merupakan negara pertama yang memperhatikan legalitas sistem perdagangan Multi Level Marketing pasca banyaknya praktik
Money Game yang dikhawatirkan dapat menganggu stabilitas perekonomian.
Melalui U.S. Federal Trade Commision, kasus Amway pada tahun 1978 menjadi pembicaraan hangat pada masa itu. Amway diinvestigasi dan diperiksa secara
resmi berkaitan dengan skema penjualan langsung yang diterapkan. Hasil
50
Andrias Harefa, Op. cit., hlm. 183-184.
51
Ibid.
investigasi menunjukkan bahwa Amway bebas dari praktik Money Game maupun praktik skema piramida sehingga Amway merupakan perusahaan berbasis Multi
Level Marketing yang sah dan sistem penjualan yang diterapkan dapat
dibenarkan.
52
Pengadilan dalam putusannya mempertimbangkan bahwa dalam waktu kurang dari 20 tahun Amway berhasil mendirikan sebuah perusahaan pabrikasi
yang besar dengan sistem distribusi yang efisien yaitu sistem Multi Level Marketing
. Amway juga mampu memperkenalkan produk-produk baru ke pasaran dan didukung para konsumen yang tetap setia menggunakan produk Amway. Para
distributor juga terbukti mendapat keuntungan dari penyediaan sumber baru tersebut. Perusahaan Amway kemudian diakui dan dipahami sebagai salah satu
perusahaan berbasis Multi Level Marketing yang sah. Pengalaman sejarah membuktikan bahwa keberhasilan Amway telah mendorong tumbuhnya berbagai
perusahaan berbasis Multi Level Marketing di seluruh dunia. Keputusan F.T.C. 618 tentang Amway telah dijadikan landasan ideal bagi perusahaan berbasis Multi
Level Marketing yang hendak berkembang dan secara tidak langsung turut
membantu pemberantasan skema piramida di Amerika Serikat.
53
Beberapa negara bagian di Amerika Serikat mengenal berbagai istilah dalam mendefinisikan skema piramida dalam peraturannya. Terlepas dari nama
yang digunakan oleh undang-undang, maksud dan tujuan pembuat undang-undang ini adalah sama yaitu untuk melarang rencana atau program yang pembagian
komisi distributornya didapatkan berdasarkan rekrutmen anggota baru bukan
52
93 F.T.C. 618, In The Matter of Amway Corporation, Inc., Final Order, Opinion, etc., In Regard To Alleged Violation Of The Federal Trade Commision Act
.
53
Andrias Harefa, Op. cit., hlm. 113-114.
berdasarkan pada produk penjualan kepada konsumen akhir. Meski memiliki beragam definisi namun dapat disimpulkan bahwa apabila sebuah perusahaan
memenuhi salah satu unsur berikut maka perusahaan tersebut berpotensi melanggar peraturan di Amerika Serikat. Berikut unsur-unsurnya:
54
1. Adanya pembayaran sejumlah uang kepada perusahaan; 2. Peserta menerima hak untuk menjual produk perusahaan;
3. Peserta menerima imbalan dengan cara merekrut orang lain ke dalam program; 4. Imbalan berupa komisi ini tidak berkaitan dengan penjualan produk kepada
pengguna akhir. Hingga saat ini, belum ada departemen khusus yang menangani
persoalan skema piramida di Amerika Serikat. Meski demikian, Federal Trade Commission
and Federal Courts menyatakan bahwa setiap undang-undang setiap negara bagian memiliki kerangka hukum yang sudah cukup untuk mengatur
perusahaan berbasis Multi Level Marketing. Meski sudah ada peraturan di masing- masing negara bagian namun Keputusan Pengadilan Federal yang berkaitan
dengan Koscot Inc. ini yang sering dijadikan dasar pemahaman untuk menilai apakah sebuah perusahaan berbasis Multi Level Marketing melakukan
pelanggaran hukum atau tidak. Hal yang selalu dipertimbangkan hakim umumnya adalah dengan melihat apakah ada unsur penarikan uang pendaftaran yang tidak
54
RR Law Group, “Legal Principles of Multilevel Marketing”,
http:www.mlmlaw. comlaw-libraryguides-referencemultilevel-marketing-primertop
diakses tanggal 7 Januari 2015.
wajar danatau adanya unsur pembayaran komisi distributor yang didasarkan pada proses rekrutmen anggota bukan berdasarkan jumlah unit barang yang terjual.
55
Perusahaan dalam aktivitasnya harus berhati-hati ketika mengembangkan jaringan pemasarannya sebab perusahaan harus memperhatikan secara seksama
agar tetap berada dalam parameter hukum yang sesuai di Amerika Serikat. Produk hukum yang dirancang memang tidak dapat menjamin semua tantangan hukum.
Oleh sebab itu, ada variabel berkaitan dengan definisi “Skema piramida” dalam peraturannya. Hal ini untuk menghindari perusahaan berbasis Multi Level
Marketing dianggap legal dalam satu negara namun ilegal di negara bagian
lainnya. Selain itu, penekanan variabel berkaitan dengan definisi “Skema piramida” ini bertujuan untuk menghindari interpretasi hukum yang berbeda-beda
dari sebuah undang-undang atau Keputusan Pengadilan Federal sebelumnya. Dengan adanya penekanan variabel ini maka perangkat hukumnya selalu terlihat
substance over form dan dapat mengurangi inkonsistensi antar negara bagian
dalam menyusun peraturan.
56
Kewenangan legalitas perdagangan berbasis Multi Level Marketing di negara Inggris berada di tangan The Department of Trade and Industry DTI.
Munculnya beragam masalah yang terjadi pada skema perdagangan di Inggris terlihat pada tahun 1960-an. Banyaknya korban akibat sebuah skema perdagangan
yang cenderung hanya memberikan keuntungan bagi perusahaan membuat
55
RR Law Group, “Legal Principles of Multilevel Marketing”,
http:www.mlmlaw. comlaw-libraryguides-referencemultilevel-marketing-primertop
diakses tanggal 7 Januari 2015.
56
RR Law Group, “Legal Principles of Multilevel Marketing”,
http:www.mlmlaw .comlaw-libraryguides-referencemultilevel-marketing-primertop
diakses tanggal 7 Januari 2015.
pemerintah Inggris harus turun tangan. Berikut beberapa pelanggaran yang muncul saat itu:
57
1. Skema perusahaan yang meminta para peserta untuk berpartisipasi dengan jumlah uang yang besar dalam skema untuk mendapat hak menjual produk
perusahaannya dan disertai dengan janji pemberian bonus ketika peserta merekrut orang lain ke dalam skema;
2. Tidak adanya kontrak tertulis yang menegaskan hak-hak peserta yang berpartisipasi dalam skema perdagangan tersebut;
3. Tidak adanya cooling off untuk karyawan berupa hak bagi peserta untuk menjual kembali buy back produk perusahaan yang tidak terjual di pasaran;
4. Perusahaan memberikan informasi yang tidak memadai atau menyesatkan berkaitan dengan sifat skema dan janji imbalan komisi untuk pesertanya.
Sebuah perusahaan berbasis Multi Level Marketing dianggap sebagai usaha komersial yang sah sepanjang tidak bertentangan dengan Part XI of the Fair
Trading Act 1973 , The Pyramid Selling Schemes Regulations 1989, dan The
Pyramid Selling Schemes Amandment Regulations 1990 .
58
Secara umum, praktik perdagangan berbasis Multi Level Marketing yang diakui secara sah
menurut hukum Inggris adalah skema perdagangan yang melakukan penjualan barang danatau jasa melalui skema yang beroperasi di lebih dari satu tingkat.
Peserta yang bergabung dalam skema ini akan membeli barang danatau jasa dari orang atau perusahaan yang menjalankan skema atau dari peserta lain dan
kemudian menjualnya kepada masyarakat umum. Terlepas dari keuntungan yang
57
Lorraine Conway, “Pyramid Selling and Similar Trading Schemes”, House of
Commons Library , Research Paper 9620, Januari 1996, hlm. 6.
58
Ibid., hlm. 5.
mereka dapatkan dari barang yang terjual, peserta juga dapat menawarkan penghasilan tambahan dengan merekrut peserta baru untuk mendapat komisi
penjualan yang dilakukan oleh peserta lain.
59
Ada 3 tiga landasan hukum yang berkaitan dengan perusahaan berbasis Multi Level Marketing
. Hukum Inggris setidaknya mengklasifikasikan 4 empat delik pidana yang tercatat dalam Pasal 120 Part XI of the Fair Trading Act 1973
dimana dua diantaranya berkaitan dengan pelanggaran rekrutmen yang dilakukan secara persuasif oleh perusahaan yang kemudian disertai dengan suatu
pembayaran sebagai partisipan baru dan dua delik pidana lainnya yang berkaitan dengan pelanggaran terhadap isi perjanjian. Pasal 120 ini juga memberikan sanksi
pidana secara tegas berupa hukuman denda maksimum sebes ar ₤ 5000 danatau 3
tiga bulan penjara. Part XI of the Fair Trading Act 1973 merupakan peraturan yang dibuat dengan tujuan untuk melarang beberapa jenis skema perdagangan
terlarang, khususnya kegiatan yang memungut biaya partisipasi sebagai anggota yang disertai dengan janji bonus apabila merekrut peserta baru ataupun kegiatan
yang memungut lebih dari ₤ 200 untuk produk barang danatau jasa selama 7 tujuh hari pertama dalam partisipasinya sebagai anggota.
60
Kewenangan legalitas perdagangan berbasis Multi Level Marketing di Indonesia berada di tangan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Kemendag RI. Lahirnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan menjadikan dasar legalitas baru bagi setiap perusahaan berbasis
Multi Level Marketing . Dalam pasal 7 sampai pasal 10 Undang-undang
59
Ibid.
60
Ibid., hlm. 6.
Perdagangan ditegaskan tentang skema penjualan distribusi apa yang diperbolehkan dan diakui, siapa saja yang termasuk penjual resmi dan larangan
tegas yang disertai sanksi akibat penggunaan praktik skema piramida dalam kegiatan perdagangan.
Melalui Kemendag RI, pemerintah juga mengeluarkan beberapa peraturan dibawah undang-undang berkaitan dengan perusahaan berbasis Multi Level
Marketing . Regulasi itu meliputi:
61
1. Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 32M-DAGPER82008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem Penjualan
Langsung; 2. Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 47M-DAGPER92009 tentang
Perubahan Atas Permendag Nomor 32M-DAGPER82008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem Penjualan
Langsung; 3. Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 55M-DAGPER102009 tentang
Pendelegasian Wewenang Penerbitan Surat Izin Usaha Penjualan Langsung kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam Rangka
Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal; 4. Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 13M-DagPER32006 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Izin Usaha Penjualan Langsung; 5. Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 36M-DAGPER92007 tentang
Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan;
61
R. Serfianto D., Iswi Hariyani, Cita Yustisia, Op. cit., hlm. 89.
6. Keputusan Menteri
Perindustrian dan
Perdagangan RI
Nomor 73MPPKep32000 tentang Ketentuan Kegiatan Usaha Penjualan Berjenjang;
dan 7. Fatwa Dewan Syariah Nasional
– Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI Nomor 75DSNMUIVII2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang
Syariah PLBS. Apabila sebuah perusahaan berbasis Multi Level Marketing hendak
mendapatkan izin dari pemerintah maka perusahaan tersebut bukan hanya wajib memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan SIUP dan mempunyai akta Perseroan
Terbatas melainkan juga wajib memiliki Surat Izin Usaha Penjualan Langsung SIUPL sesuai amanat Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 32M-
DAGPER82008. Untuk mendapatkan izin SIUPL, maka perusahaan wajib mengajukan
permohonan izin dan kemudian mempresentasikan rencana bisnisnya terlebih dahulu di Departemen Perdagangan dan turut dihadiri pengurus organisasi
Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia APLI. Sejak ada Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 55M-DAGPER102009, proses untuk mendapatkan
SIUPL ini semakin panjang karena selain harus mendapat rekomendasi dari Departemen Perdagangan dan saran dari APLI, permohonan juga harus dikirim ke
Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM untuk disetujui dan kemudian memberikan keputusan.
62
Perlu dipahami bahwa, hukum positif di Indonesia menegaskan bahwa tidak semua perusahaan boleh menghimpun dana masyarakat
62
Ibid., hlm. 9.
dan melakukan pengelolaan investasi atas penghimpunan tersebut. Kegiatan penghimpunan dana hanya terbatas pada syarat-syarat yang ditetapkan oleh
undang-undang. Inilah sebabnya proses perizinan untuk mendapatkan SIUPL oleh perusahaan yang hendak bergerak dengan sistem Multi Level Marketing ini
membutuhkan jalan panjang dan berliku dengan mendapat rekomendasi dari berbagai lembaga negara.
Proses yang rumit dan panjang ini kemudian membuat banyak perusahaan berbasis Multi Level Marketing di Indonesia yang tidak mengurus izin
SIUPL. Perusahaan tersebut hanya mempunyai izin SIUP dan Akta Perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas. Dalam Pasal
5 Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 46M-DAGPER102009 ditegaskan bahwa SIUP tidak berlaku untuk kegiatan usaha perdagangan yang tidak sesuai
dengan yang tercantum dalam SIUP, kegiatan penghimpunan dana masyarakat dengan menawarkan janji keuntungan yang tidak wajar dan kegiatan yang diatur
secara khusus dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia seperti penjualan berjenjang, penjualan dengan sistem waralaba, kegiatan ekspor-
impor, dan lain-lain.
63
Dialihkannya kewenangan penerbitan SIUPL dari Departemen Perdagangan ke BKPM sebenarnya adalah upaya pemerintah dalam
mempermudah pelayanan dalam proses perizinan. Sejak berlakunya Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 55M-DAGPER102009 dalam rangka
mewujudkan penyelenggaraan suatu perizinan dan non-perizinan di Indonesia
63
Ibid., hlm. 33-34.
maka dibentuklah Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP yang bernaung dibawah BKPM. Dengan adanya penyelenggaraan ini, diharapkan para perusahaan yang
hendak mendapatkan SIUPL ini mampu mengurus permohonan izin SIUPL dari tahap permohonan sampai dengan terbitnya dokumen perizinan dalam satu tempat
yaitu di BKPM.
64
Sayangnya, meskipun kehadiran PTSP ini diharapkan dapat menjawab hambatan para pengusaha dalam mengurus izin, kenyataannya Otoritas Jasa
Keuangan OJK dalam laporannya pada bulan November 2014, mencatat ada 262 perusahaan yang menghimpun dana masyarakat tanpa izin khusus dan layanannya
tidak berada dalam pengawasan OJK. Setelah ditelusuri, sebanyak 218 penawaran investasi tersebut tidak memiliki kejelasan izin dari otoritas berwenang.
Sedangkan, 44 sisanya berada dibawah naungan sejumlah otoritas, seperti Kementerian Koperasi dan UMKM, Badan Pengawasan Perdagangan Komoditi
Berjangka, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Hukum dan HAM.
65
Berkaitan dengan APLI, organisasi ini merupakan sebuah wadah kesatuan bagi seluruh perusahaan yang bergerak di bidang penjualan langsung
Direct Selling. Organisasi ini bersifat independen, tidak berafiliasi dengan kegiatan politik praktis, dan profesional dalam mengawasi perusahaan untuk
melakukan sistem penjualan langsung yang murni. Setiap perusahaan Multi Level Marketing
tidak berkewajiban menjadi anggota APLI, yang wajib bagi perusahaan adalah memiliki izin SIUPL. Meski tidak diwajibkan, menjadi anggota APLI
mampu memberikan kesan bagi konsumen bahwa perusahaan yang terdaftar
64
Ibid., hlm. 168-169.
65
Kontan, “OJK Rilis Daftar Investasi Yang Diduga Bermasalah”,
http:mobile.kontan .
co.idnewsojk-rilis-262-nama-investasi-bodong-ini-daftarnya diakses tanggal 10 Januari 2015.
memiliki reputasi yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang belum menjadi anggota APLI. APLI sendiri menjadi satu-satunya organisasi yang
dipercaya oleh World Federation of Direct Selling Associations WFDSA sebagai lembaga yang bertugas untuk mengawasi kinerja perusahaan berbasis
Multi Level Marketing di Indonesia. Dalam rekrutmen anggota, APLI dikenal
cukup ketat, calon perusahaan yang hendak bergabung akan diteliti dari segi rencana pemasaran yang bebas dari unsur skema piramida maupun praktik
terselubung Money Game, mampu mematuhi Kode Etik yang ditetapkan. Keanggotaan APLI sendiri berlaku untuk satu tahun dan setiap tahun akan
diperpanjang setelah diteliti kembali persyaratan-persyaratan ini. Pada bulan Juni 2014, tercatat sudah ada 87 perusahaan berbasis Multi Level Marketing yang
bergabung menjadi anggota APLI padahal jumlah perusahaan yang bergerak di bidang penjualan langsung ini jumlahnya diduga mencapai 262 perusahaan.
66
66
APLI, http:www.apli.or.id
diakses tanggal 10 Januari 2015.
BAB III LEGALITAS PRAKTIK PERDAGANGAN
MONEY GAME BERBASIS MULTI LEVEL MARKETING DI INDONESIA
A. Pengertian Money Game