25
D. Metode Analisis
1. Analisis Proksimat
a. Analisis Kadar Air, Metode Oven AOAC, 1995
Prinsipnya air dalam bahan pangan akan hilang jika dilakukan penguapan dengan perlakuan pemanasan. Sejumlah sampel kurang lebih 5 gram
dikeringkan dalam oven 100-105 C sampai diperoleh berat yang tetap, kemudian
kadar air dihitung dengan persamaan berikut:
Keterangan : W
1
= Bobot cawan kosong W
2
= Bobot sampel W
3
= Bobot sampel dan cawan setelah dioven
b. Analisis Kadar Abu, Metode Oven AOAC, 1995
Prinsipnya abu dalam bahan pangan ditetapkan dengan menimbang sisa mineral hasil pembakaran bahan organik pada suhu 400-600
o
C. Cawan porselin dikeringkan dalam tanur bersuhu 400-600
o
C. Sebanyak 3-5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam cawan
porselin. Selanjutnya sampel dipijarkan di atas nyala pembakar bunsen sampai tidak berasap lagi, kemudian dilakukan pengabuan di dalam tanur listrik pada
suhu 400-600
o
C selama 4-6 jam atau sampai terbentuk abu berwarna putih. Kemudian sampel didinginkan dalam desikator dan selanjutnya ditimbang. Kadar
abu dihitung dengan menggunakan persamaan:
c. Analisa Kadar Lemak, Metode Soxhlet AOAC, 1995
Prinsipnya lemak diekstrak dengan pelarut dietil eter atau heksan. Setelah pelarutnya diuapkan lemak ditimbang dan dihitung persentasenya. Labu lemak
yang akan digunakan dikeringkan dalam oven bersuhu 100-110
o
C, didinginkan, dalam desikator dan ditimbang. Sampel dalam bentuk tepung ditimbang sebanyak
5 gram dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam alat ekstraksi soxhlet, yang telah berisi pelarut heksan.
Kadar abu = 100
gram sampel
bobot gram
abu berat
x 100
W W
W W
air Kadar
2 3
2 1
x −
+ =
26 Reflux dilakukan selama 5 jam minimum dan pelarut yang ada di dalam
labu lemak didistilasi. Selanjutnya labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 100
C hingga beratnya konstan, didinginkan dalam desikator, dan ditimbang. Kadar lemak dihitung dengan menggunakan
persamaan:
d. Analisa Kadar Protein, Metode Mikro-Kjeldahl AOAC, 1995
Prinsipnya, penetapan protein berdasarkan oksidasi bahan-bahan berkarbon dan konversi nitrogen menjadi amonia. Selanjutnya amonia bereaksi dengan
kelebihan asam membentuk amonium sulfat. Larutan dibuat menjadi basa, dan amonia diuapkan untuk kemudian diserap dalam larutan asam borat. Nitrogen
yang terkandung dalam larutan dapat ditentukan dengan titrasi menggunakan HCl 0,02 N.
Sejumlah kecil sampel kira-kira membutuhkan 3-10 ml HCl 0.01 N atau 0.02 N yaitu sekitar 0.1 gram ditimbang dan diletakkan ke dalam labu Kjeldahl
30 ml. Kemudian ditambahkan 1.9 gram K
2
SO
4
, 40 mg HgO, dan 2 ml H
2
SO
4
. Jika sampel lebih dari 15 mg, ditambahkan 0.1 ml H
2
SO
4
untuk setiap 10mg bahan organik di atas 15 mg. Sampel didihkan selama 1-1.5 jam sampai cairan
jernih. Sampel didinginkan dan ditambah sejumlah kecil air secara perlahan-lahan,
kemudian didinginkan kembali. Isi tabung dipindahkan ke alat destilasi dan labu dibilas 5-6 kali dedngan 1-2 ml air. Air cucian dipindahkan ke labu distilasi.
Erlenmeyer berisi 5 ml larutan H
3
BO
3
dan 2 tetes indikator campuran 2 bagian merah metil 0.2dalam alkohol dan 1 bagian metilen blue 0.2 dalam alkohol
diletakkan di bawah kondensor. Ujung tabung kondensor harus terendam di bawah larutan H
3
BO
3
. Ditambah larutan NaOH-Na
2
S
2
O
3
sebanyak 8-10 ml, kemudian didestilasi dalam erlenmeyer. Tabung kondensor dibilas dengan air dan
bilasannya ditampung dalam erlenmeyer yang sama. Isi erlenmeyer diencerkan sampai kira-kira 50 ml, kemudian dititrasi dengan HCl 0.02 N sampai terjadi
Kadar lemak = 100
gram sampel
bobot gram
lemak berat
x
27 perubahan warna. Penetapan untuk blanko juga dilakukan dengan cara yang sama.
Perhitungan kadar protein dilakukan dengan menggunakan rumus :
e. Kadar Karbohidrat by difference
Keterangan : P
= kadar protein A = kadar abu
L = kadar lemak
2. Analisis Fortifikan