Pendugaan umur simpan berdasarkan mutu organoleptik

30 digunakan adalah ibu hamil dengan jumlah antara 20-25 orang. Hasil yang diperoleh diolah dengan menggunakan independent T-test pada program SPSS untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat kesukaan pada kedua sampel.

4. Pendugaan umur simpan metode Arrhenius Arpah, 2001

Pada dasarnya diketahui bahwa laju reaksi suatu reaksi sangat dipengaruhi oleh suhu. Pada umumnya, semakin tinggi suhu, maka akan semakin tinggi pula laju reaksi. Dengan kata lain, semakin tinggi nilai T suhu dalam K maka akan semakin tinggi pula nilai k konstanta penurunan mutu. Hubungan ini, berdasarkan pada ”teori aktivasi” pada reaksi kimia. Secara umum, suatu reaksi baru akan dimulai jika diberikan sejumlah energi minimum tertentu, yang disebut energi aktivasi. Pendugaan umur simpan pada produk bihun dilakukan dengan cara Accelerated Shelf-Life Test ASLT atau pendugaan umur simpan dengan cara akselerasi dengan metode arrhenius. Pendugaan umur simpan dilakukan berdasarkan dua karakteristik mutu produk yaitu: mutu organoleptik dan mutu fisik diukur dengan kromameter. Sampel bihun Non fortifikasi NF dan fortifikasi F disimpan dalam oven pada suhu 37, 45, 55 C. Pada saat penyimpanan, sampel bihun yang digunakan adalah bihun yang masih dikemas dalam kemasan aslinya dan belum pernah dibuka.

1. Pendugaan umur simpan berdasarkan mutu organoleptik

Pendugaan umur simpan berdasarkan pada organoleptik ini dilakukan melalui tiga tahapan utama yaitu: tahap seleksi dan pelatihan panelis, tahap penilaian perubahan organoleptik produk dan tahap perhitungan pendugaan umur simpan. a. Tahap seleksi dan pelatihan panelis Tahap penyeleksian ini berfungsi untuk menyeleksi dan mendapatkan panelis yang sesuai dengan kebutuhan. Panelis yang lolos adalah panelis yang memiliki kemapuan untuk membedakan rasa manis, asin, mengetahui adanya perbedaan aroma serta memiliki penglihatan yang baik tidak buta warna. Form isian untuk seleksi panelis dapat dilihat pada Lampiran 16a dan 16b. 31 Para panelis yang telah lolos melalui tahap seleksi, selanjutnya dilatih untuk mengenal karakteristik produk. Panelis dilatih untuk mengenal perubahan warna bihun, aroma bihun, kehilangan aroma bawang pada minyak, warna minyak, warna bumbu, aroma bumbu, intensitas penggumpalan bumbu, warna bawang goreng, warna saus dan kekentalan kecap. Pengenalan karakteristk produk ini dilakukan pada produk yang sebelumnya telah sengaja dirusak dengan menggunakan suhu tinggi 70 C selama 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 18 hari. Pelatihan ini dilakukan sebanyak dua kali dalam satu minggu. Pada pelatihan ini juga diberitahukan kepada panelis mengenai penilaian pemberian skor terhadap karekteristik produk dan skor ketika produk sudah tidak dapat diterima tidak layak konsumsi lagi. b. Tahap penilaian perubahan mutu produk Penilaian secara organoleptik dilakukan dengan metode scoring test. Scoring test dilakukan dengan cara memberikan nilai skor kepada produk yang yang telah mengalami perlakuan disimpan pada suhu 37 C, 45 C, 55 C setiap 7 hari selama 28 hari 4 minggu. Penilaian perubahan mutu diberi nilai dengan skala 6 sama dengan kontrol sampai dengan 1 berbeda sangat kuat dengan kontrol. Format tabel penilaian perubahan karakteristik produk dapat dilihat pada Lampiran 18. Penilaian dilakukan sesuai dengan perubahan mutu produk seperti yang dilakukan pada saat pelatihan panelis. Produk yang sudah tidak dapat diterima oleh konsumen diberi nilai skor tertentu sesuai dengan parameter mutunya. Batas kritis parameter N t mutu dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Batas atas N dan batas kritis N t mutu bihun berdasarkan mutu organoleptik No Parameter mutu N N t 1 Aroma 6 2 2 Bihun Warna 6 2 3 Aroma 6 2 4 Minyak Warna 6 2 5 Warna 6 2 6 Aroma 6 2 7 Bumbu Penggumpalan 6 2 8 Bawang Warna 6 1 9 Sambal Warna 6 2 10 Kecap Kekentalan 6 1 32 c. Tahap perhitungan pendugaan umur simpan Setelah semua data terkumpul maka tahap selanjutnya adalah pengolahan data dan perhitungan pendugaan umur simpan. Perhitungan pendugaan umur simpan ini melalui beberapa langkah perhitungan yaitu : a. Penentuan Ordo reaksi Penentuan ordo ini dilakukan untuk mengetahui model ordo mana yang terjadi pada proses penurunan mutu produk pada setiap suhu penyimpanan. Terdapat dua model penurunan mutu yaitu: ordo 0 yang mengikuti pola persamaan linier dan ordo 1 yang mengikuti pola persamaan eksponensial. Model persamaan ordo 0 dan ordo 1 dapat dilihat pada Gambar 3.2. b. Penentuan nilai k kemirinan atau slop Nilai k konstanta atau slope pada ordo 0 dapat langsung diketahui dari persamaan N t = N – kt, pada setiap parameter mutu. Nilai k pada ordo 1 ini dapat diperoleh dengan cara menurunkan persamaan ordo 1 N t = N е kt menjadi Ln N t = Ln N – kt. c. Menentukan persamaan Arrhneius dan umur simpan. Persamaan arrhenius diperoleh dengan cara menghubungkan nilai konstanta perubahan mutu perhari k yang diperoleh dari setiap suhu penyimpanan pada ordinat y dengan suhu penyimpanannya dalam satuan Kelvin K pada absis x atau Ln k ordinat y dengan 1T absis x. Persamaan arrhenius yang diperoleh adalah sebagai berikut: Keterangan : k = konstanta penurunan mutu k = konstanta Ea = energi aktivasi R = konstanta gas 1,986 kalmol T = suhu mutlak, K C + 273 Persamaan arrhenius diperlukan untuk memperoleh laju penurunan mutu produk pada suhu-suhu yang lain. Laju penurunan ini digunakan dalam persamaan awal N t = N – kt untuk menentukan umur simpan produk yaitu, t = k N N t − RT Ea e k k − = atau T 1 R Ea k ln k ln − = 33

2. Pendugaan umur simpan berdasarkan perubahan mutu fisik secara