Tabel 22. Pengelompokkan dan Pembebanan Biaya Tidak Langsung Berdasar Pemacu Luas Bangunan
Aktivitas Konsumsi Luas Bangunan Rp
Ruang kantor 2.250.575,67
Ruang gudang 1.795.000,82
Jumlah 4.045.576,49
6.3.5. Menghitung Tarif Biaya
Menghitung tarif biaya tidak langsung dengan cara membagi jumlah biaya homogen dalam satu kelompok dan jumlah konsumsi pemacu biaya nya. Hasil
pembagian tersebut dinanakan tarif kelompok. Perhitungan tarif kelompok biaya tidak langsung dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Perhitungan tarif Kelompok Biaya Tidak Langsung PT Cipta Daya Agri Jaya Tahun 2005
Kelompok Biaya 1
Nilai Biaya Rp 2
Pemacu Biaya 3
Tarif Biaya 4 = 2:3
Kelompok 1 2.698.333,34
4.415,99 Rp 611,04
Kelompok 2 21.634.785,00
2.207,55 Rp 9.800,36
Kelompok 3 California
915.695,14 1.625,75
Rp 563,24 Hawaii
349.875,30 1.225,95
Rp 285,39 Jelita
615.291,46 975,56
Rp 630,71 Kelompok 4
4.045.576,49 120,00
Rp 33.713,14
6.3.6. Pengalokasian Biaya
Setelah tarif perkelompok biaya diketahui maka dilakukan pengalokasian ke masing-masing produk. Pengalokasian dilakukan dengan mengalikan tarif
kelompok biaya dan aktivitas yang dikonsumsi oleh masing-masing produk. Perhitungan alokasi biaya tidak langsung ke masing-masing produk dapat dilihat
pada Lampiran 5
6.3.7. Perhitungan Harga Pokok Produksi
Dari perhitungan yang dilakukan diatas dengan menjumlahkan sumberdaya langsung dan sumber daya tidak langsung, maka perhitungan harga
pokok produksi dengan menggunakan ABC dapat dilihat pada tabel 24. Tabel 24. Perhitungan Harga Pokok Produksi per Kilogram RupiahKg
dengan Metode ABC
Pepaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja Langsung
BOP Jumlah HPP
Produksi per Kg
California 794,46
2.377,78 8.129,08
11.301,32 Hawaii
687,51 2.377,78
8.330,48 11.395,77
Jelita 1.466,29
2.377,78 9.075,55
12.919,62
Harga pokok pada tabel 24 diatas merupakan hasil perhitungan yang berasal dari penjumlahan sumber daya langsung yaitu biaya bahan bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung, dengan sumber daya tidak langsung yaitu biaya overhead. Dari tabel tersebut juga dapat diketahui bahwa BOP tertinggi
dibebankan pada Pepaya Jelita. Tinggginya nilai BOP disebabkan pada tahun 2005 Pepaya Jelita masih menghasilkan panen yang kecil, sehingga beban BOP
ini harus ditanggung seluruhnya oleh produk. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan dengan metode ABC, membuktikkan bahwa produk yang
berproduksi dalam jumlah ya ng kecil dibebani BOP yang besar. Pembebanan BOP yang besar pada Pepaya Jelita mengakibatkan harga pokok produksinya
cukup tinggi. Selain itu dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai BOP terendah dibebankan pada Pepaya California yang merupakan volume
produksinya yang paling besar.
6.4. Analisis Perbandingan Harga Pokok Produksi Metode Perusahaan