155
mahasiswa kelas bilingual Jurusan Sosiologi dan Antropologi adalah sebagai berikut:
a. Ketuntasan Materi Ajar yang Lambat
Pelaksanaan pembelajaran di kelas bilingual dilaksanakan tahap demi tahap melalui pengenalan istilah sampai pada menganalisis teks
demi teks menjadikan mahasiswa kelas bilingual terlambat menuntaskan. Hal ini dirasakan oleh Pak Yasir:
“jika satu bab di kelas non bilingual bisa ditempuh satu pertemuan, di kelas bilingual bisa 3 pertemuan. Karena harus
dipelajari paragraf demi paragraf tadi. Sehingga kurangnya jumlah pertemuan iya. Cara menyiasati ya dengan belajar sendiri,
paham dasarnya, cara belajarnya seperti ini, bagaiman cara belajar teori, cara berinteraksi dengan teks seperti ini. Kemudian
dipertemuan selanjutnya saya bahas yang paling pentingnya
” wawancara, 3 Desember 2012.
Dari apa yang disampaikan oleh Pak Yasir di atas, pelaksanaan pembelajaran di kelas bilingual membutuhkan waktu yang lebih lama
atau pertemuan yang lebih banyak daripada di kelas non bilingual. Kesamaan SK dan KD serta waktu yang dimiliki oleh mahasiswa kelas
bilingual dan non bilingual menjadikan diperlukanya strategi untuk menuntaskan materi yang telah dirancang pada silabi. Untuk mengejar
materi yang
belum sempat
tersampaikan, mahasiswa
harus mempelajarinya sendiri. Namun, sebelumnya mahasiswa diberi tahu
bagaimana cara memahami dan mempelajarinnya, bagaimana cara berinteraksi dengan teks, serta bagaimana cara mempelajari sebuah teori.
Guna mengetahui kepemahaman mahasiswa, Pak Yasir akan membahas hal penting dari materi tersebut pada pertemuan selanjutnya. Dengan
156
strategi tersebut,
mahasiswa kelas
bilingual dapat
mengejar ketertinggalan materi.
b. Aspek Sarana dan Prasarana
Aspek sarana dan prasarana menjadi kendala yang paling terlihat dalam pelaksanaan pembelajaran mahasiswa kelas bilingual. Minimnya
literatur yang dapat menunjang pelaksanaan pembelajaran kelas bilingual menjadi hal yang banyak dikeluhkan oleh mahasiswa maupun dosen
kelas bilingual, diantaranya adalah keluhan yang disampaikan oleh HC 19 berikut:
“Pernah ada buku yang disaranin dosen tapi nggak ada di perpus ini. Pernah kita sampai mencari buku itu di perpus pasca. Pernah
juga nyari di perpus pusat nggak ada. Sampai akhirnya dipinjemin kakak tingkat trus dikopi banyak. Kalau disini itu nyari buku-
buku sosiologi kan susah ya Mbak. Seharusnya perpus juga lebih banyak buku koleksinya. Apalagi sekarang kan sudah dibuka
kelas bilingual, jadi koleksi buku-buku yang berbahasa inggris
harus dibanyakin juga Mbak…”. Wawancara tanggal 8 Juni 2012.
Minimnya literatur buku berbahasa Inggris yang tersedia juga disampaikan oleh semua dosen kelas bilingual, salah satunya adalah Pak
Yasir 37: “Kalau disini itu kan mencari buku susah, perpus juga belum
bisa menjawab keperluan sumber pembelajran di kelas bilingual. Kalau saya mendapatkanya dengan download
kemudian saya kasihkan ke mahasiswa untuk dikopi. Ya, itu sebaiknya literatur berbahasa inggris dilengkapi, jurnal-jurnal
internasional juga seharusnya berlangganan….”. Wawancara tanggal 3 Desember 2012.
157
Berdasarkan pengamatan peneliti, koleksi buku yang dimiliki oleh perpustakaan Jurusan Sosiologi dan Antropologi sudah cukup
banyak. Namun, untuk literatur yang berbahasa Inggris masih sedikit. Pelaksanaan pembelajaran mahasiswa kelas bilingual sangat
efektif jika dilaksanakan dengan menggunakan metode CLIL Content Language Integrated Learning. Guna mendukung penerapan metode
CLIL diperlukan berbagai sarana dan prasarana, salah satunya adalah model kelas dan media pembelajaran. Adanya kelas yang diperlukan
untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran mahasiswa kelas bilingual disampaikan oleh Pak Eko selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik,
berikut ini: “…. Kalau kelas bilingual kan seharusnya kelasnya khusus tidak
berhadap-hadapan. Tapi
takutnya ya
itu nanti
akan menimbulkan gab
lagi. „Mengko yang lain „ono po to kui? Oh iku loh, sek pinter-pinter
Nanti yang lain, ada apa itu? Oh, itu loh yang pintar- pintar‟.
wawancara tanggal 3Desember 2012. Kebutuhan akan media pembelajaran yang dapat menunjang
metode CLIL juga disampaikan oleh Pak Yasir, sebagai dosen yang menerapkan metode CLIL dalam pembelajaran di kelas bilingual 37:
“Kalau bisa menggunakan metode CLIL itu saya yakin sekali mahasissa menguasai Bahasa Inggris dengan baik. Sayangnya
belum terdapat media pembelajaran yang dapat digunakan untuk pembelajaran model CLIL. Minimal itu dengan pembuatan
media yang namanya „pizza table‟. Pizza table ini menurut saya media yang paling mudah dibuat ….”.
wawancara tanggal 3 Desember 2012. Berdasarkan keterangan di atas, ketersediaan buku literatur dan
media yang menunjang pelaksanaan pembelajaran mahasiswa kelas
158
bilingual belum cukup banyak tersedia. Ketersediaan literatur berbahasa Inggris akan terus memberikan stimulus kepada mahasiswa kelas
bilingual agar dapat memuaskan habitus semangat membaca mahasiswa kelas bilingual. Habitus sebagai mahasiswa kelas bilingual menguasai
Bahasa Inggris akan lebih kuat terbentuk dengan membaca buku-buku sosiologi dan antropologi yang berbahasa Inggris.
c. Belum Terdapat Keseragaman Operasional Pembelajaran