49
kelas bilingual sangat membantu mahasiswa dalam meningkatkan penguasaan Bahasa Inggris meskipun belum sampai pada grammar tetapi
adanya peningkatan penguasaan berbahasa inggris sangat dirasakan oleh mahasiswa kelas bilingual. Banyak kosa kata baru, pengejaan yang benar,
dan penulisan yang benar yang dikuasai oleh mahasiswa kelas bilingual. Hal tersebut dikuatkan oleh narasumber bahwa dosen kelas bilingual
membantu mengevaluasi apabila terdapat pengejaan atau cara penulisan yang kurang tepat. Mahasiswa kelas bilingual pada wawancara individu dan
FGD mengaku dengan bimbingan dosen, mahasiswa kelas bilingual sering menemukan kosa kata baru dalam Bahasa Inggris selama proses
pembelajaran di kelas.
3. Membandingkan Pandangan Stake Holder, dengan Pandangan Dosen
dan Mahasiswa
Triangulasi data poin ketiga hasilnya merupakan hasil pembanding beberapa pandangan dari berbagai pihak terkait dengan pelaksanaan
pembelajaran kelas bilingual Jurusan Sosiologi dan Antropologi FIS Unnes. Pandangan pertama yaitu pandangan dari Pak Eko bahwa mahasiswa kelas
bilingual merupakan mahasiswa terpilih yang lolos tahap seleksi tes tertulis dan wawancara yang memliki kemampuan plus yakni menguasai Bahasa
Inggris dengan baik yang dipersiapkan untuk mengajar di sekolah-sekolah RSBI. Jadi, mahasiswa kelas bilingual seharusnya memiliki motifasi belajar
yang lebih tinggi dari mahasiswa kelas non bilingual. Senada dengan yang diungkapkan oleh Pak Mus bahwa mahasiswa kelas bilingual memiliki
50
motivasi untuk maju lebih bagus daripada mahasiswa kelas non bilingual. Hal tersebut diperlihatkan dengan adanya semangat yang lebih untuk ikut
serta dalam berbagai program yang dilaksanakan oleh Jurusan Sosiologi dan Antropologi. Program tersebut misalnya adalah public lecture, toefl
preparation, dan Sosiologi dan Antropologi Engglish Club SEC. Motivasi tinggi yang ditunjukan oleh mahasiswa kelas bilingual
juga diidentifikasikan dalam proses pembelajaran. Ketiga dosen kelas bilingual juga menyampaikan bahwa motivasi mahasiswa kelas bilingual
sangat terlihat dibandingkan motivasi yang dimiliki oleh mahasiswa kelas non bilingual. Motivasi tersebut ditunjukan dalam keaktifan dari mahasiswa
kelas bilingual dalam proses belajar mengajar di kelas dan tidak adanya nilai K kurang dalam hasil evaluasi akhir. Namun, disini dosen kelas
bilingual menegaskan bahwa mahasiswa kelas bilingual sama halnya dengan mahasiswa non bilingual, yang membedakan hanya nilai plus yang
berupa pembelajaran yang disampaikan dengan menggunakan Bahasa Inggris. Sehingga, seharusnya tidak terdapat istilah ekslusifitas pada
mahasiswa kelas bilingual seperti isu yang selama ini bergulir. Mahasiswa kelas bilingual merupakan mahasiswa lolos seleksi dan
berhasil menyisihkan 171 mahasiswa angkatan tahun 2011. Konsep tersebut juga menimbulkan berbagai penafsiran dari mahasiswa kelas non bilingual.
3 dari 5 mahasiswa kelas non bilingual memandang bahwa mahasiswa kelas bilingual lebih pandai-pandai, motivasi belajarnya lebih kuat,
sehingga kelas bilingual terkesan lebih ekslusif daripada kelas reguler.
51
Sebaliknya, 2 mahasiswa kelas non bilingual memandang bahwa mahasiswa kelas bilingual sama dengan mahasiswa kelas non bilingual.
Mahasiswa kelas non bilingual pun bisa mengikuti pembelajaran di kelas bilingual.
4. Membandingkan Hasil Wawancara dengan Pedoman Pelaksanaan