Pendekatan Kolmogorv-Smirnov Pendekatan Histogram Harga Minyak Dunia Nilai Tukar Rupiah Inflasi Gambaran Umum Perusahaan .1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

a. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov

Alat uji ini digunakan untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal. Hipotesisnya sebagai berikut: H = data residual berdistribusi normal H 1 = data rasidual tidak berdistribusi normal Dengan menggunakan tingkat signifikan �� 5. Jika nilai Asymp.Sig 2 tailed taraf nyata α, maka H0 diterima artinya data residual berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai Asymp.Sig 2 tailed taraf nyata α, maka Ha diterima artinya data residual tidak berdistribusi normal.

b. Pendekatan Histogram

Untuk menguji normalitas data dapat dilihat dengan kurva normal. Kurva normal yaitu kurva yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satu diantaranya adalah mean, modus, dan median pada tempat yang sama. Ukuran kemiringan puncak k urva ke kiri atau ke kanan dikenal dengan nama “kemiringan kurva” atau “kemencengan kurva” skewness. Kemencengan suatu kurva distribusi data dapat bertanda positif arah kanan dan bertanda negatif arah kiri.

c. Pendekatan Grafik

Membentuk plot antara nilai-nilai teoritis sumbu x melawan nilai-nilai yang didapat dari sampel sumbu y. Apabila plot dari keduanya berbentuk linier didekati garis lurus, maka hal ini merupakan indikasi bahwa residual menyebar normal. Bila pola-pola titik yang terletak selain di ujung-ujung plot masih berbentuk linier, meskipun ujung-ujung plot agak menyimpang dari garis lurus, dapat dikatakan bahwa sebaran data adalah menyebar normal. Universitas Sumatera Utara

2. Uji Heteroskedastisitas

Asumsi heteroskedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Salah satu uji untuk mengetahui heteroskedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual pada diagram pencar scatter plot . Analisis pada gambar scatter plot yang menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat heteroskedastisitas Nugroho, 2005:63 jika: a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0 b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk bola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. d. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat hubungan yang yang kuat baik positif maupun negatif antar data yang ada pada variabel-variabel penelitian Umar, 2008:182. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa autokorelasi antara satu dengan yang lainnya. Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi, maka dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson DW yang diberi simbol d. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.2 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi Hipotesis nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0ddl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl d 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif Tidak ditolak du d 4 – du Sumber : Umar 2008 : 185 Keterangan : du = batas atas, dl = batas bawah. 4 . Uji Multikolinieritas Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dikatakan terdapat masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variance Inflation Factor VIF dengan membandingkan sebagai berikut: a. Bila VIF 5 terdapat masalah multikolinieritas b. Bila VIF5 tidak terdapat masalah multikolinieritas c. Tolerance 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas d. Tolerance 0,1 maka tidak terdapat multikolinieritas.

3.8.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan di muka dengan menggunakan alat bantu Statistics Package for Social Science 18.00. Universitas Sumatera Utara

1. Uji – F Uji Signifikansi Simultan

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel independen secara parsial terhadap variasi variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah: a. H : b 1 = b 2 = b 3 = b 4 = 0, artinya secara simultan tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari harga minyak dunia, nilai tukar, inflasi atau suku bunga SBI terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia. b. H 1 : minimal satu b i ≠ 0, artinya secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan dari harga minyak dunia, nilai tukar, inflasi atau suku bunga SBI terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan tingkat signifikan α 5, jika nilai sig.F 0,05 maka H diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai sig. F 0,05 maka H 1 diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dan nilai F tabel . Dimana kriterianya, yaitu: a. H diterima jika F hitung F tabel pada α = 5 b. H 1 diterima jika F hitung Ftabel pada α = 5 2 . Uji Signifikansi Parsial uji-t Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah: Universitas Sumatera Utara

a. Harga Minyak Dunia

H : b 1 = 0, artinya harga minyak dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia. H 1 : b 1 ≠ 0, artinya harga minyak dunia berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia.

b. Nilai Tukar Rupiah

H : b 2 = 0, artinya nilai tukar rupiah tidak berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia. H 1 : b 2 ≠ 0, artinya nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia.

c. Inflasi

H : b 3 = 0, artinya inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia. H 1 : b 3 ≠ 0, artinya inflasi berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia.

d. Suku Bunga SBI

H : b 4 = 0, artinya suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia. H 1 : b 4 ≠ 0, artinya suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan tingkat signifikan α 5, jika nilai sig. t 0,05 H diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika sig. t 0,05 Ha diterima, artinya ada pengaruh Universitas Sumatera Utara yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai thitung juga dapat dibandingkan dengan nilai ttabel. Kriteria pengambilan keputusannya yaitu: 1. H diterima jika –t tabel - t hitung atau t hitung t tabel pada α = 5. 2. H 1 diterima jika –t hitung − t tabel atau t hitung t tabel pada α = 5.

3. Koefisien Determinasi R

2 Koefisien determinasi adalah koefisien nilai yang menunjukkan besarnya variasi variabel terikat dependent variable yang dipengaruhi oleh variasi variabel bebas independent variable. Pengukuran besarnya persentase kebenaran dari uji regresi tersebut dapat dilihat melalui nilai koefisien determinasi multiple R2 koefisien determinan mengukur proporsi dari variasi yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Apabila nilai R2 suatu regresi mendekati satu, maka semakin baik regresi tersebut dan semakin mendekati nol, maka variabel independen secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel dependen. Adjusted R Square ini digunakan untuk melihat berapa besar pengaruh faktor- faktor yang ditimbulkan oleh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Universitas Sumatera Utara 52

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia Pasar modal Indonesia didirikan pertama kali di Jakarta pada tanggal 14 Desember 1912 oleh pemerintah Hindia Belanda dalam bentuk bursa efek dengan nama Vereniging Voor de Eeffecten Hendel, dan merupakan cabang dari pasar modal negeri Belanda . Pada masa itu pasar modal itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Sekuritas yang diperjualbelikan adalah saham dan obligasi perusahaan-perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan pemerintah Hindia Belanda serta sekuritas Belanda lainnya. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Perang Dunia II yang terjadi sekitar tahun 1939, menyebabkan perkembangan pasar modal terhenti. Bursa Efek Indonesia resmi di tutup pada tanggal 10 Mei 1940. Tetapi kemudian pada tanggal 23 Desember 1940 bursa efek di Jakarta Batavia sempat di buka kembali, walaupun kemudian di tutup kembali ketika Jepang masuk ke Indonesia. Setelah Jepang meninggalkan Indonesia, pada tanggal 1 September 1951 dikeluarkan Undang-Undang Darurat No.12 yang kemudian dijadikan Undang- Undang No. 151952 tentang pasar modal, juga melalui keputusan Menteri Universitas Sumatera Utara Keuangan No. 289737UU. Kemudian pasar modal mulai digiatkan kembali dengan dibukanya Bursa Efek Jakarta BEJ pada 3 Juni 1952. Aktivitas pasar modal mulai berkembang sampai tahun 1958. Namun pasar modal mengalami kelesuan akibat banyaknya warga Belanda yang meninggalkan Indonesia dan dilakukannya nasionalisasi terhadap perusahaan Belanda di Indonesia. Hal ini terjadi sampai dengan berakhirnya masa pemerintahan orde lama. Pada masa pemerintahan Orde Baru pengaktifan kembali pasar modal Indonesia dimulai dengan pembentukan Badan Pembina Pasar Modal, pemebentukan Badan Pelaksana Pasar Modal BAPEPAM dan PT Danareksa sebagai Keputusan Presiden No. 52 tahun 1976. Presiden Suharto meresmikan kembali Bursa Efek Jakarta BEJ pada 10 Agustus 1977. Sejak diaktifkan kembali pada tahun 1977 sampai tahun 1988 BEJ dikatakan dalam keadaan tidur yang panjang selama 11 tahun. Sebelum tahun 1988, hanya terdapat 24 perusahaan yang terdaftar di BEJ. Setelah tahun 1988, selama 3 tahun saja, yaitu sampai tahun 1990, jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ meningkat sampai dengan 127. Sampai tahun 1996 jumlah perusahaan yang terdaftar menjadi 238. Pada periode ini Initial Public Offering IPO menjadi peristiwa nasional. Periode ini juga dikatakan sebagai periode kebangkitan Bursa Efek Surabaya. Bursa Efek Surabaya atau dengan nama asingnya Surabaya Stock Exchange SSX dilahirkan kembali pada tanggal 16 Juni 1989. Pada awalnya BES hanya memperdagangkan 25 saham dan 23 obligasi. Sampai pada kuartal ke tiga tahun 1990, jumlah sekuritas yang tercatat di BES meningkat menjadi 116 saham. Jumlah ini meningkat sampai akhir tahun 1996 tercatat 208 emiten saham dengan Universitas Sumatera Utara kapitalisasi sebesar Rp 191,57 triliun. Semua sekuritas yang tercatat di Bursa Efek Jakarta BEJ secara otomatis juga diperdagangkan di Bursa Efek Surabaya BES. Akibat peningkatan kegiatan transaksi dirasa telah melebihi kapasitas manual, sehingga BEJ memutuskan untuk mengotomatisasikan kegiatan transaksi di bursa. Jika sebelumnya, terlihat dua antrian yang cukup panjang di lantai bursa sebuah untuk antrian beli dan yang lainnya untuk antrian jual untuk masing-masing sekuritas dan semua kegiatan transaksi dicatat di papan tulis, namun setelah otomatisasi, yang terlihat di lantai bursa adalah jaringan komputer-komputer yang digunakan oleh broker. Sistem otomatisasi yang diterapkan di Bursa Efek Jakarta BEJ diberi nama Jakarta Automated Trading System JATS dan mulai dioperasikan pada hari Senin tanggal 22 Mei 1995. Bursa Efek Indonesia disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange IDX merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta BEJ dengan Bursa Efek Surabaya BES. Demi efektivitas operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derifativ. Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada tanggal 10 November 2007. 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Deskriptif

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi dan Suku Bunga SBI terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006-2009

2 39 90

Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi Dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004 – 2008

2 70 81

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007 – 2015

1 11 128

Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Nilai Tukar Rupiah, dan Harga Minyak Dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2013.

1 3 18

Analisis Pengaruh Perubahan Harga Minyak Dunia Dan Nilai Tukar Rupiah Us Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2012

0 0 13

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

0 1 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi - Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

0 1 7

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

0 0 9

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI , TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 8