Uji – F Uji Signifikansi Simultan

1. Uji – F Uji Signifikansi Simultan

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel independen secara parsial terhadap variasi variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah: a. H : b 1 = b 2 = b 3 = b 4 = 0, artinya secara simultan tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari harga minyak dunia, nilai tukar, inflasi atau suku bunga SBI terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia. b. H 1 : minimal satu b i ≠ 0, artinya secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan dari harga minyak dunia, nilai tukar, inflasi atau suku bunga SBI terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan tingkat signifikan α 5, jika nilai sig.F 0,05 maka H diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai sig. F 0,05 maka H 1 diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dan nilai F tabel . Dimana kriterianya, yaitu: a. H diterima jika F hitung F tabel pada α = 5 b. H 1 diterima jika F hitung Ftabel pada α = 5 2 . Uji Signifikansi Parsial uji-t Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah: Universitas Sumatera Utara

a. Harga Minyak Dunia

H : b 1 = 0, artinya harga minyak dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia. H 1 : b 1 ≠ 0, artinya harga minyak dunia berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia.

b. Nilai Tukar Rupiah

H : b 2 = 0, artinya nilai tukar rupiah tidak berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia. H 1 : b 2 ≠ 0, artinya nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia.

c. Inflasi

H : b 3 = 0, artinya inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia. H 1 : b 3 ≠ 0, artinya inflasi berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia.

d. Suku Bunga SBI

H : b 4 = 0, artinya suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia. H 1 : b 4 ≠ 0, artinya suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan tingkat signifikan α 5, jika nilai sig. t 0,05 H diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika sig. t 0,05 Ha diterima, artinya ada pengaruh Universitas Sumatera Utara yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai thitung juga dapat dibandingkan dengan nilai ttabel. Kriteria pengambilan keputusannya yaitu: 1. H diterima jika –t tabel - t hitung atau t hitung t tabel pada α = 5. 2. H 1 diterima jika –t hitung − t tabel atau t hitung t tabel pada α = 5.

3. Koefisien Determinasi R

2 Koefisien determinasi adalah koefisien nilai yang menunjukkan besarnya variasi variabel terikat dependent variable yang dipengaruhi oleh variasi variabel bebas independent variable. Pengukuran besarnya persentase kebenaran dari uji regresi tersebut dapat dilihat melalui nilai koefisien determinasi multiple R2 koefisien determinan mengukur proporsi dari variasi yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Apabila nilai R2 suatu regresi mendekati satu, maka semakin baik regresi tersebut dan semakin mendekati nol, maka variabel independen secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel dependen. Adjusted R Square ini digunakan untuk melihat berapa besar pengaruh faktor- faktor yang ditimbulkan oleh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Universitas Sumatera Utara 52

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia Pasar modal Indonesia didirikan pertama kali di Jakarta pada tanggal 14 Desember 1912 oleh pemerintah Hindia Belanda dalam bentuk bursa efek dengan nama Vereniging Voor de Eeffecten Hendel, dan merupakan cabang dari pasar modal negeri Belanda . Pada masa itu pasar modal itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Sekuritas yang diperjualbelikan adalah saham dan obligasi perusahaan-perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan pemerintah Hindia Belanda serta sekuritas Belanda lainnya. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Perang Dunia II yang terjadi sekitar tahun 1939, menyebabkan perkembangan pasar modal terhenti. Bursa Efek Indonesia resmi di tutup pada tanggal 10 Mei 1940. Tetapi kemudian pada tanggal 23 Desember 1940 bursa efek di Jakarta Batavia sempat di buka kembali, walaupun kemudian di tutup kembali ketika Jepang masuk ke Indonesia. Setelah Jepang meninggalkan Indonesia, pada tanggal 1 September 1951 dikeluarkan Undang-Undang Darurat No.12 yang kemudian dijadikan Undang- Undang No. 151952 tentang pasar modal, juga melalui keputusan Menteri Universitas Sumatera Utara Keuangan No. 289737UU. Kemudian pasar modal mulai digiatkan kembali dengan dibukanya Bursa Efek Jakarta BEJ pada 3 Juni 1952. Aktivitas pasar modal mulai berkembang sampai tahun 1958. Namun pasar modal mengalami kelesuan akibat banyaknya warga Belanda yang meninggalkan Indonesia dan dilakukannya nasionalisasi terhadap perusahaan Belanda di Indonesia. Hal ini terjadi sampai dengan berakhirnya masa pemerintahan orde lama. Pada masa pemerintahan Orde Baru pengaktifan kembali pasar modal Indonesia dimulai dengan pembentukan Badan Pembina Pasar Modal, pemebentukan Badan Pelaksana Pasar Modal BAPEPAM dan PT Danareksa sebagai Keputusan Presiden No. 52 tahun 1976. Presiden Suharto meresmikan kembali Bursa Efek Jakarta BEJ pada 10 Agustus 1977. Sejak diaktifkan kembali pada tahun 1977 sampai tahun 1988 BEJ dikatakan dalam keadaan tidur yang panjang selama 11 tahun. Sebelum tahun 1988, hanya terdapat 24 perusahaan yang terdaftar di BEJ. Setelah tahun 1988, selama 3 tahun saja, yaitu sampai tahun 1990, jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ meningkat sampai dengan 127. Sampai tahun 1996 jumlah perusahaan yang terdaftar menjadi 238. Pada periode ini Initial Public Offering IPO menjadi peristiwa nasional. Periode ini juga dikatakan sebagai periode kebangkitan Bursa Efek Surabaya. Bursa Efek Surabaya atau dengan nama asingnya Surabaya Stock Exchange SSX dilahirkan kembali pada tanggal 16 Juni 1989. Pada awalnya BES hanya memperdagangkan 25 saham dan 23 obligasi. Sampai pada kuartal ke tiga tahun 1990, jumlah sekuritas yang tercatat di BES meningkat menjadi 116 saham. Jumlah ini meningkat sampai akhir tahun 1996 tercatat 208 emiten saham dengan Universitas Sumatera Utara kapitalisasi sebesar Rp 191,57 triliun. Semua sekuritas yang tercatat di Bursa Efek Jakarta BEJ secara otomatis juga diperdagangkan di Bursa Efek Surabaya BES. Akibat peningkatan kegiatan transaksi dirasa telah melebihi kapasitas manual, sehingga BEJ memutuskan untuk mengotomatisasikan kegiatan transaksi di bursa. Jika sebelumnya, terlihat dua antrian yang cukup panjang di lantai bursa sebuah untuk antrian beli dan yang lainnya untuk antrian jual untuk masing-masing sekuritas dan semua kegiatan transaksi dicatat di papan tulis, namun setelah otomatisasi, yang terlihat di lantai bursa adalah jaringan komputer-komputer yang digunakan oleh broker. Sistem otomatisasi yang diterapkan di Bursa Efek Jakarta BEJ diberi nama Jakarta Automated Trading System JATS dan mulai dioperasikan pada hari Senin tanggal 22 Mei 1995. Bursa Efek Indonesia disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange IDX merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta BEJ dengan Bursa Efek Surabaya BES. Demi efektivitas operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derifativ. Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada tanggal 10 November 2007. 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang Universitas Sumatera Utara dibahas. Hasil estimasi variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Deskripsi Perubahan Harga Minyak Dunia

Tabel 4.1 Perubahan Harga Minyak Dunia Periode Januari 2009 - Desember 2014 Bulan Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Januari 0.0762 0.0270 0.0482 0.0412 0.0256 -0.0275 Februari -0.0031 -0.0397 0.0804 -0.0025 0.0318 0.0028 Maret 0.1055 0.0578 0.0952 0.1031 -0.0560 -0.0081 April 0.0965 0.0663 0.0751 -0.0390 -0.0506 0.0012 Mei 0.1351 -0.0953 -0.0690 -0.0855 -0.0040 0.0112 Juni 0.1997 -0.0205 -0.0082 -0.1052 0.0038 0.0232 Juli -0.0551 -0.0060 0.0237 0.0577 0.0339 -0.0211 Agustus 0.1047 0.0226 -0.0475 0.0708 0.0294 -0.0460 September -0.0586 0.0065 0.0121 0.0105 0.0113 -0.0473 Oktober 0.0819 0.0701 -0.0123 -0.0209 -0.0188 -0.1138 November 0.0498 0.0372 0.0357 -0.0138 -0.0158 -0.1116 Desember -0.0299 0.0692 -0.0249 -0.0029 0.0254 -0.2132 Maximum 0.1997 0.0701 0.0952 0.1031 0.0339 0.0232 Minimum -0.0586 -0.0953 -0.0690 -0.1052 -0.0560 -0.2132 Mean 0.0586 0.0163 0.0174 0.0011 0.0013 -0.0459 Sumber : www.opec.org 01052015, diolah Minyak mentah merupakan komoditas yang memegang peran sangat vital dalam semua aktifitas perekonomian. Oleh karena itu perubahan harga minyak dunia menjadi salah satu indikator yang menjadi perhatian investor dalam melakukan keputusan investasi. Pada pengamatan data bulanan yang dilakukan terhadap perubahan harga minyak dunia pada Tabel 4.1, ditemukan adanya perubahan harga minyak yang bernilai positif + maupun negatif -. Perubahan harga yang bernilai positif, menunjukkan bahwa harga minyak dunia mengalami kenaikan. Sedangkan perubahan harga yang bernilai negatif, menunjukkan bahwa harga minyak dunia Universitas Sumatera Utara mengalami penurunan. Pada tahun 2009, harga minyak dunia cenderung mengalami kenaikan dengan rata-rata perubahan harga minyak dunia sebesar 0,0586 atau 5,86. Kenaikan harga minyak dunia yang terbesar terjadi pada bulan Juni yaitu sebesar 0,1997 atau naik sebesar 19,97 dan ini merupakan catatan kenaikan harga minyak dunia terbesar selama periode penelitian ini Januari 2009 sampai Desember 2014. Sedangkan penurunan harga minyak dunia yang terbesar pada tahun 2009 terjadi pada bulan September yaitu -0,0586 atau turun sebesar 5,86. Pada tahun 2010, rata-rata perubahan harga minyak dunia adalah 0.0163 atau 1,63. Kenaikan harga minyak dunia yang terbesar terjadi pada bulan Oktober yaitu 0,0701 atau naik sebesar 7,01 dan penurunan harga minyak dunia yang terbesar terjadi pada bulan Mei sebesar -0.0953 atau mengalami penurunan sebesar 9,53. Pada tahun 2011 rata-rata perubahan harga minyak dunia adalah 0.0174 atau 1,74, kenaikan terbesar harga minyak dunia terjadi pada bulan Maret yaitu 0.0952 atau naik sebesar 9,52 dan penurunan harga minyak dunia terbesar terjadi pada bulan Mei sebesar -0.0690 atau turun sebesar 6,90. Pada tahun 2012, harga minyak dunia sangat fluktuatif, meskipun rata-rata perubahan harga minyak dunia hanya 0.0011, namun kenaikan harga minyak dunia yang terbesar mencapai 0,1031 atau 10,31 pada bulan Maret dan penurunan harga minyak dunia yang terbesar juga mencapai -0,1052 atau mengalami penurunan sebesar 10,52. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2013, rata-rata perubahan harga minyak dunia adalah 0.0013, dengan kenaikan harga minyak dunia yang terbesar terjadi pada bulan Juli yaitu 0,0339 atau naik sebesar 3,39 dan penurunan harga minyak dunia yang terbesar terjadi pada bulan Maret sebesar -0.0560 atau mengalami penurunan sebesar 5,60. Pada tahun 2014 harga minyak dunia cenderung mengalami penurunan, dimana rata-rata perubahan harga minyak dunia bernilai negatif - yaitu -0.0459 atau -4,59. Dari Tabel 4.1 terlihat pada bulan Juli 2014 harga minyak dunia terus mengalami penurunan hingga bulan Desember 2014, dimana harga minyak turun sebesar -0,2132 atau turun sebesar 21,32, ini merupakan catatan penurunan harga minyak dunia terbesar selama periode penelitian ini Januari 2009 sampai Desember 2014. Catatan harga minyak dunia tahun 2014 juga menunjukkan kenaikan harga minyak dunia yang tidak begitu besar, dimana kenaikan tertinggi hanya sebesar 0.0232 atau 2,32 pada bulan Juni. Harga minyak dunia yang tinggi cenderung memberikan dampak yang negatif terhadap kinerja perusahaan, karena dengan meningkatnya harga minyak dunia akan membuat naiknya biaya produksi suatu perusahaan dan berdampak pada naiknya harga jual produk. Hal ini tentu akan berdampak negatif pada kinerja dan profit perusahaan Blanchard, 2011:153. Turunnya kinerja dan profit perusahaan akan berdampak pada turunnya harga saham perusahaan tersebut, dan berpengaruh pada pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia. Universitas Sumatera Utara

2. Deskripsi Perubahan Nilai Tukar Rupiah Tabel 4.2

Perubahan Nilai Tukar Rupiah Periode Januari 2009 - Desember 2014 Bulan Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Januari 0.4740 -0.0193 0.0015 0.0023 0.0043 0.0077 Februari 0.0622 0.0078 -0.0138 -0.0092 -0.0001 -0.0201 Maret -0.0010 -0.0186 -0.0170 0.0154 0.0024 -0.0426 April -0.0696 -0.0161 -0.0126 0.0011 0.0015 0.0008 Mei -0.0573 0.0173 -0.0109 0.0126 0.0038 0.0079 Juni -0.0179 -0.0038 0.0009 0.0172 0.0123 0.0215 Juli -0.0094 -0.0109 -0.0036 0.0006 0.0194 -0.0072 Agustus -0.0132 -0.0085 -0.0001 0.0045 0.0495 0.0014 September -0.0078 0.0004 0.0273 0.0070 0.0732 0.0157 Oktober -0.0422 -0.0053 0.0149 0.0032 0.0018 0.0214 November -0.0014 0.0011 0.0134 0.0032 0.0216 0.0011 Desember -0.0013 0.0095 0.0082 0.0019 0.0409 0.0229 Maximum 0.4740 0.0173 0.0273 0.0172 0.0732 0.0229 Minimum -0.0696 -0.0193 -0.0170 -0.0092 -0.0001 -0.0426 Mean 0.0263 -0.0039 0.0007 0.0050 0.0192 0.0026 Sumber : www.bi.go.id 01052015, diolah Pada pengamatan data bulanan yang dilakukan terhadap perubahan nilai tukar rupiah pada Tabel 4.2, terlihat bahwa nilai tukar rupiah terus berfluktuasi setiap bulannya. Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tersebut juga dapat bernilai positif + atau negatif +. Apabila perubahan nilai tukar bernilai positif, maka rupiah mengalami depresiasi atau melemah terhadap dollar AS. Sedangkan jika perubahan nilai tukar bernilai negatif, maka rupiah mengalami apresiasi atau menguat nilainya terhadap dollar AS. Pada tahun 2009, nilai tukar rupiah cenderung mengalami peningkatan apresiasi, dengan rata-rata perubahan nilai tukar rupiah 0,0263 atau 2,63. Meskipun pada awal tahun 2009 nilai tukar rupiah sempat mengalami depresiasi Universitas Sumatera Utara yang sangat besar yaitu 0,4740 atau 47,40 ini merupakan catatan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang terbesar selama periode penelitian ini Januari 2009 - Desember 2014. Namun dari bulan Maret hingga Desember nilai tukar rupiah terus mengalami peningkatan. Apresiasi terbesar terjadi pada bulan April, yaitu sebesar 6,96 dan ini juga merupakan catatan apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang terbesar selama periode Januari 2009 sampai Desember 2014. Pada tahun 2010, nilai tukar rupiah bergerak naik dan turun namun tidak mengalami perubahan yang terlalu signifikan, dimana rata-rata perubahan nilai tukar rupiah bernilai negatif dan hanya sebesar -0.0039 atau -0,39. Apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang terbesar terjadi pada bulan Januari hanya sebesar 1,93 dan depresiasi nilai tukar rupiah yang terbesar terjadi pada bulan Mei yaitu 0,0173 atau 1,73. Pada tahun 2011, nilai tukar rupiah juga tidak mengalami perubahan yang terlalu signifikan baik ketika terjadi apresiasi maupun depresiasi, dimana rata-rata perubahannya sangat kecil yaitu 0.0007 atau 0,07 Hal ini terlihat dari apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang terbesar hanya sebesar 1,7 yaitu pada bulan Maret dan depresiasi nilai tukar rupiah yang terbesar terjadi pada bulan September yaitu 0,0273 atau 2,73. Pada tahun 2012, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga tidak mengalami perubahan yang terlalu signifikan. Rata-rata perubahan nilai tukar rupiah hanya sebesar 0.0050 atau 0,5 dengan apresiasi nilai tukar rupiah tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 0,92 dan depresiasi nilai tukar rupiah yang terbesar Universitas Sumatera Utara terjadi pada bulan Juni yaitu 0,0172 atau 1,72. Pada tahun 2013, rata-rata perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS adalah 0.0192 atau 1,92. Dimana apresiasi nilai tukar rupiah hanya terjadi pada bulan Februari dan hanya sebesar 0,01 namun depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang terbesar pada tahun 2013nterjadi pada bulan Juni, dan mencapai 0,0732 atau 7,32. Pada tahun 2014, rata-rata perubahan nilai tukar rupiah adalah 0.0026 atau 2,6, dimana apresiasi terbesar terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar 4,26 dan depresiasi nilai tukar rupiah terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu 2,29. Ketika nilai tukar rupiah mengalami pelemahan depresiasi, investor cenderung memilih untuk menginvestasikan dananya dalam bentuk valuta asing, dengan membeli dollar sebanyak mungkin untuk tujuan spekulatif. Hal ini menyebabkan permintaan akan saham mengalami penurunan Tandelilin, 2010:344. Penurunan harga saham juga tentu akan berpengaruh terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia.

3. Deskripsi Perubahan Tingkat Inflasi

Tabel 4.3 Perubahan Tingkat Inflasi Periode Januari 2009 - Desember 2014 Bulan Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Januari -0.1709 0.3381 0.0086 -0.0369 0.0628 -0.0191 Februari -0.0622 0.0242 -0.0256 -0.0247 0.1619 -0.0572 Maret -0.0791 -0.0997 -0.0278 0.1152 0.1111 -0.0555 April -0.0770 0.1399 -0.0737 0.1335 -0.0559 -0.0096 Mei -0.1737 0.0639 -0.0292 -0.0111 -0.0180 0.0097 Juni -0.3957 0.2139 -0.0736 0.0180 0.0786 -0.0847 Universitas Sumatera Utara Juli -0.2575 0.2317 -0.1679 0.0066 0.4593 -0.3239 Agustus 0.0148 0.0354 0.0390 0.0044 0.0209 -0.1192 September 0.0291 -0.0994 -0.0376 -0.0590 -0.0444 0.1353 Oktober -0.0919 -0.0224 -0.0412 0.0696 -0.0095 0.0662 November -0.0623 0.1164 -0.0611 -0.0629 0.0060 0.2899 Desember 0.1535 0.0995 -0.0867 -0.0046 0.0012 0.3419 Maximum 0.1535 0.3381 0.0390 0.1335 0.4593 0.3419 Minimum -0.3957 -0.0997 -0.1679 -0.0629 -0.0559 -0.3239 Mean -0.0977 0.0868 -0.0481 0.0123 0.0645 0.0145 Sumber : www.bi.go.id 01052015, diolah Inflasi merupakan variabel yang paling sering digunakan untuk menilai kinerja makro ekonomi suatu negara termasuk Indonesia. Perkembangan inflasi selama periode penelitian menunjukkan pada angka yang cukup berfluktuasi. Pada pengamatan data bulanan yang dilakukan terhadap tingkat inflasi pada Tabel 4.3, ditemukan adanya laju inflasi yang bernilai positif + maupun negatif -. Apabila perubahan laju inflasi bernilai positif, menunjukkan bahwa tingkat inflasi mengalami kenaikan, dan apabila perubahan laju inflasi bernilai negatif, menunjukkan bahwa tingkat inflasi mengalami penurunan. Pada tahun 2009, rata-rata perubahan tingkat inflasi adalah -0.0977 atau -9,77, dengan laju inflasi yang terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu 0,1535 atau terjadi kenaikan tingkat inflasi sebesar 15,35, dan penurunan laju inflasi yang terbesar terjadi pada bulan Juni yaitu -0,3957 atau tingkat inflasi mengalami penurunan sebesar 39,57, dan ini merupakan catatan penurunan inflasi terbesar selama periode penelitian ini Januari 2009 – Desember 2014. Pada tahun 2010, rata-rata perubahan tingkat inflasi adalah 0.0868 atau 8,68. Laju inflasi yang terbesar terjadi pada bulan Januari yaitu 0,3381 atau terjadi kenaikan tingkat inflasi sebesar 33,81, dan penurunan laju inflasi yang Universitas Sumatera Utara terbesar terjadi pada bulan Maret yaitu -0,0997 atau tingkat inflasi mengalami penurunan sebesar 9,97. Pada tahun 2011, rata-rata perubahan tingkat inflasi adalah -0.0481 atau 4,81. Laju inflasi yang terbesar terjadi pada bulan Agustus yaitu 0,0390 atau terjadi kenaikan tingkat inflasi sebesar 3,9, dan penurunan laju inflasi yang terbesar terjadi pada bulan Juli yaitu -0,1679 atau tingkat inflasi mengalami penurunan sebesar 16,79. Pada tahun 2012, rata-rata perubahan tingkat inflasi adalah 0.0123 atau 1,23. Laju inflasi yang terbesar terjadi pada bulan April yaitu 0,1335 atau terjadi kenaikan tingkat inflasi sebesar 13,35, dan penurunan laju inflasi yang terbesar terjadi pada bulan November yaitu -0,0629 atau tingkat inflasi mengalami penurunan sebesar 6,29. Pada tahun 2013, rata-rata perubahan tingkat inflasi adalah 0.0645 atau 6,45. Terjadi peningkatan laju inflasi yang terbesar pada bulan Juli yaitu 0,4593 atau 45,93, ini merupakan catatan tingkat inflasi tertinggi selama periode penelitian ini Januari 2009 – Desember 2014. Penurunan laju inflasi yang terbesar terjadi pada bulan November yaitu -0,0629 atau tingkat inflasi mengalami penurunan sebesar 6,29. Pada tahun 2014, rata-rata perubahan tingkat inflasi adalah 0.0145 atau 1,45. Laju inflasi yang terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu 0,3419 atau terjadi kenaikan tingkat inflasi sebesar 34,19, dan penurunan laju inflasi yang terbesar terjadi pada bulan November yaitu -0,3239 atau tingkat inflasi mengalami penurunan sebesar 32,29. Universitas Sumatera Utara Inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham dipasar, sementara inflasi yang sangat rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi sangat lamban, yang pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban Samsul, 2006:201. 4. Deskripsi Perubahan Suku Bunga SBI Tabel 4.4 Perubahan Suku Bunga SBI Periode Januari 2009 - Desember 2014 Bulan Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Januari -0.0682 -0.0009 -0.0454 -0.0308 0.0078 0.0021 Februari -0.1424 -0.0043 0.1028 -0.2171 0.0043 -0.0080 Maret -0.0464 -0.0131 0.0020 0.0009 0.0017 -0.0068 April -0.0775 -0.0151 0.0679 0.0260 0.0044 0.0013 Mei -0.0559 0.0050 0.0258 0.0795 0.0270 0.0019 Juni -0.0455 -0.0031 0.0004 0.0194 0.0503 -0.0017 Juli -0.0277 0.0000 -0.0119 0.0318 0.0464 -0.0060 Agustus -0.0248 0.0000 -0.0687 0.0186 0.0610 -0.0171 September -0.0132 0.0598 -0.0728 0.0290 0.1284 -0.0129 Oktober -0.0059 -0.0402 -0.0818 0.0159 0.0541 -0.0050 November 0.0010 0.0000 -0.0944 0.0051 0.0357 0.0027 Desember -0.0018 0.0000 -0.0355 0.0068 0.0002 0.0051 Maximum 0.0010 0.0598 0.1028 0.0795 0.1284 0.0051 Minimum -0.1424 -0.0402 -0.0944 -0.2171 0.0002 -0.0171 Mean -0.0424 -0.0010 -0.0176 -0.0013 0.0351 -0.0037 Sumber : www.bi.go.id 01052015, diolah Besarnya tingkat suku bunga SBI dijadikan tolak ukur oleh bank-bank pemerintah, swasta nasional, dan swasta asing dalam menentukan tingkat suku bunga tabungan, deposito dan pinjaman kepada nasabah-nasabahnya. Tingkat suku bunga tersebut dapat menjadi salah satu pedoman investor dalam pengambilan keputusan investasi pada pasar modal. Universitas Sumatera Utara Pada pengamatan data yang dilakukan terhadap tingkat perubahan Suku bunga SBI pada Tabel 4.4, ditemukan adanya perubahan suku bunga SBI yang bernilai positif + maupun negatif -. Apabila perubahan suku bunga SBI bernilai positif, menunjukkan bahwa tingkat suku bunga SBI mengalami kenaikan, sedangkan apabila perubahan Suku Bunga SBI bernilai negatif, menunjukkan bahwa suku bunga SBI mengalami penurunan. Pada tahun 2009, suku bunga SBI cenderung mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari rata-rata pegerakan suku bunga SBI yang bernilai negatif yaitu -0.0424 atau -4,24. Dari Tabel 4.4 juga terlihat sepanjang tahun 2009, perubahan suku bunga SBI yang bernilai positif hanya terjadi pada bulan November dan hanya sebesar 0,1. Sedangkan penurunan terbesar yang terjadi pada bulan Februari mencapai -0,1424 yang artinya terjadi penurunan suku bunga SBI sebesar 14,24. Pada tahun 2010, rata-rata perubahan suku bunga SBI hanya -0.0010, dengan peningkatan suku bunga SBI yang terbesar terjadi pada bulan September yaitu 0,0598 atau 5,98 dan penurunan tingkat suku bunga SBI yang terbesar terjadi pada bulan Oktober yaitu -0,0402 atau - 4,02. Pada tahun 2011, rata-rata perubahan tingkat suku bunga SBI adalah -0.0176, atau -1,76. Peningkatan suku bunga SBI yang terbesar terjadi pada bulan Februari yaitu 0,1028 atau 10,28 dan penurunan tingkat suku bunga SBI yang terbesar terjadi pada bulan November yaitu -0,0944 artinya terjadi penurunan tingkat suku bunga SBI sebesar 9,44. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2012, rata-rata perubahan suku bunga SBI adalah -0.0013. Peningkatan suku bunga SBI yang terbesar terjadi pada bulan Mei yaitu 0,0795 atau 7,95 dan penurunan tingkat suku bunga SBI yang terbesar terjadi pada bulan Februari yaitu -0,2171 artinya terjadi penurunan tingkat suku bunga SBI sebesar 21,71, ini merupakan catatan penurunan tingkat suku bunga SBI yang terbesar selama periode penelitian ini Januari 2009 – Desember 2014 Pada tahun 2013, tingkat suku bunga SBI terus mengalami kenaikan sepanjang bulan Januari sampai Desember, dengan rata-rata perubahan suku bunga SBI adalah 0.0351 atau 3,51. Kenaikan tingkat suku bunga SBI yang terbesar pada tahun 2013 terjadi pada bulan September yaitu 0,1284 atau 12,84 dan ini merupakan catatan kenaikan tingkat suku bunga SBI yang terbesar selama periode penelitian ini Januari 2009- Desember 2014. Pada tahun 2014 tingkat suku bunga SBI bergerak naik dan turun namun tidak terlalu signifikan. Hal ini terlihat dari rata-rata perubahan suku bunga SBI hanya sebesar -0.0037. Peningkatan tingkat suku bunga SBI yang terbesar hanya sebesar 0,0051 atau 0,5 pada bulan Desember dan penurunan tingkat suku bunga SBI yang terbesar adalah -0,0171 atau 1,71. Tingkat suku bunga yang tinggi dapat menyebabkan investor lebih memilih untuk menjual sahamnya dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan atau deposito. Penjualan saham yang serentak akan berdampak pada penurunan harga saham secara signifikan Arifin, 2007:119. Universitas Sumatera Utara

5. Deskripsi Perubahan Indeks Harga Saham Gabungan Tabel 4.5

Perubahan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Periode Januari 2009 – Desember 2014 Bulan Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Januari -0.0168 0.0302 -0.0795 0.0313 0.0317 0.0303 Februari -0.0354 -0.0237 0.0179 0.0110 0.0768 0.0456 Maret 0.1156 0.0896 0.0626 0.0342 0.0303 0.0320 April 0.2013 0.0698 0.0358 0.0144 0.0188 0.0151 Mei 0.1126 -0.0587 0.0045 -0.0832 0.0069 0.0111 Juni 0.0574 0.0417 0.0134 0.0320 -0.0493 -0.0031 Juli 0.1463 0.0534 0.0623 0.0472 -0.0433 0.0431 Agustus 0.0079 0.0041 -0.0700 -0.0198 -0.0901 0.0094 September 0.0538 0.1361 -0.0762 0.0498 0.0289 0.0001 Oktober -0.0405 0.0383 0.0681 0.0206 0.0451 -0.0093 November 0.0203 -0.0286 -0.0200 -0.0170 -0.0564 0.0119 Desember 0.0491 0.0488 0.0288 0.0095 0.0076 0.0150 Maximum 0.2013 0.1361 0.0681 0.0498 0.0768 0.0456 Minimum -0.0405 -0.0587 -0.0795 -0.0832 -0.0901 -0.0093 Mean 0.0560 0.0334 0.0040 0.0108 0.0006 0.0168 Sumber : www.idx.co.id 01052015, diolah Indeks Harga Saham Gabungan merupakan salah satu indikator yang sering diperhatikan investor ketika berinvestasi di Bursa Efek Indonesia BEI. Hal ini disebabkan karena indeks harga saham merupakan ringkasan dari dampak simultan dan kompleks atas berbagai macam faktor yang berpengaruh, terutama fenomena-fenomena ekonomi Widoatmodjo,2009:84. Pada pengamatan data bulanan yang dilakukan terhadap IHSG, ditemukan adanya perubahan indeks yang bernilai positif + maupun negatif -. Perubahan indeks yang bernilai positif, menunjukkan bahwa IHSG mengalami kenaikan. Sedangkan Perubahan indeks yang bernilai negatif, menunjukkan bahwa IHSG mengalami penurunan. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2009 rata – rata perubahan IHSG sebesar 0,0560 atau 5,6, dengan kenaikan terbesar terjadi pada bulan April yaitu 0,2013 atau naik sebesar 20,13 dan ini juga merupakan catatan kenaikan IHSG terbesar selama periode penelitian ini Januari 2009 sampai Desember 2014. Sedangkan penurunan IHSG yang terbesar pada tahun 2009 terjadi pada bulan Oktober yaitu -0,0405 atau turun sebesar 4,05. Pada tahun 2010, rata-rata perubahan IHSG adalah 0,0334 atau 3,34. Kenaikan IHSG yang terbesar terjadi pada bulan September yaitu 0,1361 atau naik sebesar 13,61 dan penurunan IHSG yang terbesar terjadi pada bulan Mei sebesar -0.0587 atau mengalami penurunan sebesar 5,87. Pada tahun 2011, catatan IHSG menunjukkan kenaikan terbesar terjadi pada bulan Oktober 2011 yaitu 0.0681 atau naik sebesar 6,81 dan penurunan IHSG terbesar terjadi pada bulan Januari sebesar -0.0795 atau turun sebesar 7,95, dengan rata-rata perubahan sebesar 0.0040 atau 0,4 Pada tahun 2012, rata-rata perubahan IHSG adalah 0,0108 atau 10,8. Kenaikan IHSG yang terbesar terjadi pada bulan September yaitu 0,0498 atau naik sebesar 4,98 dan penurunan IHSG yang terbesar terjadi pada bulan Mei sebesar -0,0832 atau mengalami penurunan sebesar 8,32. Pada tahun 2013, rata-rata perubahan IHSG adalah 0,0006. Kenaikan IHSG yang terbesar terjadi pada bulan Februari yaitu 0,0768 atau naik sebesar 7,68 dan penurunan IHSG yang terbesar terjadi pada bulan Agustus sebesar -0.0901 atau mengalami penurunan sebesar 9,01, ini merupakan catatan penurunan IHSG terbesar selama periode Januari 2009 sampai Desember 2014. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2014 IHSG cenderung mengalami kenaikan, dengan rata-rata perubahannya sebesar 0.0168 atau 1,68. Hal ini terlihat selama periode 2014 penurunan IHSG hanya terjadi pada bulan Juni dan September, dan besarnya penurunan indeks tersebut tidak lebih dari 1. Kenaikan IHSG yang terbesar terjadi pada bulan Februari yaitu 0,0456 atau naik sebesar 4,56 dan penurunan IHSG yang terbesar terjadi pada bulan Mei yaitu hanya sebesar -0.0093 atau mengalami penurunan 0,93. 4.2.2 Analisis Statistik 4.2.2.1 Uji Asumsi Klasik

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi dan Suku Bunga SBI terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006-2009

2 39 90

Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi Dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004 – 2008

2 70 81

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007 – 2015

1 11 128

Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Nilai Tukar Rupiah, dan Harga Minyak Dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2013.

1 3 18

Analisis Pengaruh Perubahan Harga Minyak Dunia Dan Nilai Tukar Rupiah Us Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2012

0 0 13

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

0 1 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi - Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

0 1 7

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

0 0 9

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI , TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 8