1.  Risiko sistematis Risiko  sistematis  merupakan  risiko  yang  berkaitan  dengan  perubahan  yang
terjadi  di  pasar  secara  keseluruhan.  Perubahan  pasar  tersebut  akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi.
2.  Risiko tidak sistematis Risiko  tidak  sistematis  adalah  risiko  yang  tidak  terkait  dengan  perubahan
pasar secara keseluruhan.
2.1.4 Return Investasi
Konsep risiko tidak terlepas kaitannya dengan  return, karena investor selalu mengharapkan  tingkat  return  yang  sesuai  atas  setiap  risiko  investasi  yang
dihadapinya.  Return  adalah  harapan  keuntungan  di  masa  datang  atas  investasi yang  dilakukan  oleh  investor.  Tujuan  investor  dalam  berinvestasi  adalah
memaksimalkan  return.  Return  merupakan  salah  satu  faktor  yang  memotivasi investor  berinvestasi  dan  juga  merupakan  imbalan  atas  keberanian  investor
menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya Tandelilin, 2001:47. Menurut Jogiyanto 2010:205 return dibedakan menjadi 2 yaitu :
a.  Return Realisasi realized return Return
realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah
satu pengukur kinerja dari perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
b.  Return ekspektasi expected return Merupakan  return  saham  perusahaan  yang  diharapkanakan  diperoleh  oleh
investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi,  sedangkan  return  ekspektasi  sifatnya  belum  terjadi.Return  realisasi
dibutuhkan dalam menilai Return ekspektasi. Return
saham dalam konteks manajemen investasi merupakan imbalan  yang diperoleh  dari  investasi  yang  merupakan  imbalan  atas  keberanian  Investor
menanggung  resiko  atas  investasi  yang  dilakukan.  Menurut  Tandelilin  2001:48 return
saham terdiri dari : 1.
Yield,  yaitu  cash  flow  yang  dibayarkan  secara  periodik  kepada  pemegang saham dalam bentuk deviden,
2. Capital  gain  loss,  yaitu  selisih  antara  harga  saham  pada  saat  pembelian
dengan harga saham pada saat penjualan.
2.1.5  Indeks Harga Saham Gabungan IHSG
Menurut Jogiyanto 2000 : 147, Indeks Harga Saham Gabungan merupakan angka  indeks  harga  saham  yang  sudah  disusun  dan  dihitung  sehingga
menghasilkan  trend,  dan  dapat  digunakan  untuk  membandingkan  kejadian  yang berupa  perubahan  harga  saham  dari  waktu  ke  waktu.  Indeks  harga  saham
individual  sering  sekali  dipakai  sebagai  ukuran  investor  untuk  menentukan perkembangan  suatu  perusahaan  yang  terrefleksi  dari  indeks  harga  sahamnya.
Sedangkan indeks harga saham  gabungan sering sekali dipakai sebagai indikator untuk mengukur situasi umum perdagangan efek Lubis, 2006 : 157
Universitas Sumatera Utara
Sebuah indeks diharapkan memiliki 5 fungsi yaitu: 1.  Sebagai indikator trend pasar
2.  Sebagai indikator tingkat keuntungan 3.  Sebagai tolak ukur kinerja suatu portofolio
4.  Menfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif 5.  Menfasilitasi berkembangnya produk derivatif.
Sunariyah  2003:127  mengemukakan  bahwa  ada  dua  metode  perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan yaitu :
1.  Metode rata-rata Average Method Merupakan  metode  dimana  harga  pasar  saham-saham  yang  masuk  dalam
indeks tersebut dijumlah kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi.
IHSG =
∑P ∑P
e
Dimana : IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan
P    = Harga pasar saham P
= Harga dasar saham 2.  Metode rata-rata tertimbang Weighted Average Method
Merupakan suatu metode yang menambahkan bobot dalam perhitungan indeks disamping  harga  pasar  saham-saham  yang  tercatat  dan  harga  dasar  saham.
Pembobotan  yang dilakukan dalam perhitungan indeks pada umumnya  adalah jumlah saham yang dikeluarkan.
Ada dua metode untuk menghitung metode rata-rata tertimbang :
Universitas Sumatera Utara
1 Paasche Metode  ini  memperbandingkan  kapitalisasi  pasar  seluruh  saham  dengan  nilai
dasar  seluruh  saham  yang  tergantung  dalam  sebuah  indeks.  Dalam  hal  ini makin besar kapitalisasi suatu saham, maka akan menimbulkan pengaruh yang
sangat besar jika terjadi perubahan harga pada saham yang bersangkutan.
IHSG =
∑ P  X ∑ P
e
x
Dimana : P
s
= Harga saham sekarang S
s
= Jumlah saham yang beredar P
base
= Harga dasar saham 2 Laspreyes
Rumus ini menggunakan jumlah saham  yang dikeluarkan pada hari dasar dan tidak berubah selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru.
Indeks =
∑ P  X
o
∑ P
e
x
o
Dimana : P
s
= Harga saham sekarang S
o
= Jumlah saham awal P
base
= Harga dasar saham Adapun  jenis  indeks  dapat  dikelompokkan  menjadi  5  Lubis,  2006  :  158,
yaitu : 1.  Indeks Individual Individual Index
2.  Indeks Harga Saham Sektoral Sectoral Index
Universitas Sumatera Utara
3.  Indeks LQ 45 LQ45 Index 4.  Indeks Harga Saham Gabungan IHSG atau composite share price index
5.  Indeks Syariah atau JII Jakarta Islamic Index Indeks harga saham gabungan dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
IHSG =
�
Keterangan : IHSG   = Indeks Harga Saham Gabungan
H
t
= Harga pada waktu yang berlaku H
= Harga pada waktu dasar
2.1.6   Harga Minyak Dunia