VII RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KELUARGA
MISKIN MELALUI PENYEMPURNAAN PPK
7.1.Latar Belakang
Rancangan program pemberdayaan keluarga miskin melalui Program Pengembangan Kecamatan PPK menurut perspektif pekerjaan sosial bertujuan
untuk memberikan peluan g dan kekuasaan kepada keluarga miskin mampu melaksanakan peran, mampu menggunakan sumber lokal untuk memenuhi
kebutuhan dan memecahkan permasalahan sendiri. Pemberdayaan keluarga miskin dalam perspektif ini menjadikan keluarga miskin sebagai pelaku dalam
penanggulangan kemiskinan. Indikator keberhasilan rancangan ini terletak pada proses keberdayaan keluarga miskin .
Program pemberdayaan keluarga miskin melalui PPK agar mempertimbangkan potensi, hambatan serta kebutuhan yang diperlukan , untuk
mengakomodir aspek-aspek tersebut, disusun rancangan program penyempurnaan PPK menurut perspektif pekerjaan sosial. Berdasarkan hasil wawancara,
pengamatan dan kajian dokumen telah dianalisis pemberdayaan PPK di bab sebelumnya, maka ditemukan kelemahan dan potensi keluarga miskin;
kelemahan PPK dan kelebihan PPK; sebab, akibat, dan cara mengatasi masalah. Program pemberdayaan keluarga miskin meliputi: kegiatan asesmen
masalah dan mendesain program. Kegiatan tersebut untuk menggali masalah, potensi, dan rancangan program yang tepat.
7.1.1. Asesmen Masalah
Kegiatan asesmen masalah terdiri dari: 1 identifikasi permasalahan: masalah yang dihadapi keluarga miskin, masalah PPK, rendahnya pendapatan,
pendidikan, sempitnya peluang berpendapat atau menyampaikan usulan oleh kelu arga miskin; 2 identifikasi kebutuhan; 3 potensi sumber daya lokal; 4
analisa situasi; 5 analisa tujuan; dan 6 pihak -pihak yang terlibat.
119 Permasalahan internal yang dihadapi keluarga miskin di desa adalah 1
merasa minder dan percaya kepada pemimpin lokal; 2 tidak mengetahui tata cara mengelola proyek tidak mempunyai pengalaman mengelola proyek; 3
mempercayai bahwa proyek yang dilakukan pemerintah telah diatur sedemikian rupa sehingga keluarga miskin tidak diperlukan; 4 tidak mempunyai pengalaman
dalam menyampaikan pendapat di muka umum. Keluarga miskin hanya dilibatkan dalam peran sebagai tenaga upahan
pada pelaksanaan kegiatan PPK. Hal ini disebabkan karena 1 PTO PPK membatasi partisipasi keluarga miskin termasuk pembatasan waktu pelaksanaan
proyek; 2 Anggapan keluarga miskin tidak sanggup mengelola kegiatan karena pendidikannya rendah; 3 keberadaan keluarga miskin sering diabaikan.
Bantuan sarana fisik belum memberdayakan keluarga miskin. Hal ini disebabkan oleh: 1 Pembangunan sarana fisik adalah usulan elit desa; 2
Keluarga miskin tidak mempunyai kemampuan untuk memberikan usulan Program pemberdayaan tidak efektif, hasil program hanya dinikmati
langsung oleh keluarga kaya. Hal ini disebabkan oleh adanya inkonsistensi antara tujuan, peraturan dan pelaksanaan kegiatan proyek. Dalam tujuan mengungkapkan
mengentaskan kemiskinan tetapi proyek yang dibiayai oleh PPK tidak menyentuh langsung pada kebutuhan keluarga miskin. Proyek-proyek sarana fisik yang ada di
Desa Sialang Indah seperti bangunan sekolah tidak menyentuh kebutuhan keluarga miskin. Bantuan yang diperlukan dalam pendidikan berupa beasiswa.
Hal ini seperti di ungkapkan oleh S bahwa: “Agar anak kami sekolah diberikan keringanan biaya. Di sini
sekolah jauh dan memerlukan biaya yang besar. Sedangkan sekolah yang ada di sini tidak memberikan keringanan biaya bagi
yang tidak mampu membayar sekolah”.
Sedangkan dalam peraturan tidak partisipatif. Hal ini berlawanan dengan prinsip keberpihakan keluarga miskin dan prinsip partisipasi. Hal ini dapat dikaji
pada peserta MAD yang telah ditentukan oleh PPK di dalamnya tidak mencantumkan keluarga miskin sebagai peserta atau setidaknya tokoh keluarga
miskin untuk mewakilinya.
120 Pelaksanaan PPK hanya memberikan kesempatan kepada keluarga miskin
terlibat sebagai pekerja upahan dalam proyek. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Matrik 2
Matrik 2 Permasalahan, sebab dan akibat Masalah
Sebab Akibat
Keluarga miskin tidak memiliki peluang dan
kekuasaan Kurang percaya dir i
Pengetahuan kurang Merasa tidak diperlukan
Kesempatan berpendapat Tidak mampu mengakses
pelayanan sosial
PTO PPK membatasi partisipasi keluarga miskin
termasuk pembatasan waktu pelaksanaan proyek
Keluarga miskin hanya dilibatkan dalam peran
sebagai tenaga upahan
Pembangunan sarana fisik adalah usulan elit desa
Keluarga miskin tidak mempunyai kemampuan untuk
memberikan usulan Bantuan sarana fisik belum
memberdayakan keluarga miskin
Kegagalan PPK
Adanya inkonsistensi antara tujuan, peraturan dan
pelaksanaan kegiatan. Program pemberdayaan
tidak efektif, hasil program hanya dinikmati
langsung oleh keluarga kaya.
Sumber: Hasil Penelitian 2005 Kegagalan PPK dalam mengurangi angka kemiskinan disebabkan tidak
adanya peluang dan kekuasaan keluarga miskin berperan dalam program. Selain itu, PPK membatasinya dengan aturan, ketentuan jenis bantuan, inkonsistensi
antara tujuan, peraturan dan pelaksanaannya. Tidak adanya peluang dan kekuasaan disebabkan oleh tekanan kelompok elit dalam struktur sosial desa.
Tekanan itu berupa dominasi dalam usulan maupun peran pada kegiatan desa. Sehingga untuk mengefektifkan program dalam pemberdayaan keluarga miskin
melalui PPK diperlukan penyempurnaan. Hal-hal yang berkaitan dengan aspek peluang dan kekuasaan yang tidak
dimiliki oleh keluarga miskin dikarenakan pendapatan dan pendidikan yang
121 rendah, sempitnya peluang keluarga miskin dalam hal berpendapat atau
menyampaikan usulan, tidak memiliki peran dalam kegiatan pembangunan desa. Pendapatan keluarga miskin masih rendah, sehingga keluarga miskin
belum memiliki peluang untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara memadai. Baik untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan,
transportasi dan lain-lain. Oleh karena itu, keluarga miskin mengalami kesulitan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
Keluarga miskin tidak memiliki kesempatan bersekolah yang tinggi menyebabkan rendah diri, dan menyerahkan peran-peran kegiatan desa kepada elit
desa. Hal ini mengakibatkan keluarga miskin tidak memiliki peluang dan kekuasaan untuk mengambil keputusan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Dominasi elit desa dalam menyampaikan pendapat mengakibatkan keluarga miskin kehilangan peluang dan kekuasaan untuk menyampaikan
pendapat dan ide-ide di forum terbuka seperti dalam musyawarah. Keluarga miskin menjadi termarjinalkan dengan hilangnya kesempatan tersebut.
Keputusan -keputusan yang dihasilkan dalam musyarawarah menjadi milik elit desa bukan keluarga miskin. Hal ini menimbulkan permasalahan pada keputusan
dalam musyawarah desa seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan keluarga miskin.
Peran-peran kegiatan desa dimiliki oleh kelompok elit desa, karena tidak adanya kemampuan keluarga miskin dalam setiap program yang dilaksanakan.
Selain itu, PPK membatasi partisipasi keluarga miskin dengan aturan peserta musyawarah tidak melibatkan keluarga miskin hanya dilibatkan sebagai tenaga
upahan, pembatasan waktu pelaksaan proyek yang terlalu singkat; ketentuan jenis bantuan, dan inkonsistensi tujuan, peraturan serta pelaksanaan kegiatan.
Sebelum Program pemberdayaan keluarga miskin Desa Sialang Indah Kecamatan Pangkalan Kuras dilaksanakan perlu dilaksanakan identifikasi
kebutuhan keluarga miskin dan kebutuhan desa secara utuh. Hal-hal yang perlu diidentifikasi adalah penghasilan, sarana kesehatan, sarana pendidikan, sumber
daya lokal, situasi yang dapat mendorong proses pemberdayaan, tujuan, dan pihak-pihak terkait yang dapat memberikan kemudahan -kemudahan.
122 Penambahan penghasilan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan
konsumsi domestik keluarga miskin. Kegiatan ini dapat berupa usaha ekonomi bersama yang dikelola oleh mereka sendiri. Untuk mendapatkan modal usaha
melalui bantuan dana PPK. Sedangkan kebutuhan jaminan kesehatan dan pendidikan dapat diberikan dalam bentuk asuransi sosial desa. Pemilihan
pengurus melibatkan keluarga miskin dan melalui pertemuan khusus keluarga miskin untuk memilih wakil yang akan duduk di kepengurusan.
Sumber daya lokal berupa lahan pertanian dan perladangan desa yang masih luas belum dimanfaatkan secara maksimal. Tenaga kerja lebih banyak
tenaga kasar untuk mengerjakan kebun keluarga miskin berasal dari desa yang keahlian mereka bertani sawah dan ladang.
Situasi yang mendukung proses pemberdayaan terdiri dari situasi yang diakibatkan oleh kondisi geografi, demografi, dan kelembagaan serta akses
terhadap sumber-sumber. Penduduk berasal dari berbagai suku dan agama. Kondisi geografi berbukit -bukit dan jauh dari kota. Jarak antara desa dengan yang
lain berjauhan, sehingga untuk memudahkan mobilitas diperlukan transportasi. Desa Sialang Indah tidak termasuk kategori desa miskin bila didasarkan
penilaian jumlah keluarga miskinnya, masyarakat telah mampu membangun sarana dan prasarana fisik terbukti dengan adanya program PPLTDD. Melalui
lembaga KUD Sialang Makmur yang ada di desa itu. Sedangkan untuk menambahkan modal telah ada bank di tingkat kecamatan dan tingkat kabupaten.
Selain itu, KUD telah mampu memberikan pinjaman kepada masyarakat desa Sialang Indah.
Tujuan utama rancangan program ini adalah untuk meningkatkan program pemberdayaan keluarga miskin melalui PPK di Kecamatan Pangkalan Kuras
Kabupaten Pelalawan dengan memberikan peluang dan kekuasaan kepada keluarga miskin dalam melaksanakan peran, mampu menggunakan sumber lokal
untuk memenuhi kebutuhan dan memecahkan permasalahan sendiri. Dengan demikian program dirancang untuk meningkatkan partisipasi, menguatkan
keluarga miskin dan meningkatkan perlindungan sosial dalam kegiatan PPK.
123 Analisis stakeholders dan shareholders digunakan untuk menganalisis
pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pemberdayaan keluarga miskin. Stakeholders tersebut adalah kepala desa dan aparatnya, tokoh masyarakat, para
pelaku PPK dari tingkat desa sampai tingkat nasional, para pelaku keuangan dari tingkat desa hingga kabupaten. Shareholders adalah pihak-pihak yang
berperan dalam membantu proses pemberdayaan masyarakat bukan hanya sebagai orang tetapi bentuk dukungan yang diberikan terhadap pemberdayaan tersebut.
7.1.2. Desain Program