Sistem Ekonomi POLA HUBUNGAN MASYARAKAT YANG

45 Tabel 10. Jumlah Pengangguran dan Jenis Kelamin Kecamatan Pangkalan Kuras Tahun 2004 Jenis Kelamin Kelompok Usia Laki-laki Perempuan Jumlah orang Persentase 15 – 19 21 23 44 11,06 20 – 24 24 27 51 12,81 25 – 29 28 30 58 14,57 30 – 34 29 31 60 15,08 35 – 39 27 29 56 14,07 40 – 44 22 23 45 11,31 45 – 49 17 14 31 7,79 50 – 54 11 10 21 5,03 55 – 59 13 7 20 5,03 60 – 64 9 3 12 3,02 Jumlah 201 197 398 100,00 Sumber data: Monografi Kecamatan Pangkalan Kuras Tahun 2004

4.1.3. Sistem Ekonomi

Sistem perekonomian Kecamatan Pangkalan Kuras terbentuk dari kebijakan pemerintah dalam program Transmigrasi Perkebunan Inti Rakyat TRANS PIR pada akhir tahun 1990, setelah kebijakan transmigrasi umum beberapa tahun silam mengalami kegagalan, sebagai perbaikan program yang mengalami kegagalan pada tahun sebelumnya. Potensi alam berupa lahan yang luas, mendorong keberhasilan program tersebut. Hal ini ditandai pendapatan penduduk meningkat dari tidak memiliki pendapatan menjadi memiliki pendapatan tetap. Program ini diprotes penduduk lokal, karena mereka menilai program ini hanya diberikan kepada pendatang. Untuk mengakomodir kepentingan bersama antara masyarkat dan pemerintah, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan tansmigrasi lokal. Setelah itu, perekonomian masyarakat Kecamatan Pangkalan Kuras diubah dari petani berpindah ke petani kebun kelapa sawit dan petani ladang yang menetap. Perkebunan kelapa sawit menggeser perkebunan karet yang sebelumnya menjadi primadona bagi masyarakat. Warisan kebun karet ditebang masyarakat dan digantikan tanaman kelapa sawit. Kebiasaan ini melembaga dalam kehidupan masyarakat seperti: bertani ladang menetap, berkebun kelapa sawit, 46 menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi, gotong royong ala penduduk Jawa dan sebagainya. Lembaga-lembaga yang dibentuk seperti kelompok tani, KUD, pasar, sekolah baik umum maupun berbasiskan Agama Islam dan aturan -aturan penimbangan, memanen, membeli obat-obatan pertanian, penyemprotan, menyiangi, dan sebagainya adalah untuk mendukung berlangsungnya kegiatan perkebunan kelapa sawit yang dipelihara para petani. Mayoritas penduduk bekerja sebagai buruh perkebunan yang menempati urutan pertama berjumlah 7.662 orang atau 50,43 . Hal ini terjadi akibat terbatasnya jumlah lapangan pekerjaan sektor formal. Luasnya lahan di wilayah Kecamatan Pangkalan Kuras memberikan peluang besar kepada pekerjaan sekto r pertanian dan perkebunan. Implikasinya jumlah buruh perkebunan meningkat, sehingga mengurangi jumlah pendapatan buruh pada sektor ini. Akibatnya tidak terpemenuhi kebutuhan keluarga buruh perkebunan. Kondisi ini menjadi siklus kemiskinan penduduk Kecamatan Pangkalan Kuras yang tak berujung. Untuk lebih jelas komposisi penduduk berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 11 Tabel 11. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Kecamatan Pangkalan Kuras Tahun 2004 No Jenis Pekerjaan Jumlah orang Persentase 1. Pegawai Negeri Sipil 505 3,32 2. TNIPOLRI 50 0,32 3. Nelayan 156 1,03 4. Pensiunan PNS, TNIPOLRI 6 0,04 5. Pengusaha 15 0,10 6. Petani Kebun 4.501 29,63 7. Buruh Industri 1.451 9,55 8. Buruh Bangunan 275 1,81 9. Buruh Perkebunan 7.662 50,43 10. Pengangkutan 90 0,59 11. Pedagang 401 2,64 12. Peternak 21 0,14 13. Lain-lain 59 0,39 Jumlah 15.192 100,00 Sumber: Data Kecamatan Pangkalan Kuras tahun 2004 47

4.1.4. Struktur Komunitas