50 a. Jika ada pola tertentu, seperi titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.8.1.4 Uji Autokorelasi
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah didalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 Ghozali, 2012 : 95. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pendeteksian ada atau tidaknya
autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson DW. Pengambilan keputusan dapat dilihat melalui tabel autokorelasi berikut ini.
Tabel 3.2 Tabel Autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan
Jika Tidak ada autokorelasi positif
Tolak 0ddl
Tidak ada autokoralsi positif No decision
d l≤d≤du
Tidak ada korelasi negatif Tolak
4-dld4 Tidak ada korelasi negatif
No decision 4-
du≤d≤4-dl Tidak ada autokorelasi positif
atau negatif Tidak ditolak
dud4-du Sumber: Ghozali, 2012
Keterangan: DL = batas bawah DW
DU = batas atas DW
3.8.2 Analisis Regresi Berganda
Model yang digunakan dalam penelitian adalah model regresi linier berganda. Hal ini disebabkan penelitian dirancang untuk mengetahui arah,
pengaruh dan kekuatan hubungan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun model dasarnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
51 Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ b
4
X
4
+ b
5
X
5
+ b
6
X
6
e Keterangan:
Y = Nilai pasar Perusahaan
a = Konstanta persamaan regresi
b1, b2, = Koefisien regresi dari masing-masing variabel independen X
1
= Asset keuangan X
2
= Pendapatan tetap X
3
= Nilai buku ekuitas X
4
= Investasi X
5
= Hutang X
6
= Arus kas bersih operasional e
= Variabel Residual Besarnya konstanta tercermin dalam “a” dan besarnya koefisien regresi
dari masingmasing variabel independen ditunjukkan dengan b1, dan b2. Pada model persamaan di atas dapat diketahui tanda positif atau negatif dari masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen. Agar model tersebut memberikan hasil estimasi yang terbaik, maka model harus memenuhi asumsi
regresi linier klasik, yaitu tidak terjadi gejala multikolonieritas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan berdistribusi normal ataupun mendekati normal.
3.8.3 Pengujian Hipotesis
3.8.3.1 Uji t t-tes
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelasindependen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen dengan hipotesa sebagai berikut Ghozali, 2012 : 84:
52 a. Hipotesis nol atau Ho : bi = 0 artinya variabel independen bukan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. b.
Hipotesis alternatif atau Ha : bi ≠ 0 artinya variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Uji t dipakai untuk melihat signifikansi dari pengaruh independen secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat
konstan. Uji ini dilakukan dengan memperbandingkan t hitung dengan t tabel Sulaiman, 2004 : 87. Dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Bila t hitung t tabel atau probabilitas tingkat signifikansi Sig 0,05, maka menolak Ho dan menerima Ha.
b. Bila t hitung t tabel atau probabilitas tingkat signifikansi Sig 0,05 maka menerima Ho dan menolak Ha.
3.8.3.2 Uji F F-tes
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau
terikat Ghozali, 2012 : 84. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan hipotesis sebagai berikut:
a. Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama.
b. Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari
variabel bebas secara bersama-sama. Uji F dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dan
melihat nilai signifikansi F pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan nilai signifikansi 0,05.
53 Dengan cara sebagai berikut:
a. Bila F hitung F tabel atau probabilitas nilai signifikan Sig ≤ 0,05, maka
hipotesis ditolak, ini berarti bahwa secara simultan variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
b. Bila F hitung F tabel atau probabilitas nilai signifikan Sig ≥ 0,05, maka
hipotesis diterima, ini berarti bahwa secara simultan variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3.8.3.3 Koefisien Determinasi R²
Koefisien determinasi R² mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen Ghozali, 2005 : 83. Nilai R²
mempunyai interval antara 0 sampai 1 0 ≤ R² ≤ 1. Semakin besar R² mendekati
1, semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel
dependen Sulaiman, 2004 : 86. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel- variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen Ghozali, 2012: 83.
54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1
Data Penelitian
Objek penelitian ini adalah perusahaan investasi di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indenesia BEI tahun 2010-2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling dan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan,
diperoleh 10 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel penelitian ini dan diamati selama periode 2010-2013. Daftar perusahaan yang dijadikan
sebagai sampel dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Daftar sampel perusahaan investasi
No Kode
Nama perusahaan Tgl berdiri
1 ABMM
PT ABM Investama Tbk 6-Des-2011
2 BHIT
PT Bhakti Investama Tbk 24-Nov-1997
3 BMTR
PT Global Mediacom Tbk 17-Jul-1995
4 BNBR
PT Bakrie and Brothers Tbk 28-Agus-1989
5 BRMS
PT Bumi Resources Minerals Tbk 9-Des-2010
6 MLPL
PT Multipolar Tbk 6-Nov-1989
7 MYRX
PT Hanson International Tbk 31-Okt-1990
8 PLAS
PT Polaris Investama Tbk 16-Mar-2001
9 POOL
PT Pool Advista Indonesia Tbk 20-May-1991
10 SRTG
PT Saratoga Investama Sedaya Tbk 26-Jun-2013 Sumber : Data diolah penulis, 2015
55
1.2 Asset Keuangan, Pendapatan tetap, Nilai Buku Ekuitas, Investasi,
Hutang dan Arus Kas Bersih Operasional 1.2.1
Asset Keuangan Asset keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat
oleh calon investor untuk menentukan investasi saham. Bagi sebuah perusahaan, menjaga dan meningkatkan asset keuangan adalah suatu
keharusan agar saham tersebut tetap eksis dan tetap diminati oleh investor.
Informasi asset keuangan tersebut mempunyai fungsi sebagai sarana informasi, alat pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan,
penggambaran terhadap indikator keberhasilan perusahaan dan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Tabel 4.2
Asset Keuangan tahun 2010-2013
No NamaKode
Perusahaan Asset keuangan
X
1
2010 2011
2012 2013
1 ABMM
234.797.436 470.784.408
358.133.086 353.332.268 2
BHIT 7.478.787
8.279.218 14.446.062
13.039.285 3
BMTR 5.937.177
6.584.839 10.780.983
11.034.211 4
BNBR 14.904.044.198
11.676.676.676 7.389.748.660 7.670.981
5 BRMS
2.274.473.348 2.579.610.526 2.263.210.308
1.944.236 6
MLPL 5.164.102
5.997.664 7.108.401 853.224.749
7 MYRX
63.645.642 160.299.366
181.621.065 8.292.824
8 PLAS
230.119.268 188.853.055
253.072.081 278.562.273 9
POOL 108.019.699
97.142.380 103.499.277
87.879.656 10
SRTG 2.252.737
2.467.672 1.172.825
1.519.251 Sumber : Data diolah penulis, 2015
Sepuluh perusahaan PT ABM Investama Tbk, PT Bhakti Investama Tbk, PT Global Mediacom Tbk, PT Bakrie and Brothers Tbk, PT Bumi Resources
Minerals Tbk, PT Multipolar Tbk, PT Hanson International Tbk, PT Polaris Investama Tbk dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk dengan asset keuangan
56 X
1
yang terendah PT Saratoga Investama Sedaya Tbk selama periode 2010-2013. Hal ini asset keuangan dalam suatu perusahaan tercermin pada
baik buruknya kinerja asset keuangan yang dimiliki oleh
perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangannya. Pengukuran asset keuangan
perusahaan merupakan salah satu indikator yang
di pergunakan oleh investor untuk menilai suatu perusahaan yang
terekspresikan adalah harga pasar saham di bursa efek. Semakin baik kinerja
asset
keuangan perusahaan maka semakin tinggi pula return yang akan di dapatkan oleh
investor.
1.2.2 Pendapatan tetap
Untuk dapat diakui, pendapatan harus terealisasi dan terbentuk. Pendapatan terbentuk dengan terjadinya seluruh kegiatan perusahaan. Pendapatan
terealisasi dengan adanya perubahan bentuk produk menjadi kas atau asset lain melalui transaksi pertukaran. Saat penjualan merupakan saat paling utama dan
menjadi standar dalam pengakuan pendapatan karena pada saat itu pendapatan telah terbentuk dan terealisasi.
Tabel 4.3 Pendapatan tetap tahun 2010-2013
No NamaKode Perusahaan
Pendapatan tetap X
2
2010 2011
2012 2013
1 ABMM
303.788.308 640.144.815
801.653.874 778.505.580
2 BHIT
10.531.079 10.595.311
12.807.753 18.709.234
3 BMTR
8.418.042 8.526.664
9.214.443 9.452.832
4 BNBR
16.863.984.778 13.535.973.876
8.267.835.150 8.052.278.234
5 BRMS
4.455.708.115 4.885.714.712
5.091.116.399 5.059.671.338
6 MLPL
5.931.737 8.315.043
7.530.270 393.262.844
7 MYRX
79.570.273.642 701.676.167.885 666.368.482.916 413.959.000
8 PLAS
105.786.699.513 103.266.174.574 253.072.082.720 278.562.274.893 9
POOL 39.384.831.924
42.259.257.755 43.402.829.757
57.453.005.917 10
SRTG 8.184.012
8.482.329 10.738.510
14.690.534
Sumber : Data diolah penulis, 2015
57 Sepuluh perusahaan PT ABM Investama Tbk, PT Bhakti Investama Tbk,
PT Global Mediacom Tbk, PT Bakrie and Brothers Tbk, PT Bumi Resources Minerals Tbk, PT Multipolar Tbk, PT Hanson International Tbk, PT Polaris
Investama Tbk dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk dengan pendapatan tetap X
2
yang terendah PT Multipolar Tbk selama periode 2010-2013. Hal ini pendapatan atau penghasilan dalam suatu perusahaan tercermin pada
pertanggungjawaban manajer kepada stakeholder perusahaan tersebut. Apabila pendapatan penjualan perusahaan kuat, yang berarti ada perlindungi atas hak-hak
pemegang saham minoritas. Berangkat dari pemikiran ini, dapat dikatakan bahwa pendapatan tetap berpengaruh terhadap pengambilan keputusan khususnya
mengenai kebijakan dividen.
1.2.3 Nilai buku ekuitas