60
1.2.5 Hutang
Hutang merupakan semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak- pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau
modal suatu perusahaan. Hutang terdiri atas hutang lancar hutang jangka pendek dan hutang tidak lancar hutang jangka panjang.
Tabel 4.6 Hutang tahun 2010-2013
No NamaKode Perusahaan
Hutang X
5
2010 2011
2012 2013
1 ABMM
418.621.981 773.820.291
917.337.707 872.242.129
2 BHIT
1.817.455 2.973.161
4.040.978 14.928.302
3 BMTR
4.245.225 4.745.205
5.699.770 5.730.682
4 BNBR
18.120.771.132 13.046.034.152
10.198.245.026 10.319.077.929
5 BRMS
5.766.274.484 6.340.844.034
6.962.177.504 7.306.867.650
6 MLPL
7.565.895 6.165.968
6.282.466 802.903.059
7 MYRX
245.009.381.885 695.063.639.515 822.332.636.001
4.895.968 8
PLAS 125.122.799.412
77.339.847.644 97.351.460.079 115.977.126.373
9 POOL
17.686.991.503 19.678.800.305
30.069.138.535 22.119.135.447
10 SRTG
3.611.246 3.423.241
3.181.120 5.542.176
Sumber : Data diolah penulis, 2015 Sepuluh perusahaan PT ABM Investama Tbk, PT Bhakti Investama Tbk,
PT Global Mediacom Tbk, PT Bakrie and Brothers Tbk, PT Bumi Resources Minerals Tbk, PT Multipolar Tbk, PT Hanson International Tbk, PT Polaris
Investama Tbk dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk dengan hutang X
5
yang terendah PT Saratoga Investama Sedaya Tbk selama periode 2010-2013. Hal ini
manajer perusahaan lebih mengutamakan kepentingan pribadi. Pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer karena akan menambah biaya bagi
perusahaan dan mengurangi keuntungan yang diterima. Semakin tinggi level hutang perusahaan, maka kemungkinan resiko keuangan dan kegagalan
perusahaan juga akan semakin tinggi. Oleh karena itu, semakin rendah tingkat
61 level hutang perusahaan akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya. Peningkatan level hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen
yang akan diterima. Tingkat level hutang yang rendah diharapkan dapat mengurangi resiko keuangan dan tingkat kebangkrutan perusahaan.
1.2.6 Arus kas bersih operasional