Jenis Data Metode Pengumpulan Data Nilai Pasar perusahaan Pada Perusahaan Investasi Yang Terdaftar di

47 Dari 10 populasi perusahaan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang memenuhi kriteria sebagai sampel sebanyak 10 perusahaan, maka dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.1 Daftar sampel perusahaan Investasi No Kode Nama perusahaan Kriteria Sampel 1 2 3 1 ABMM PT ABM Investama Tbk √ √ √ 1 2 BHIT PT Bhakti Investama Tbk √ √ √ 2 3 BMTR PT Global Mediacom Tbk √ √ √ 3 4 BNBR PT Bakrie and Brothers Tbk √ √ √ 4 5 BRMS PT Bumi Resources Minerals Tbk √ √ √ 5 6 MLPL PT Multipolar Tbk √ √ √ 6 7 MYRX PT Hanson International Tbk √ √ √ 7 8 PLAS PT Polaris Investama Tbk √ √ √ 8 9 POOL PT Pool Advista Indonesia Tbk √ √ √ 9 10 SRTG PT Saratoga Investama Sedaya Tbk √ √ √ 10 Berdasarkan karakteristik penarikan sampel di atas, maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 10 perusahaan investasi dan diamati selama periode 4 empat tahun yang termasuk sebagai data poling.

3.6 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu melalui media internet, buku-buku referensi, surat kabar, jurnal-jurnal penelitian dan literature ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topic bahasan dalam penelitian Amirullah dan Widayat, 2002:63. Data tersebut yang terdiri dari laporan keuangan perusahaan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 sampai 2013. 48

3.7 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan mengambil data website efek Indonesia www.idx.co.id yang berupa laporan tahunan perusahaan yang akan diteliti. Penelitian mengambil data perusahaan rokok yang terdaftar di BEI.

3.8 Teknik Analisis

3.8.1 Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka data yang telah diinput akan

diuji Terlebih dahulu dengan uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah data tersebut memenuhi asumsi-asumsi dasar. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari estimasi yang bias. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji Normalitas, uji Multikolineraritas, uji Heteroskedastisitas, Uji Autokorelasi.

3.8.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mengetahui apakah residual terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik Ghozali, 2012 : 110. Karena analisis grafik dapat menyesatkan, maka dilakukan juga uji statistik Kolmogorov-Smirnov dengan melihat tingkat signifikansinya. Uji ini dilakukan sebelum data diolah. Pendeteksian normalitas data apakah terdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Residual dinyatakan terdistribusi normal jika nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov 0,05. 49

3.8.1.2 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah adanya suatu hubungan linier yang sempurna antara beberapa atau semua variabel independen. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen Ghozali, 2012 : 91. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan VIF Variance Inflation Factor. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1Tolerance. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan ada atau tidak multikolonieritas adalah nilai Tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF 10 Ghozali, 2012 : 92.

3.8.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Ghozali, 2012 : 105. Ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antar SRESID dan ZPRED, di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual Yprediksi-Ysesungguhnya yang telah di stundentized. Adapun dasar atau kriteria pengambilan keputusan berkaitan dengan gambar tersebut adalah Ghozali, 2012 : 105: 50 a. Jika ada pola tertentu, seperi titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.8.1.4 Uji Autokorelasi

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah didalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 Ghozali, 2012 : 95. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pendeteksian ada atau tidaknya autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson DW. Pengambilan keputusan dapat dilihat melalui tabel autokorelasi berikut ini. Tabel 3.2 Tabel Autokorelasi Hipotesis nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0ddl Tidak ada autokoralsi positif No decision d l≤d≤du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4-dld4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4- du≤d≤4-dl Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak dud4-du Sumber: Ghozali, 2012 Keterangan: DL = batas bawah DW DU = batas atas DW

3.8.2 Analisis Regresi Berganda

Model yang digunakan dalam penelitian adalah model regresi linier berganda. Hal ini disebabkan penelitian dirancang untuk mengetahui arah, pengaruh dan kekuatan hubungan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun model dasarnya dapat dirumuskan sebagai berikut: 51 Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + b 6 X 6 e Keterangan: Y = Nilai pasar Perusahaan a = Konstanta persamaan regresi b1, b2, = Koefisien regresi dari masing-masing variabel independen X 1 = Asset keuangan X 2 = Pendapatan tetap X 3 = Nilai buku ekuitas X 4 = Investasi X 5 = Hutang X 6 = Arus kas bersih operasional e = Variabel Residual Besarnya konstanta tercermin dalam “a” dan besarnya koefisien regresi dari masingmasing variabel independen ditunjukkan dengan b1, dan b2. Pada model persamaan di atas dapat diketahui tanda positif atau negatif dari masing- masing variabel independen terhadap variabel dependen. Agar model tersebut memberikan hasil estimasi yang terbaik, maka model harus memenuhi asumsi regresi linier klasik, yaitu tidak terjadi gejala multikolonieritas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan berdistribusi normal ataupun mendekati normal.

3.8.3 Pengujian Hipotesis

3.8.3.1 Uji t t-tes

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelasindependen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dengan hipotesa sebagai berikut Ghozali, 2012 : 84: 52 a. Hipotesis nol atau Ho : bi = 0 artinya variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. b. Hipotesis alternatif atau Ha : bi ≠ 0 artinya variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Uji t dipakai untuk melihat signifikansi dari pengaruh independen secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Uji ini dilakukan dengan memperbandingkan t hitung dengan t tabel Sulaiman, 2004 : 87. Dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Bila t hitung t tabel atau probabilitas tingkat signifikansi Sig 0,05, maka menolak Ho dan menerima Ha. b. Bila t hitung t tabel atau probabilitas tingkat signifikansi Sig 0,05 maka menerima Ho dan menolak Ha.

3.8.3.2 Uji F F-tes

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat Ghozali, 2012 : 84. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan hipotesis sebagai berikut: a. Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama. b. Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama. Uji F dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dan melihat nilai signifikansi F pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan nilai signifikansi 0,05. 53 Dengan cara sebagai berikut: a. Bila F hitung F tabel atau probabilitas nilai signifikan Sig ≤ 0,05, maka hipotesis ditolak, ini berarti bahwa secara simultan variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. b. Bila F hitung F tabel atau probabilitas nilai signifikan Sig ≥ 0,05, maka hipotesis diterima, ini berarti bahwa secara simultan variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

3.8.3.3 Koefisien Determinasi R²

Koefisien determinasi R² mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen Ghozali, 2005 : 83. Nilai R² mempunyai interval antara 0 sampai 1 0 ≤ R² ≤ 1. Semakin besar R² mendekati 1, semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen Sulaiman, 2004 : 86. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel- variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen Ghozali, 2012: 83. 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Data Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan investasi di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indenesia BEI tahun 2010-2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling dan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, diperoleh 10 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel penelitian ini dan diamati selama periode 2010-2013. Daftar perusahaan yang dijadikan sebagai sampel dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Daftar sampel perusahaan investasi No Kode Nama perusahaan Tgl berdiri 1 ABMM PT ABM Investama Tbk 6-Des-2011 2 BHIT PT Bhakti Investama Tbk 24-Nov-1997 3 BMTR PT Global Mediacom Tbk 17-Jul-1995 4 BNBR PT Bakrie and Brothers Tbk 28-Agus-1989 5 BRMS PT Bumi Resources Minerals Tbk 9-Des-2010 6 MLPL PT Multipolar Tbk 6-Nov-1989 7 MYRX PT Hanson International Tbk 31-Okt-1990 8 PLAS PT Polaris Investama Tbk 16-Mar-2001 9 POOL PT Pool Advista Indonesia Tbk 20-May-1991 10 SRTG PT Saratoga Investama Sedaya Tbk 26-Jun-2013 Sumber : Data diolah penulis, 2015 55

1.2 Asset Keuangan, Pendapatan tetap, Nilai Buku Ekuitas, Investasi,

Hutang dan Arus Kas Bersih Operasional 1.2.1 Asset Keuangan Asset keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat oleh calon investor untuk menentukan investasi saham. Bagi sebuah perusahaan, menjaga dan meningkatkan asset keuangan adalah suatu keharusan agar saham tersebut tetap eksis dan tetap diminati oleh investor. Informasi asset keuangan tersebut mempunyai fungsi sebagai sarana informasi, alat pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan, penggambaran terhadap indikator keberhasilan perusahaan dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Tabel 4.2 Asset Keuangan tahun 2010-2013 No NamaKode Perusahaan Asset keuangan X 1 2010 2011 2012 2013 1 ABMM 234.797.436 470.784.408 358.133.086 353.332.268 2 BHIT 7.478.787 8.279.218 14.446.062 13.039.285 3 BMTR 5.937.177 6.584.839 10.780.983 11.034.211 4 BNBR 14.904.044.198 11.676.676.676 7.389.748.660 7.670.981 5 BRMS 2.274.473.348 2.579.610.526 2.263.210.308 1.944.236 6 MLPL 5.164.102 5.997.664 7.108.401 853.224.749 7 MYRX 63.645.642 160.299.366 181.621.065 8.292.824 8 PLAS 230.119.268 188.853.055 253.072.081 278.562.273 9 POOL 108.019.699 97.142.380 103.499.277 87.879.656 10 SRTG 2.252.737 2.467.672 1.172.825 1.519.251 Sumber : Data diolah penulis, 2015 Sepuluh perusahaan PT ABM Investama Tbk, PT Bhakti Investama Tbk, PT Global Mediacom Tbk, PT Bakrie and Brothers Tbk, PT Bumi Resources Minerals Tbk, PT Multipolar Tbk, PT Hanson International Tbk, PT Polaris Investama Tbk dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk dengan asset keuangan 56 X 1 yang terendah PT Saratoga Investama Sedaya Tbk selama periode 2010-2013. Hal ini asset keuangan dalam suatu perusahaan tercermin pada baik buruknya kinerja asset keuangan yang dimiliki oleh perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangannya. Pengukuran asset keuangan perusahaan merupakan salah satu indikator yang di pergunakan oleh investor untuk menilai suatu perusahaan yang terekspresikan adalah harga pasar saham di bursa efek. Semakin baik kinerja asset keuangan perusahaan maka semakin tinggi pula return yang akan di dapatkan oleh investor.

1.2.2 Pendapatan tetap

Untuk dapat diakui, pendapatan harus terealisasi dan terbentuk. Pendapatan terbentuk dengan terjadinya seluruh kegiatan perusahaan. Pendapatan terealisasi dengan adanya perubahan bentuk produk menjadi kas atau asset lain melalui transaksi pertukaran. Saat penjualan merupakan saat paling utama dan menjadi standar dalam pengakuan pendapatan karena pada saat itu pendapatan telah terbentuk dan terealisasi. Tabel 4.3 Pendapatan tetap tahun 2010-2013 No NamaKode Perusahaan Pendapatan tetap X 2 2010 2011 2012 2013 1 ABMM 303.788.308 640.144.815 801.653.874 778.505.580 2 BHIT 10.531.079 10.595.311 12.807.753 18.709.234 3 BMTR 8.418.042 8.526.664 9.214.443 9.452.832 4 BNBR 16.863.984.778 13.535.973.876 8.267.835.150 8.052.278.234 5 BRMS 4.455.708.115 4.885.714.712 5.091.116.399 5.059.671.338 6 MLPL 5.931.737 8.315.043 7.530.270 393.262.844 7 MYRX 79.570.273.642 701.676.167.885 666.368.482.916 413.959.000 8 PLAS 105.786.699.513 103.266.174.574 253.072.082.720 278.562.274.893 9 POOL 39.384.831.924 42.259.257.755 43.402.829.757 57.453.005.917 10 SRTG 8.184.012 8.482.329 10.738.510 14.690.534 Sumber : Data diolah penulis, 2015 57 Sepuluh perusahaan PT ABM Investama Tbk, PT Bhakti Investama Tbk, PT Global Mediacom Tbk, PT Bakrie and Brothers Tbk, PT Bumi Resources Minerals Tbk, PT Multipolar Tbk, PT Hanson International Tbk, PT Polaris Investama Tbk dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk dengan pendapatan tetap X 2 yang terendah PT Multipolar Tbk selama periode 2010-2013. Hal ini pendapatan atau penghasilan dalam suatu perusahaan tercermin pada pertanggungjawaban manajer kepada stakeholder perusahaan tersebut. Apabila pendapatan penjualan perusahaan kuat, yang berarti ada perlindungi atas hak-hak pemegang saham minoritas. Berangkat dari pemikiran ini, dapat dikatakan bahwa pendapatan tetap berpengaruh terhadap pengambilan keputusan khususnya mengenai kebijakan dividen.

1.2.3 Nilai buku ekuitas

Umumnya nilai buku ekuitas merupakan unsure keuangan yang memiliki relevansi dengan nilai dan harga saham perusahaan. Tabel 4.4 Nilai buku ekuitas tahun 2010-2013 No NamaKode Perusahaan Nilai buku ekuitas X 3 2010 2011 2012 2013 1 ABMM 43.868.339 146.554.908 146.554.908 146.554.908 2 BHIT 2.984.816 2.996.849 3.568.808 3.590.009 3 BMTR 1.377.021 1.384.628 1.396.796 1.396.796 4 BNBR 5.721.263 10.020.892 7.925.041 13.889.757 5 BRMS 1.476.792.700 1.476.792.700 1.476.792.700 1.476.792.700 6 MLPL 1.550.058 2.153.183 2.153.183 187.500.000 7 MYRX 350.350.000.000 350.350.000.000 350.350.000.000 381.654.000.000 8 PLAS 140.920.000.000 140.920.000.000 140.920.000.000 140.920.000.000 9 POOL 50.000.000.000 50.000.000.000 50.000.000.000 54.818.751.000 10 SRTG 3.831.450 3.831.450 244.167 271.297 Sumber : Data diolah penulis, 2015 58 Nilai buku ekuitas perusahaan dengan X 3 terendah adalah PT Multipolar Tbk, PT Hanson International Tbk, PT Polaris Investama Tbk, PT ABM Investama Tbk, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk dan PT Pool Advista Indonesia Tbk pada tahun 2010-2013, hal ini menunjukkan bahwa nilai buku ekuitas yang relatif rendah dalam penelitian ini mengindikasikan perilaku manajer dengan tingkat kepemilikan manajerial yang rendah cenderung melakukan pembayaran dividen yang tinggi, hal ini disebabkan jika perusahaan membayar dividen yang tinggi akan memberikan sinyal yang bagus tentang kinerja perusahaan dimasa mendatang. Tinggi atau rendahnya tingkat kepemilikan saham di dalam perusahaan tidak memiliki pengaruh yang berarti terhadap kebijakan dividen yang diambil oleh perusahaan.

1.2.4 Investasi

Investasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menyalurkan atau menanamkan dana atau modal pada saat ini dengan tujuan untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang. pengkaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Investasi dilakukan untuk jangka waktu yang lama atau jangka waktu yang sebentar yang nantinya di harapakan mampu menghasilkan keuntungan yang nantinya bisa dijadikan sebagai patokan dalam membandingkan atas keberhasilan investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan karena pada umumnya perusahaan melakukan investasi dalam jumlah yang besar pada berbagai aktiva tetap. 59 Tabel 4.5 Investasi tahun 2010-2013 No NamaKode Perusahaan Investasi X 4 2010 2011 2012 2013 1 ABMM 30.566.969 272.047.490 210.677.703 70.152.754 2 BHIT 917.288 147.985 3.212.789 5.782.818 3 BMTR 1.288.200 294.648 543.542 556.845 4 BNBR 9.924.541.881 2.932.591.662 2.323.647.047 114.328.087 5 BRMS 347.798.882 359.285.711 392.121.309 112.716.624 6 MLPL 234.301 1.012.911 569.584 39.331.488 7 MYRX 88.342.835.365 57.820.153.814 4.110.589.122 101.590.000 8 PLAS 9.062.934.437 19.119.159.515 8.315.865.061 8.710.854.753 9 POOL 19.148.525.901 9.603.538.897 4.268.085.221 6.189.522.559 10 SRTG 254.873 946.310 2.294.710 220.747 Sumber : Data diolah penulis, 2015 Sepuluh perusahaan PT ABM Investama Tbk, PT Bhakti Investama Tbk, PT Global Mediacom Tbk, PT Bakrie and Brothers Tbk, PT Bumi Resources Minerals Tbk, PT Multipolar Tbk, PT Hanson International Tbk, PT Polaris Investama Tbk dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk dengan investasi X 4 yang terendah PT Saratoga Investama Sedaya Tbk selama periode 2010-2013. Hal ini Investasi yang dilakukan oleh suatu perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan laba pada suatu tahun tertentu karena pada dasarnya investasi merupakan keputusan jangka panjang. Investasi pada aktiva tetap yang besar sangat mempengaruhi kinerja perusahaan dimana perusahaan akan lebih efektif dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Besarnya aktiva tetap yang telah dilakukan oleh suatu perusahaan nantinya akan dilakukan perbandingan antara laba bersih dengan investasi yang digunakan dalam memperoleh laba. Hal ini dimaksudkan sebagai tolak ukur dalam keberhasilan sebuah perusahaan terhadap investasi yang dilakukannya, apakah telah memenuhi tingkat dalam kembalian investasi atau malah tidak pada sasaran yang ditetapkan. 60

1.2.5 Hutang

Hutang merupakan semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak- pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal suatu perusahaan. Hutang terdiri atas hutang lancar hutang jangka pendek dan hutang tidak lancar hutang jangka panjang. Tabel 4.6 Hutang tahun 2010-2013 No NamaKode Perusahaan Hutang X 5 2010 2011 2012 2013 1 ABMM 418.621.981 773.820.291 917.337.707 872.242.129 2 BHIT 1.817.455 2.973.161 4.040.978 14.928.302 3 BMTR 4.245.225 4.745.205 5.699.770 5.730.682 4 BNBR 18.120.771.132 13.046.034.152 10.198.245.026 10.319.077.929 5 BRMS 5.766.274.484 6.340.844.034 6.962.177.504 7.306.867.650 6 MLPL 7.565.895 6.165.968 6.282.466 802.903.059 7 MYRX 245.009.381.885 695.063.639.515 822.332.636.001 4.895.968 8 PLAS 125.122.799.412 77.339.847.644 97.351.460.079 115.977.126.373 9 POOL 17.686.991.503 19.678.800.305 30.069.138.535 22.119.135.447 10 SRTG 3.611.246 3.423.241 3.181.120 5.542.176 Sumber : Data diolah penulis, 2015 Sepuluh perusahaan PT ABM Investama Tbk, PT Bhakti Investama Tbk, PT Global Mediacom Tbk, PT Bakrie and Brothers Tbk, PT Bumi Resources Minerals Tbk, PT Multipolar Tbk, PT Hanson International Tbk, PT Polaris Investama Tbk dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk dengan hutang X 5 yang terendah PT Saratoga Investama Sedaya Tbk selama periode 2010-2013. Hal ini manajer perusahaan lebih mengutamakan kepentingan pribadi. Pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer karena akan menambah biaya bagi perusahaan dan mengurangi keuntungan yang diterima. Semakin tinggi level hutang perusahaan, maka kemungkinan resiko keuangan dan kegagalan perusahaan juga akan semakin tinggi. Oleh karena itu, semakin rendah tingkat 61 level hutang perusahaan akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Peningkatan level hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima. Tingkat level hutang yang rendah diharapkan dapat mengurangi resiko keuangan dan tingkat kebangkrutan perusahaan.

1.2.6 Arus kas bersih operasional

Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih. Tabel 4.7 Arus kas bersih operasional tahun 2010-2013 No NamaKode Perusahaan Arus kas bersih operasional X 6 2010 2011 2012 2013 1 ABMM 5.898.187 6.049.894 133.333.600 89.120.803 2 BHIT 263.816 851.614 797.798 1.524.985 3 BMTR 453.229 1.091.996 493.970 647.046 4 BNBR 1.403.702.342 620.879.410 2.121.349.508 61.495.779 5 BRMS 116.777.880 195.264.733 240.028.519 29.290.917 6 MLPL 45.037 200.012 74.530 45.819.020 7 MYRX 14.243.581.721 94.955.877.230 7.377.354.021 1.009.608 8 PLAS 10.241.563.101 5.955.741.258 8.923.145.078 9.364.532.174 9 POOL 4.257.795.135 4.257.795.135 5.343.660.871 5.858.685.672 10 SRTG 1.061.234 2.086.236 464.308 448.214 Sumber : Data diolah penulis, 2015 62 Sepuluh perusahaan PT ABM Investama Tbk, PT Bhakti Investama Tbk, PT Global Mediacom Tbk, PT Bakrie and Brothers Tbk, PT Bumi Resources Minerals Tbk, PT Multipolar Tbk, PT Hanson International Tbk, PT Polaris Investama Tbk dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk dengan arus kas bersih operasional X 6 yang terendah PT Saratoga Investama Sedaya Tbk selama periode 2010-2013. Hal ini perusahaan menghasilkan dan menggunakan kas dan setara kas. Hal tersebut bersifat umum dan tidak tergantung pada aktivitas perusahaan serta apakah kas dapat dipandang sebagai produk perusahaan. Pada dasarnya perusahaan memerlukan kas dengan alasan yang sama meskipun terdapat perbedaan dalam aktivitas penghasil pendapatan utama revenue-producing activities. Perusahaan membutuhkan kas untuk melaksanakan usaha, untuk melunasi kewajiban, dan untuk membagikan dividen kepada para investor.

1.3 Nilai Pasar perusahaan Pada Perusahaan Investasi Yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Nilai dari suatu pasar perusahaan bergantung tidak hanya pada kemampuan menghasilkan arus kas, tetapi bergantung juga pada karakterisitik operasional dan keuangan dari perusahaan yang diambil alih. Karena penilaian terhadap perusahaan, tidak hanya mengacu pada nilai nominal. Upaya yang dapat dilakukan perusahaan dalam memaksimalkan nilai perusahaan salah satunya melalui pengelolaan aspek keuangan manajemen keuangan dimana pimpinan perusahaan dituntut untuk melakukan pengelolaan aset yang dimiliki perusahaan sehingga dapat menghasilkan laba. 63 Tabel 4.8 Nilai pasar perusahaan tahun 2010-2013 No Nama Perusahaan Kode Nilai pasar perusahaan Y 2010 2011 2012 2013 1 PT ABM Investama Tbk ABMM 649.3 260.4 101 299 2 PT Bhakti Investama Tbk BHIT 11.33 11.76 4.66 77.51 3 PT Global Mediacom Tbk BMTR 238.0 172.4 500 454.5 4 PT Bakrie and Brothers Tbk BNBR 4.89 23.65 175 570 5 PT Bumi Resources Minerals Tbk BRMS 97.84 46.94 15.23 16.66 6 PT Multipolar Tbk MLPL 132.6 6250 6250 3333 7 PT Hanson International Tbk MYRX 3333 5000 1250 15.13 8 PT Polaris Investama Tbk PLAS 3571 3333 117.5 265.9 9 PT Pool Advista Indonesia Tbk POOL 431.0 431.0 781.2 10.72 10 PT Saratoga Investama Sedaya Tbk SRTG 462.9 359.7 23.80 526.3 Sumber : Data diolah penulis, 2015 Berdasarkan hasil perhitungan diatas bahwa Nilai pasar pada perusahaan mengalami peningkatan selama periode 2010-2013. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan akan membawa harga saham ke tingkat yang lebih tinggi dari semula. Hal ini disebabkan oleh karena saham tersebut memberikan return yang optimal. Sebaliknya jika ternyata membuat persepsi yang negatif bagi investor, maka harga saham akan bergerak kearah yang lebih rendah dari sebelumnya.

1.4 Hasil Penelitian

Dokumen yang terkait

PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 4 52

Analisis Pengaruh Kebijakan Hutang, Kebijakan Dividen, Profitabilitas, Kinerja Perusahaan Dan Keputusan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia(BEI) Tahun 2009-2011.

0 5 13

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang TerdaftarDi Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014.

0 8 15

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang TerdaftarDi Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014.

0 2 16

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

2 6 18

PENGARUH PROFITABILITAS, KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

4 8 115

PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai Pasar Perusahaan 2.1.1 Pengertian Nilai Pasar Perusahaan - Pengaruh Kebijakan Dividen Perusahaan Terhadap Nilai Pasar Perusahaan Pada Perusahaan Investasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

0 0 25

SKRIPSI PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PASAR PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN INVESTASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 0 9

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 25