Tujuan Dan Manfaat Penelitian

diidentifikasi sebagai sumber konflik di kota Ambon diketahui bukan merupakan faktor pendorong terjadinya konflik di pedesaan Saparua. Pemicu konflik di pedesaan Saparua digerakkan oleh simpul-simpul penyebaran informasi yang berisi akibat buruk yang diterima oleh korban konflik asal Saparua yang menetap di pulau Ambon dan sekitarnya. Penyebaran informasi membentuk jejaring yang mampu menimbulkan dan menyebarkan konflik ke pedesaan Saparua. Penyebaran informasi ditunjang pula dengan keberadaan dakwah elit agama, yang mengarah pada kebenaran satu agama terhadap agama yang lain. Pembentukan jejaring diawali dengan arus balik masyarakat Saparua sebagai pengungsi, akibat konflik yang terjadi di Ambon dan sekitarnya. Pengungsi asal Saparua kemudian menjadi sumber informasi bagi kerabat dan tetangganya, terutama menceritakan kembali proses terjadinya konflik serta akibat-akibat yang diterima sampai kemudian harus melakukan pengungsian. Informasi yang berawal dari pengungsi, kemudian tersebar ke negeri-negeri lain melalui kerabat dan tetangga. Penyebaran informasi selanjutnya membentuk kesamaan persepsi bahwa komunitas lain yang berbeda agama sebagai penyebab penderitaan sehingga harus mengungsi. Penyebaran informasi pada masing-masing komunitas berbeda agama, selanjutnya membentuk dua komunitas yaitu Salam dan Sarani. Penyebaran informasi yang tidak terkontrol karena berawal dari individu yang mengungsi kemudian tersebar menjadi persepsi komunitas menjadi bias, ketika komunitas lain yang berbeda agama dituduh sebagai penyebab penderitaan. Perbedaan agama sebagai salah satu sumber konflik di Ambon kemudian menyebar melalui ikatan se-agama sampai ke Saparua. Biasnya informasi ditunjang penyebaran isu dan selebaran yang tidak jelas kebenarannya, semakin memperkeruh hubungan antara komunitas berbeda agama di pedesaan Saparua. Keberadaan Latupati sebagai pengikat kekerabatan lintas agama di Saparua tidak mampu menahan penyebaran informasi, sehingga ikatan adat Pela dan Gandong seperti tidak memiliki kekuatan saat perbedaan agama dipersepsikan oleh komunitas Salam dan Sarani sebagai pemicu penderitaan anggota komunitasnya masing-masing. Selain bahwa tidak ada upaya pemerintah untuk menghindari terjadinya penyebaran konflik, bahkan cenderung terjadi pembiaran oleh pihak keamanan yang bertugas di Saparua. Terjadinya konflik terbuka antara komunitas Salam dan Sarani didorong penyebaran informasi yang mempersepsikan komunitas berbeda agama sebagai penyebab penderitaan.