Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Kebijakan Fiskal

36 Ekonomi SMA dan MA Kelas XI d. Anggaran Surplus Anggaran surplus adalah anggaran dengan penerimaan negara lebih besar daripada pengeluaran. Kebijakan ini dijalankan bila keadaan ekonomi sedang dilanda inflasi kenaikan harga secara terus-menerus, sehingga anggaran harus menyesuaikan kenaikan harga barang atau jasa. Untuk mengatasi defisit anggaran antara lain dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. a. Kemungkinan Penciptaan Uang Baru Untuk membiayai pengeluaran, pemerintah dapat menciptakan uang baru, dengan cara mengeluarkan uang kertas baru melalui pinjaman dari Bank Sentral berupa kredit kepada pemerintah, atau sering dikatakan Anggaran Defisit Spending. Risiko yang timbul adalah terjadinya inflasi, yaitu meningkatkan harga barang secara umum, karena bertambahnya jumlah uang yang beredar. b. Kemungkinan untuk Pinjaman Untuk membiayai pengeluaran, pemerintah dapat memperoleh dana melalui pinjaman dengan cara pengeluaran obligasi dan surat-surat berharga. Mulai tahun 2000, format dan struktur dalam APBN menggunakan anggaran defisit, artinya jumlah pengeluaran lebih besar daripada penerimaannya dan dibiayai dengan sumber-sumber pembiayaan dari dalam dan luar negeri. Dan diusahakan untuk menghemat pengeluaran rutin, serta pengeluarannya ditujukan untuk pembangunan di bidang kegiatan yang produktif sehingga dapat meningkatkan pendapatan nasional. Untuk mencapai kebijakan tersebut, maka penyusunan APBN harus berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut. a. Anggaran berimbang yang dinamis, maksudnya penerimaan diusahakan meningkat melalui tabungan pemerintah. b. Penentuan skala prioritas yang tepat, artinya pengeluaran harus disesuaikan dengan kepentingannya. c. Dana-dana pembangunan dalam negeri yang makin besar, artinya penerimaan dalam negeri selalu ditingkatkan, sedangkan penerimaan pembangunan yang berasal dari utang luar negeri selalu diperkecil. d. Bekerja atas dasar program terpadu, artinya pelaksanaan program yang dapat menjamin terpeliharanya stabilitas kehidupan ekonomi yang mampu mendorong pembangunan secara mantap. Tugas Mandiri 1. Identifikasikan tujuan dari kebijakan fiskal 2. Identifikasikan macam-macam kebijakan fiskal Negara 2005 Persentase Jepang 3,81 7,97 AS 3,55 7,42 Prancis 2,51 5,25 Inggris 1,79 3,74 Austria 15,87 3,32 Belanda 15,99 3,35 Australia 0,87 1,81 Spanyol 0,61 1,28 Kanada 0,51 1,06 Lain-lain 5,4 11,3 Total 47,8 100 Sumber : Departemen Keuangan. dalam miliar dollar AS Tabel 2.3 Posisi utang luar negeri Indonesia terhadap negara lain per 31 Desember 2005 Kebijakan Fiskal 37

E. Pajak

Negara Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang. Oleh karena itu, pajak ditempatkan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan dalam rangka kegotongroyongan yang turut berperan serta dalam pembiayaan dan pembangunan negara. Sesuai dengan ketentuan UUD 1945 Pasal 23 Ayat 2, ketentuan-ketentuan perpajakan yang merupakan landasan pemungutan pajak harus ditetapkan dengan undang-undang. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka undang-undang tentang perpajakan di Indonesia yang sekarang berlaku adalah sebagai berikut. 1. Undang-Undang Nomor 16 tahun 2000, tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. 2. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000, tentang Pajak Penghasilan. 3. Undang-Undang Nomor18 tahun 2000, tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 4. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994, tentang Pajak Bumi dan Bangunan. 5. Peraturan pemerintah RI Nomor 24 tahun 2000 tentang Bea Meterai. Untuk lebih jelasnya mengenai segala hal yang menyangkut pajak, simak pembahasan berikut ini.

1. Pengertian Pajak dan Pungutan Resmi Lainnya

Pajak Tax adalah iuran wajib dari rakyat kepada negara dengan tidak menerima imbalan jasa secara langsung berdasarkan undang-undang, untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum. Oleh karena pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara sehingga pemungutannya dapat dipaksakan, baik secara perseorangan maupun dalam bentuk badan usaha. Adapun yang dimaksud dengan tidak menerima imbalan jasa secara langsung adalah imbalan khusus yang erat hubungannya dengan pembayaran iuran tersebut. Imbalan jasa dari negara antara lain menggunakan jalan-jalan, perlindungan dari pihak keamanan, pembangunan jembatan yang tidak ada hubungannya langsung dengan pembayaran itu. Dari pengertian di atas, ciri-ciri yang melekat pada definisi pajak antara lain sebagai berikut. a. Pajak merupakan setoran sebagian kekayaan individu atau badan usaha untuk kas negara sesuai dengan ketentuan UU. b. Sifat pemungutannya dapat dipaksakan, terus-menerus dan tidak mendapat prestasi imbalan kembali secara langsung. c. Penerimaan pajak oleh negara dipakai untuk pengeluaran negara dalam melayani kepentingan masyarakat. Wawasan Ekonomi Sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia mencerminkan jaminan hukum, aspek keadilan, dan pemerataan.