1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam usaha memajukan suatu bangsa. Mutu pendidikan di Indonesia yang masih tergolong rendah,
mendorong pemerintah untuk meningkatkan pendidikan di bangsa ini. Hal yang perlu diperhatikan dalam memajukan mutu pendidikan di Indonesia tentunya
dengan meningkatkan sumber daya manusia yang kreatif, mampu memecahkan persoalan-persoalan yang aktual dalam kehidupan dan mampu menghasilkan
teknologi baru yang merupakan perbaikan dari sebelumnya. Menurut Wirtha dan Rapi 2008: 15-29, fisika sebagai salah satu unsur dalam IPA mempunyai
peranan yang sangat penting dan strategis dalam pengembangan teknologi masa depan. Oleh karena itu dalam memacu ilmu pengetahuan dan teknologi proses
pembelajaran fisika perlu mendapat perhatian yang lebih baik mulai dari tingkat SD sampai perguruan tinggi.
Fisika dalam pembelajaran di sekolah masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dikuasai. Banyak siswa yang mengalami kesulitan
dalam memahami konsep yang ada dalam mata pelajaran fisika. Berdasarkan observasi awal di SMP N 5 Magelang, ditemukan bahwa dalam pelaksanaan
pembelajaran fisika guru masih banyak menggunakan metode ceramah. Selain itu, guru lebih mengedepankan penguasaan materi secara kognitif yang dapat dinilai
melalui tes-tes obyektif tanpa memperhatikan aktivitas psikomotorik dan afektif siswa. Padahal dalam pembelajaran fisika, hendaknya guru tidak hanya
mementingkan hasil belajar kognitif saja melainkan harus memperhatikan aktivitas dan peranan siswa dalam pembelajaran fisika tersebut. Menurut
Suardana 2007:123, penguasaan materi secara kognitif ini menimbulkan pandangan negatif terhadap pembelajaran fisika. Siswa menganggap fisika adalah
pelajaran yang identik dengan rumus-rumus dan perhitungan-perhitungan yang tidak ada implementasinya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pelajaran fisika
menjadi pelajaran yang tidak menarik, dan tidak menyenangkan, bahkan dibenci. Pembelajaran fisika menggunakan metode ceramah kurang memacu
aktivitas dan peran siswa dalam pembelajaran. Siswa hanya bersifat sebagai penerima informasi maupun konsep tanpa dilibatkan secara langsung dalam
penemuan informasi maupun konsep tersebut. Aktivitas siswa dalam pembelajaran fisika yang masih rendah, menyebabkan hasil belajar fisika siswa
tersebut juga kurang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata- rata ulangan harian siswa kelas VIII tahun ajaran 20092010 pada materi cahaya
sebesar 65 dengan KKM 70. Aktivitas siswa dalam pembelajaran fisika perlu ditingkatkan agar hasil
belajar siswa tersebut juga dapat meningkat. Berdasarkan penelitian Hidayah 2006: 65, dengan baiknya minat belajar dan aktivitas belajar siswa tentunya
dapat berdampak positif terhadap hasil belajar yang diraihnya. Secara nyata pengaruh dari minat belajar dan aktivitas belajar terhadap hasil belajar siswa
tersebut dibuktikan dari hasil uji pengaruh dengan analisis regresi. Dari uraian
tersebut, untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dapat dilakukan dengan meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Guru dapat menggunakan
model pembelajaran yang efektif sehingga membantu siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Dimana dalam prakteknya penggunaan model pembelajaran yang
tepat harus memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas atau media yang tersedia dan kondisi guru itu sendiri.
Berbagai macam model pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar, diantaranya yaitu
model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dapat membangun kerjasama, saling mengenal di antara siswa dan mendorong siswa berpartisipasi
secara aktif dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif mempunyai berbagai tipe yang dapat
digunakan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pembelajaran yang akan dilaksanakan. GI Group Investigation merupakan salah satu tipe dari model
pembelajaran kooperatif yang cukup efektif digunakan. Menurut Sutama 2007:2, pembelajaran GI Group Investigation merupakan pembelajaran berbasis
kelompok dimana siswa diberikan peluang untuk dapat berdiskusi, berfikir kritis, dan dapat bertanggung jawab dalam pembelajaran tersebut. Meskipun model
pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, bukan berarti guru tidak berperan aktif, melainkan guru berperan sebagai perancang,
fasilitator dan pembimbing proses pembelajaran. Setiap kelompok berkerja menyelesaikan tugas masing-masing sesuai dengan topik atau permasalahan yang
telah diberikan oleh guru yang merupakan kegiatan sistematik keilmuan yang
meliputi mengumpulkan data, analisis data, hingga menarik kesimpulan sebagai hasil dari penyelesaian masalah. Kegiatan berikutnya yaitu presentasi kelompok,
dimana kelompok lain dapat memberikan sanggahan maupun saran sebagai masukan terhadap kelompok yang sedang melaksanakan presentasi.
Penguasaan konsep dalam pembelajaran fisika, diharapkan seorang murid menggunakan kemampuan berfikirnya dalam usaha menemukan konsep fisika
tersebut dengan bantuan dan pengarahan dari guru. Menurut Nasrudin dan Utiya 2010: 764, sains adalah suatu pengetahuan yang dikembangkan dari pengamatan
dan eksperimentasi. Oleh karena itu, konsep ilmu pengetahuan lebih tepat jika diajarkan dengan metode observasi dan percobaandemonstrasi, sehingga siswa
dapat mengikuti bagaimana ilmuwan bekerja, melakukan percobaan untuk memperoleh kesimpulan yang kemudian digunakan untuk merumuskan teori-teori
ilmiah yang berlaku untuk jangka waktu yang lama. Melalui kegiatan eksperimen sederhana siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dalam pembelajaran.
Tetapi dalam kegiatan eksperimen sederhana ini kemampuan berfikir siswa belum dapat dikembangkan secara maksimal, karena siswa hanya berusaha membuktikan
konsep yang terlebih dulu telah diberikan oleh guru. Oleh karena itu, perlu adanya kegiatan eksperimen yang dapat memacu aktivitas siwa maupun mengembangkan
kemampuan berfikir siswa secara maksimal. Kegiatan eksperimen inkuiri terbimbing merupakan salah satu solusi untuk
dapat mengaktifkan
siswa, mendapatkan
pengalaman langsung
dan mengembangkan kemampuan berfikirnya dengan menganalisis hasil dari kegiatan
laboratorium yang merupakan hasil penyelesaian masalah yang diajukan oleh
guru. Menurut Suardana 2007: 125 dalam proses inkuiri terbimbing siswa secara aktif akan terlibat dalam proses mentalnya melalui kegiatan pengamatan,
pengukuran, dan pengumpulan data untuk menarik suatu kesimpulan. Dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing guru adalah fasilitator pembelajaran dan
manajer lingkungan belajar. Hal itu akan membuat belajar fisika menjadi menyenangkan dan lebih berkesan, karena siswa terlibat langsung dalam proses
pembelajaran. Diharapkan dengan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan tersebut maka kualitas hasil belajar siswa akan semakin baik
karena motivasi belajar siswa yang tinggi saat kegiatan belajar berlangsung. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI Group
Investigation berbasis eksperimen inkuiri terbimbing, diharapkan selain siswa dapat aktif bekerjasama dalam kelompoknya, siswa juga mampu berperan
langsung dalam usaha pemahaman konsep sehingga kemampuan berfikirnya dapat berkembang. Dengan berkembangnya kemampuan berfikir dan aktivitas siswa
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa tersebut. Sesuai latar belakang yang dikemukakan, peneliti mengambil judul,
“Penerapan Model Kooperatif Tipe GI Group Investigation Berbasis Eksperimen Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Siswa SMP Kelas VIII pada Materi Cahaya.”
1.2 Rumusan Masalah