Hasil uji gain menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kedua kelas mengalami peningkatan. Peningkatan pada kelas kontrol sebesar 0,52 dan
peningkatan pada kelas eksperimen sebesar 0,62. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 34.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Aktivitas Psikomotorik Siswa
Aktivitas psikomotorik yang diamati dalam penelitian ini meliputi: 1 merangkai alat percobaan, 2 melakukan percobaan, 3 mengamati, 4
mengkomunikasikan hasil, dan 5 menarik kesimpulan. Merangkai alat
20 40
60 80
pretest postest
gain
0.45 0.5
0.55 0.6
0.65
k.eksperimen k.kontrol
Gambar 4.3 Diagram Peningkatan Rata-Rata Hasil belajar
Gambar 4.4 Diagram Peningkatan Hasil Belajar antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
percobaan meliputi kemampuan merangkai alat dengan benar sesuai dengan prosedur pada LKS. Melakukan percobaan meliputi kemampuan melakukan
langkah-langkah percobaan dengan benar. Kemampuan mengamati berkaitan dengan pengamatan dalam proses percobaan dan keterampilan dalam
pengambilan data
serta menganalisis
data tersebut.
Kemampuan mengkomunikasikan hasil percobaan meliputi kemampuan mempresentasikan
hasil percobaan tersebut, berargumen, bertanya maupun menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Kemampuan menarik kesimpulan dari hasil analisis data yang
diperoleh dari percobaan. Berdasarkan hasil analisis data, rata-rata aktivitas psikomotorik siswa baik
kelas eksperimen maupun kelas kontrol mengalami peningkatan untuk tiap pertemuannya. Tetapi rata-rata aktivitas psikomotorik siswa kelas eksperimen
lebih baik dibandingkan dengan rata-rata aktivitas psikomotorik dari kelompok kontrol, baik hasil penilaian oleh observer 1 maupun observer 2. Hal tersebut
dapat dilihat dari Tabel 4.4, sedangkan hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 19 dan Lampiran 20.
Secara umum rata-rata aktivitas psikomotorik siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata aktivitas psikomotorik dari kelompok
kontrol. Rata-rata aktivitas psikomotorik siswa kelas eksperimen mencapai 71,81 sedangkan rata-rata aktivitas psikomotorik dari kelompok kontrol hanya
mencapai 62,11. Hal itu ditunjukkan pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.1. Perbedaan
rata-rata kedua kelas tersebut sebesar 9,7. Perbedaan aktivitas psikomotorik siswa tersebut dikarenakan kedua kelas mendapatkan perlakuan yang berbeda,
yaitu pembelajaran dengan model Group Investigation berbasis eksperimen inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen dan metode eksperimen sederhana pada
kelas kontrol. Perbedaan rata-rata aktivitas psikomotorik siswa kedua kelas dipengaruhi
oleh perbedaan masing-masing aspek yang diamati, yaitu kemampuan merangkai alat percobaan sebesar 5,63, kemampuan melakukan percobaan sebesar 7,84,
kemampuan mengamati sebesar 14,95, kemampuan mengkomunikasikan hasil percobaan sebesar 11,76, kemampuan menarik kesimpulan sebesar 8,33. Dari
hasil tersebut, perbedaan rata-rata aktivitas psikomotorik siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol berkisar 5-14. Namun, terdapat satu indikator
dengan perbedaan yang signifikan, yaitu kemampuan mengamati. Mengamati adalah suatu kemampuan yang melibatkan kemampuan mengumpulkan informasi,
fakta, maupun data dalam proses percobaan dan keterampilan menganalisis data tersebut.
Dalam pembelajaran menggunakan model Group Investigation berbasis eksperimen inkuiri terbimbing, siswa aktif bekerjasama dalam kelompoknya
untuk melakukan investigasi berupa kegiatan eksperimen dalam usaha menemukan konsep pemantulan cahaya. Siswa mengadakan investigasi dalam
kelompok dengan sub topik yang berbeda. Masing-masing kelompok mempunyai tugas untuk berdiskusi dan menyelesaikan permasalahan yang dibahas yang
kemudian hasil dari penyelesaian masalah tersebut akan dipresentasikan di depan kelas. Penggunaan model pembelajaran Group Investigation ini terbukti lebih
meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian Nasrudin dan
Utiya 2010:8, bahwa penerapan model Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar sains. Proses belajar mengajar berpusat pada siswa ,
seperti yang ditunjukkan oleh peningkatan interaksi siswa dan interaksi guru dengan siswa sebesar 12,8, tanggapan guru 17,3, diskusi antar siswa 9,1,
diskusi guru dengan siswa 10,9, melakukan investigasi 13,5, dan presentasi produk akhir 12,6.
Melalui kegiatan eksperimen inkuiri terbimbing siswa dituntut aktif dalam menemukan konsep pemantulan cahaya. Siswa juga diberikan keleluasaan untuk
mengembangkan kemampuan berfikirnya. Hal ini berbeda dengan kelompok kontrol yang diberi pembelajaran dengan metode eksperimen sederhana. Dengan
metode ini siswa terlebih dahulu diberikan materi, kemudian melalui kegiatan eksperimen siswa hanya bertugas membuktikan materi yang telah disampaikan
oleh guru. Hal ini dapat membatasi aktivitas dan kemampuan berfikir siswa. Selain itu LKS yang digunakan dalam pembelajaran dengan metode eksperimen
sederhana lebih menyerupai buku resep, dimana siswa diberikan petunjuk langkah kegiatan secara merinci yang dapat membatasi kemampuan intelektual siswa.
4.3.2 Aktivitas Afektif Siswa