Aktivitas Afektif Siswa Pembahasan

Utiya 2010:8, bahwa penerapan model Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar sains. Proses belajar mengajar berpusat pada siswa , seperti yang ditunjukkan oleh peningkatan interaksi siswa dan interaksi guru dengan siswa sebesar 12,8, tanggapan guru 17,3, diskusi antar siswa 9,1, diskusi guru dengan siswa 10,9, melakukan investigasi 13,5, dan presentasi produk akhir 12,6. Melalui kegiatan eksperimen inkuiri terbimbing siswa dituntut aktif dalam menemukan konsep pemantulan cahaya. Siswa juga diberikan keleluasaan untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya. Hal ini berbeda dengan kelompok kontrol yang diberi pembelajaran dengan metode eksperimen sederhana. Dengan metode ini siswa terlebih dahulu diberikan materi, kemudian melalui kegiatan eksperimen siswa hanya bertugas membuktikan materi yang telah disampaikan oleh guru. Hal ini dapat membatasi aktivitas dan kemampuan berfikir siswa. Selain itu LKS yang digunakan dalam pembelajaran dengan metode eksperimen sederhana lebih menyerupai buku resep, dimana siswa diberikan petunjuk langkah kegiatan secara merinci yang dapat membatasi kemampuan intelektual siswa.

4.3.2 Aktivitas Afektif Siswa

Penilaian aktivitas afektif siswa juga menggunakan instrumen lembar observasi. Aktivitas afektif yang dinilai meliputi: 1 kehadiran, 2 kerjasama yaitu kemampuan kerjasama dengan kelompoknya, 3 kejujuran yaitu kejujuran dalam mengerjakan evaluasi tiap pertemuan, 4 tanggung jawab yaitu ketepatan dalam mengumpulkan LKS dan laporan kelompok. Berdasarkan hasil analisis data, rata-rata aktivitas afektif siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata aktivitas afektif siswa kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.5 dimana rata-rata aktivitas afektif kelas eksperimen mencapai 72,30, sedangkan kelas kontrol hanya mencapai 64,70. Perbedaan rata-rata kedua kelas tersebut sebesar 7,6. Perbedaan aktivitas afektif siswa tersebut dikarenakan kedua kelas mendapatkan perlakuan yang berbeda, yaitu pembelajaran dengan model Group Investigation berbasis eksperimen inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen dan metode eksperimen sederhana pada kelas kontrol. Perbedaan rata-rata aktivitas afektif siswa kedua kelas dipengaruhi oleh perbedaan masing-masing aspek yang diamati, yaitu kehadiran sebesar 1,47, kerjasama dalam kelompok sebesar 14,21, kejujuran 6,62, tanggung jawab sebesar 8,09. Dari hasil tersebut, perbedaan rata-rata aktivitas psikomotorik siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol berkisar 1-14. Untuk indikator kerjasama ternyata mempunyai perbedaan yang cukup signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Dalam kelas eksperimen yang dikenai model Group Investigation berbasis eksperimen inkuiri terbimbing, setiap kelompok dituntut aktif bekerjasama menyelesaikan kegiatan investigasinya yang pada akhir pembelajaran akan dipresentasikan. Hal ini memotivasi siswa agar bekerjasama secara maksimal, agar pada tahap presentasi dapat dilakukan dengan baik. Pada tahap presentasi, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil investigasinya dan kelompok yang lain menanggapi. Secara tidak langsung siswa diajarkan untuk berfikir ilmiah dan mengembangkan sikap ilmiahnya dengan suasana yang kondusif. Hal ini sesuai dengan penelitian Zingaro 2008:7, bahwa penggunaan model Group Investigation dapat meningkatkan prestasi dan motivasi siswa. Pada kelas kontrol yang diberi pembelajaran dengan metode eksperimen sederhana, siswa melakukan eksperimen dengan pengarahan guru. Jadi guru memberi contoh tahap-tahap eksperimen di depan kelas dan siswa ikut melakukan eksperimen tersebut. Hal ini membuat kerjasama antar siswa kurang maksimal. Selain itu siswa tidak dapat belajar melalui kesalahan yang dilakukan karena siswa hanya mengikuti tahap eksperimen yang telah ditetapkan. Menurut Wenning 2004:6, penerapan eksperimen sederhana jarang memungkinkan siswa untuk menghadapi dan menangani kesalahan, dan ketidakpastian dalam percobaan sehingga kemampuan intelektual siswa tidak berkembang.

4.3.3 Hasil Belajar Kognitif Siswa

Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA KELAS VIII SMP 1 MEJOBO KUDUS PADA MATA PELAJARAN IPA

0 25 206

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING MELALUI EKSPERIMEN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR SISWA SMP KELAS VIII

0 9 177

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SISWA KELAS VIII SMP AL-ITTIHADIYAH MEDAN.

0 2 19

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 29 MEDAN.

0 3 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STATISTIKA KELAS IX SMP NEGERI 27 MEDAN.

0 3 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI GAYA.

0 1 44

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA.

0 2 42

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBASIS LABORATORIUM MINI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KEMAMPUAN KOGNITIF DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP PADA MATERI POKOK CAHAYA.

1 3 50

PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN CAHAYA DENGAN PERCOBAAN BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 0 2