Siswa  menyatukan  pendapatnya  terhadap  jawaban  pertanyaan  itu  dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
d. Fase 4 : Menjawab
Guru  memanggil  siswa  dengan  nomor  tertentu,  kemudian  siswa  yang nomornya  sesuai  mengangkat  tangannya  dan  mencoba  menjawab
pertanyaan untuk seluruh kelas. Tugas  guru  didalam  kelas  kontekstual  adalah  membantu  siswa
mencapai  tujuannya.  Maksudnya,  guru  lebih  banyak  berurusan  dengan strategi  daripada  memberi  informasi.  Tugas  guru  yaitu  mengelola  kelas
sebagai kelas sebagai tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang  baru  bagi  anggota  kelas  siswa,  sesuatu  yang  baru  baca:
pengetahuan dan  keterampilan datang dari  “menemukan  sendiri”, bukan
dari “apa kata guru”. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual Trianto, 2007: 63.
B. Kajian Empiris
Rendahnya  pembelajaran  bahasa  Jawa  disebabkan  rendahnya kemampuan  guru  dalam  mengembangkan  metode  dan  media  pembelajaran.
Disini  guru  cenderung  menerapkan  metode  dan  media  yang  membosankan, sehingga  tidak  muncul  kegiatan  belajar-mengajar  yang    komunikatif.  Selain
itu,  biasanya  guru  juga  menghindari  materi  yang  tidak  dikuasai,  seperti tembang macapat, membaca dan menulis aksara Jawa, dan sebagainya. Maka
untuk  dapat  mengembangkan  situasi  pembelajaran  yang  komunikatif,  guru harus kreatif dan selalu memunculkan inovasi pembelajaran yang menarik.
Penelitian yang dilakukan oleh Arif Tri Atmoko 2006 pada siswa kelas  IV  SDN  Brangkal  01  Kabupaten  Sragen  dengan  judul  Peningkatan
Minat Membaca Huruf Jawa Melalui Model Kooperatif Tipe NHT pada siswa kelas  IV  SDN  Brangkal  01  Kabupaten  Sragen.  Tujuan  penelitian  ini  untuk
meningkatkan kemampuan membaca aksara Jawa pada mata pelajaran bahasa Jawa  siswa  kelas  IV SD Negeri Brangkal 1, pada  siswa  kelas  IV SD Negeri
Brangkal  1  Kabupaten  Sragen.  Berdasarkan  hasil  penelitian  diperoleh  nilai rata-rata  hasil  evaluasi  membaca  aksara  Jawa  sebelum  tindakan  yaitu  60,17
dan  ketuntasan  klasikal  54,17.  Pada  siklus  I  nilai  rata-rata  hasil  evaluasi yaitu 62,17 dan ketuntasan klasikal 62,5. Pada siklus II nilai rata-rata hasil
evaluasi  yaitu  63,17dan  ketuntasan    klasikal  70,83.  Pada  siklus  III  nilai rata-rata dari hasil  evaluasi  yaitu 69,17 dan ketuntasan  klasikal 83,33. Jadi
pada  siklus  I  mendapatkan  rata-rata  skor  2,71.  Pada  siklus  II  mendapatkan rata-rata skor 3,35.Sedangkan pada siklus III mendapatkan rata-rata skor 4,07.
Dengan  demikian,  dapat  diajukan  rekomendasi  bahwa  pembelajaran membaca  Jawa  menggunakan  model  pembelajaran  kooperatif  NHT  dapat
meningkatkan  Minat  Membaca  huruf  Jawa  pada  siswa  kelas  IV  SD  Negeri Brangkal 1, Kabupaten Sragen.
Penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni Maryam 2008 dalam judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT untuk Meningkatkan
Keterampilan  Membaca  dan  Prestasi  Belajar  Siswa  Dalam  Proses
Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas V SDN Godean Sleman Yogyakarta”. Hasil
Penelitian  menunjukkan  bahwa:  melalui  model  pembelajaran  kooperatif  tipe NHT  yang  dilaksanakan  melalui  empat  tahap  mampu  meningkatkan
keterampilan  dan  prestasi  belajar  siswa.  Hal  ini  ditunjukkan  dengan  adanya peningkatan  aspek  partisipasi  siswa  yang  meliputi  peningkatan  persentase
aspek mengajukan pertanyaan jika ada yang belum jelas, pada siklus I sebesar 67,5  dan  pada  siklus  II  sebesar  70.  Aspek  menjawab  pertanyaan  yang
diajukan, pada siklus I sebesar 52,5 dan pada siklus II sebesar 65. Aspek mengerjakan tugas secara tuntas, pada siklus I sebesar 77,5 dan pada siklus
II sebesar  90. Aspek ikut serta dalam diskusi, pada siklus I sebesar 62,5 dan  pada  siklus  II  sebesar  81,67.  Aspek  mencatat  materi  pelajaran,  pada
siklus  I  sebesar  62,5  dan  pada  siklus  II  sebesar  70.  Aspek mempresentasikan hasil diskusi, pada siklus I sebesar 27,5 dan pada siklus
II sebesar 35. Aspek mengerjakan tes secara individu, pada siklus I sebesar 75 dan pada  siklus  II  sebesar 85. Aspek  menyimpulkan  materi pelajaran
di  akhir  pertemuan,  pada  siklus  I  sebesar  67,5  dan  pada  siklus  II  sebesar 95.  Peningkatan  membaca  dan  prestasi  belajar  siswa  ditunjukkan  dengan
nilai  rata-rata  hasil  tes  pada  siklus  I  adalah  73,6  sedangkan  pada  siklus  II adalah  77,7.  Dengan  demikian,  dapat  diajukan  rekomendasi  bahwa
pembelajaran  membaca  Jawa  menggunakan  model  pembelajaran  kooperatif NHT dapat meningkatkan Keterampilan Membaca dan Prestasi Belajar Siswa
Dalam  Proses  Pembelajaran  Bahasa  Jawa  Kelas  V  SDN  Godean  Sleman Y
ogyakarta” .
Kedua judul skripsi  yang telah dipaparkan tadi membuktikan bahwa penelitian  tentang  keterampilan membaca sudah banyak dilakukan  walaupun
berbeda-beda media  yang digunakan. Hasil penelitian  tersebut menunjukkan adanya  peningkatan.  Upaya  peningkatan  membaca  masih  perlu  dan  terus
dikembangkan.  Berbagai  penelitian  telah  dilakukan  dalam  aspek  membaca dan hasilnya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan membaca
setelah  diterapkan  pembelajaran  yang  dilakukan  peneliti.  Namun  penelitian terhadap keterampilan membaca masih menarik untuk dilakukan.
Penelitian  yang  dilakukan  oleh  para  peneliti  tersebut  memiliki persamaan  dan  perbedaan  dengan  penelitian  yang  saya  lakukan.  Persamaan
dalam penelitian tersebut terletak pada jenis penelitian yang berupa penelitian tindakan kelas, sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT,  kedua  penelitian  tersebut  sama-sama  bertujuan  untuk  meningkatkan keterampilan  membaca  aksara  Jawa.  Perbedaan  dalam  penelitian  ini  dengan
peneliti-peneliti  tersebut  adalah  terletak  pada  media  yang  digunakan  untuk meningkatkan  keterampilan  membaca  aksara  Jawa.  Peneliti  mengkaji
masalah seberapa besar peningkatan keterampilan membaca aksara Jawa pada siswa  kelas  IV  SDN  03  Sengon  Subah  Batang.  Variabel  penelitian  yang
digunakan  adalah  aktivitas  guru  dalam  mengelola  pembelajaran  membaca aksara Jawa di SD kelas IV dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT,
aktivitas  siswa  SD  kelas  IV  dalam  pembelajaran  membaca  aksara  Jawa dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dan keterampilan membaca
pada  siswa  SD  kelas  IV  dengan  model  pembelajaran  kooperatif  tipe  NHT.
Subjek penelitian ini adalah  guru dan siswa kelas IV SDN  03 Sengon Subah Batang.  Penelitian  ini  mengambil  bidang  kajian  model  pembelajaran
kooperatif  tipe NHT dan media berupa  kartu  aksara Jawa  yang berupa  kartu kata dan kalimat sederhana yang diberi sandangan.
C.
Kerangka Berpikir
Proses belajar  mengajar Bahasa Jawa  di SDN 03 Sengon Kelas  IV guru  masih  menggunakan  pembelajaran  yang  konvensional.  Guru  belum
mengoptimalkan metode dan media pembelajaran, sehingga konsentrasi siswa mudah terpecah dan mengalihkan perhatiannya pada hal  lain seperti bermain
alat  tulis,  berbicara  dengan  temannya,  ataupun  membaca  buku  untuk  mata pelajaran  yang  lain.  Pemberian  soal  oleh  guru  yang  terlampau  sering  juga
membuat  siswa  cepat  jenuh  berada  dalam  kelas.  Dalam  pelaksanaan  diskusi di  dalam  kelas,  siswa  yang  aktif  dalam  pembelajaran  hanya  beberapa  saja.
Pemantauan  terhadap  jalannya  diskusi  juga  belum  dilakukan  secara maksimal.
Model  pembelajaran  kooperatif  Tipe  NHT  guru  memiliki kekreatifan  dalam  pembelajaran,  baik  dalam  metode  maupun  media
pembelajaran.  Siswa  menjadi  aktif  bertanya,  mengemukakan  pendapat ataupun membantu temannya yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran.
Dalam  diskusi  kelompok  dibentuk  secara  heterogen,  tidak  ada  yang mendominasi  jalannya  diskusi.  Gurupun  memantau  jalannya  diskusi  dengan
berkeliling kelas sambil membimbing siswa dalam diskusi untuk mengetahui perkembangan  setiap  siswa.  Sebelum  diadakannya  pembelajaran  guru
memberikan  pertanyaan  yang  harus  di  jawab  siswa  guna  mengetahui kemampuan  siswa.  Pelaksanaan  diskusi  kelompok  juga  berkaitan  dengan
pertanyaan  yang  diberikan  guru  sebelumnya.  Sehingga  siswa  akan  lebih termotivasi  dalam  pembelajaran  secara  kelompok,  karena  pertanyaan  yang
diberikan guru menjadi bagian dari tugas kelompok. Pemberian penghargaan pada  akhir  pembelajaran  juga  memberikan  motivasi  bagi  siswa  agar
kelompok mereka menjadi yang terbaik.
Gambar 3 Kerangka Berfikir
Pembelajaran aksara Jawa pada siswa kelas IV di SD N 03 Sengon  masih menggunakan pembelajaran yang konvensional. Sehingga masih menemui kendala
.
Konsentrasi siswa mudah terpecah dan mengalihkan perhatiannya pada hal lain
yang tidak berkaitan dengan pembelajaran membaca aksara Jawa
Guru belum mengoptimalkan metode dan media pembelajaran dalam
pembelajaran membaca aksara Jawa.
Diatasi dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Model pembelajaran kooperatif Tipe NHT Pembelajaran  ini  memadukkan  antara  pembelajaran  kooperatif  dan  pembelajaran
individual. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Tipe NHT
1
Guru membagi siswa dalam kelompok dan tiap siswa dalam kelompok mendapatkan nomor.
2 Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakanya.
3 Setiap  kelompok  berfikir  bersama  untuk  mendiskusikan  jawaban  yang  benar  dan
memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakanyamengetahui jawabanya. 4
Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil mempresentasikan hasil  kerjasama  mereka  dan  kelompok  lain  memberikan  tanggapan  terhadap  hasil
presentasi siswa yang maju. 5
Kesimpulan
Aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran
aksara Jawa dengan model pembelajaran tipe
NHT meningkat Aktivitas siswa dalam
pembelajaran membaca aksara Jawa dengan
model pembelajaran tipe NHT meningkat
Keterampilan membaca aksara Jawa siswa
dengan model pembelajaran tipe NHT
meningkat
D. Hipotesis Tindakan