biasanya sering digunakan sebagai gelas atau peralatan makan. Selain ada yang dibuat dari tanah liat, ada pula porselen yang dibuat dari bahan dolomite dengan
beberapa bahan campuran lainnya. Porselen cukup aman digunakan sebagai wadah makanan, terutama yang bersuhu tinggi. Namun ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam memilih gelas, atau peralatan makan dari porselen antara lain suhu pembakaran pada saat pembuatan serta bahan bakunya. Porselen dibuat dengan
cara dibakar pada suhu sangat tinggi yaitu di atas 1200°C. Pembakaran yang sempurna akan menghasilkan porselen yang baik dan kuat. Namun bila pembakaran
kurang dari 800°C, maka porselen yang dihasilkan akan kurang baik. Bila bahan baku yang digunakan adalah dolomite, maka kualitas porselen juga kurang baik. Porselen
dari bahan baku dolomite dengan pembakaran yang kurang sempurna dapat berpotensi terjadi migrasi senyawa kimia kalsium karbonat CaCO
3
dan magnesium karbonat MgCO
3
dari dolomite ke dalam bahan pangan. Dolomite merupakan bahan baku yang cukup luas penggunaannya, antara lain digunakan dalam industri gelas dan
kaca lembaran, industri keramik dan porselen, industri refraktori, pupuk dan pertanian. Warna porselen umumnya putih, sedangkan bila dengan bahan dolomite
akan berwarna agak kusam.
2.5 Kegunaan Kemasan Pangan
Kegunaan kemasan sebagai pelindung bagi produk didalamnya, Kegunaan kemasan yang penting adalah sebagai berikut :
a. Sebagai wadah bagi produknya
b. Untuk memudahkan penyimpanan produknya di gudang
Universitas Sumatera Utara
c. Untuk memudahkan pengiriman dan pendistribusian
d. Sebagai pelindung bagi prduk di dalamnya
e. Sebagai sarana informasi dan promosi
Kemasan, sampai batas tertentu memang dapat mengurangi pengaruh buruk dari unsur perusak dari luar tersebut. Dengan demikian produk didalamnya akan
dapat lebih lama bertahan dalam kondisi yang baik. Hal ini sering disalahartikan oleh sementara orang bahwa kemasan dapat mengawetkan produk, Kemasan tidak dapat
mengawetkan produk, yang dapat mengawetkan produk adalah proses pembuatannya yang lebih baik danatau karena digunakannya bahan-bahan yang lebih baik.
Kemasan hanya dapat menghambat atau mengurangi derajat daya perusak dari unsur perusak luar. Bahkan, bila unsur perusaknya telah berada di dalam produk
tersebut, misalnya karena produknya telah tercemar oleh mikroba-mikroba perusak, atau adanya proses kimia atau biokimia yang masih dapat berlanjut maka kemasan
tidak dapat berbuat banyak. Kemasan saja tidak dapat melindungi kerusakan produk yang memerlukan penyimpanan dingin, untuk itu harus ada alatsarana penyimpanan
dingin, yang bukan kemasan.
2.6 Kemasan Styrofoam
Polistirena foam dikenal luas dengan istilah styrofoam yang seringkali digunakan secara tidak tepat oleh masyarakat karena sebenarnya styrofoam
merupakan nama dagang yang telah dipatenkan oleh perusahaan Dow Chemical. Oleh pembuatnya Styrofoam dimaksudkan untuk digunakan sebagai insulator pada
bahan konstruksi bangunan, bukan untuk kemasan pangan.
Universitas Sumatera Utara
Styrofoam atau plastik busa masih tergolong keluarga plastik. Styrofoam lazim digunakan sebagai bahan pelindung dan penahan getaran barang yang fragile seperti
elektronik. Namun, saat ini bahan tersebut menjadi salah satu pilihan bahan pengemas makanan dan minuman. Bahan dasar styrofoam adalah polistiren, suatu
jenis plastik yang sangat ringan, kaku, tembus cahaya dan murah tetapi cepat rapuh. Banyak restoran siap saji yang menggunakan Styrofoam sebagai kemasan
makanan yang mereka sajikan. Produk-produk siap saji juga banyak yang menggunakan Styrofoam seperti mie instant, kopi, bubur ayam, bakso, dan lain-
lain.Badan POM RI, 2008
2.6.1 Bahan Pembuat Styrofoam
Polistirena foam dihasilkan dari campuran 90-95 polistirena dan 5-10 gas seperti n-butana atau n-pentana. Dahulu, blowing agent yang digunakan adalah CFC
Freon, karena golongan senyawa ini dapat merusak lapisan ozon maka saat ini tidak digunakan lagi, kini digunakan blowing agent yang lebih ramah lingkungan.
Polistirena dibuat dari monomer stirena melalui proses polimerisasi. Polistirena foam dibuat dari monomer stirena melalui polimerisasi suspense pada tekanan dan suhu
tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan resin dan menguapkan sisa blowing agent. Polistirena bersifat kaku, transparan, rapuh, inert secara kimiawi,
dan merupakan insulator yang baik. Sedangkan polistirena foam merupakan bahan plastik yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan
kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang berisi udara.
Universitas Sumatera Utara
2.6.2 Dampak dan Bahaya Kemasan Styrofoam Terhadap Kesehatan
Berdasarkan berbagai penelitian yang dilakukan sejak tahun1930-an, diketahui bahwa bahan dasar Styrofoam styrene dan dan bahan aditif lainnya seperti
butadiene yang berfungsi sebagai bahan penguat juga DOP ataupun BHT yang berfungsi sebagai pemlastis plastiticizer ternyata bersifat mutagenic mampu
mengubah gen dan potensial karsinogen merangsang pembentukan sel kanker Yuliarti, 2007.
Hasil kajian Divisi Keamanan Pangan Jepang pada Juli 2001 mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat
menyebabkan endokrin disrupter EDC suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia
karsinogen dalam makanan. Semakin lama waktu pengemasan dengan Styrofoam dan semakin tinggi suhu, semakin besar pula migrasi atau perpindahan bahan-bahan yang
bersifat toksik tersebut ke dalam makanan atau minuman. Apalagi bila makanan atau minuman tersebut banyak mengandung lemak atau minyak. Toksisitas yang
ditimbulkan memang tidak langsung tampak. Sifatnya akumulatif dan dalam jangka panjang baru timbul akibatnya. Sementara itu CFC sebagai bahan peniup pada
pembuatan styrofoam merupakan gas yang tidak beracun dan mudah terbakar serta sangat stabil. Begitu stabilnya, gas ini baru bisa terurai sekitar 65-130 tahun. Gas ini
akan melayang di udara mencapai lapisan ozon di atmosfer dan akan terjadi reaksi serta akan menjebol lapisan pelindung bumi. Apabila lapisan ozon terkikis akan
Universitas Sumatera Utara
timbul efek rumah kaca. Bila suhu bumi meningkat, sinar ultraviolet matahari akan terus menembus bumi yang bisa menimbulkan kanker.
Penelitian di Rusia pada tahun 1975 menemukan adanya gangguan menstruasi pada wanita yang bekerja dan selalu menghirup styrene dalam konsentrasi rendah.
Gangguan menstruasi tersebut menyangkut siklus menstruasi yang tidak teratur dan terjadi pendarahan berlebihan hypermenorrhea ketika menstruasi. Styrene juga
dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi wanita penurunan kesuburan bahkan mandul khomsan, 2003.
Pada tahun 1986, national Human Adipose Tissue Survey di Amerika Serikat AS mengungkapkan bahwa 100 jaringan lemak penduduk Amerikan mengandung
styrene dan pada tahun 1988 kandungan styrene tersebut mencapai 8-350 ngg. konsentrasi styrene 350 ngg adalah spertiga dari ambang batas yang dapat
memunculkan gejala neurotoxic gangguan saraf. Neurotoxic akan menimbulkan gejala-gejala seperti kelelahan, nervous dan kadar hemoglobin rendah. Hemoglobin
Hb adalah bagian dari sel darah merah yang memiliki peran sangat penting yaitu mengangkut dan mengedarkan oksegen O
2
ke seluruh tubuh. Penurunan hemoglobin anemia akan menyebabkan kekurangan oksigen pada sel-sel tubuh dan
menimbulkan gejala letih, lesu dan lemah 3L. anemia kronis dapat berakibat fatal seperti kematian 2003.
2.7 Posisi Tawar Konsumen