Sifat-Sifat dan Ciri-Ciri Perlindungan Hukum Terhadap Bank Sebagai Kreditor Pemegang Hak Tanggungan Dalam Penangguhan Eksekusi Jaminan Berkaitan Dengan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan

yang bersangkutan. Kreditur Pemegang Hak tanggungan dapat melelang terlebih dahulu objek hak tanggungan untuk pelunasan piutangnya dan sisa hasil penjualan tersebut dimasukkan dalam budel pailit pemberi hak tanggungan. Tujuan dari diadakannya hak-hak jaminan oleh undang-undang, seperti hak tanggungan, hipotek, dan gadai adalah untuk memberikan kedudukan yang didahulukan bagi seorang kreditor tertentu terhadap kreditur- kreditur lain. Hal ini pula yang menjadi dasar dari eksitensi hak tanggungan sebagai lembaga hak jaminan yang kuat yang dapat dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Hak Tanggungan UUHT. 123

1. Sifat-Sifat dan Ciri-Ciri

Hak tanggungan mempunyai sifat tidak dapat dibagi-bagi artinya bahwa hak tanggungan membebani secara utuh objek hak tanggungan setiap bagian daripadanya. Telah dilunasinya sebagian dari utang yang dijamin, tidak berarti terbebasnya sebagian objek hak tanggungan dari beban hak tanggungan, melainkan hak tanggungan tetap membebani seluruh objek hak tanggungan untuk sisa utang yang belum dilunasi. 124 123 Setelah pemerintah menetapkan dan memberlakukan UUHT maka segala ketentuan mengenai hipotik yang berkenaan dengan masalah tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang diatur dalam KUH Perdata menjadi tidak berlaku lagi karena telah diatur dalam UUHT. Istilah mengenai hak hipotik pun diganti dengan hak tanggungan sesuai ketentuan di dalam UUHT. Undang-Undang tentang Hak tanggungan atas tanah beserta Benda-benda yang berkaitan dengan tanah, UU Nomor 4 Tshun 1996, LN Nomor 42 Tahun 1996, TLN Nomor 3632 bagian penjelasan umum jo pasal 29. 124 Undang-Undang tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, UU Nomor 4 tahun 1996, LN Nomor 42 tahun 1996, TLN Nomor 3632Undang-Undang Hak Tanggungan, pasal 2 Universitas Sumatera Utara Menurut pasal 2 ayat 1 jo ayat 2 Undang-Undang Hak Tanggungan, sifat tidak dapat dibagi-baginya hak tanggungan dapat disimpangi oleh para pihak apabila para pihak menginginkan hal yang demikian itu dengan memperjanjikan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT, namun penyimpangan itu dapat dilakukan sepanjang. 125 a. Hak tanggungan itu dibebankan kepada beberapa hak atas tanah. b. Pelunasan utang yang dijamin, dilakukan dengan cara angsuran yang besarnya sama dengan nilai masing-masing hak atas tanah yang merupakan bagian dari objek hak tanggungan yang akan dibebaskan dari hak tanggungan tersebut sehingga kemudian hak tanggungan itu hanya membebani sisa objek hak tanggungan untuk menjamin sisa hutang yang belum dilunasi. Sedangkan dalam penjelasan umum angka 3 Undang-Undang Hak Tanggungan dikemukan bahwa hak tanggungan sebagai lembaga hak jaminan yang kuat dan mempunyai ciri-ciri pokok yaitu hak tanggungan memberikan kedudukan yang diutamakan bagi kreditor tertentu. Kreditur tertentu yang dimaksud adalah yang menjadi pemegang hak tanggungan tersebut. Yang dimaksud dengan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditor –kreditor lain, mengenai hal ini telah dijelaskan dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Hak Tanggungan yaitu bila debitor cidera janji, kreditor pemegang hak tanggungan berhak menjual melalui pelelangan umum tanah yang dijadikan jaminan menurut ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang bersangkutan dengan hak mendahului daripada kreditor- kreditor lain . Kedudukan diutamakan tersebut sudah barang tentu tidak mengurangi 125 Undang-Undang tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, UU Nomor 4 tahun 1996, LN Nomor 42 tahun 1996, TLN Nomor 3632Undang-Undang Hak Tanggungan, penjelasan umum Angka 3 Universitas Sumatera Utara preferensi piutang-piutang menurut ketentuan hukum yang berlaku. 126 Azas yang berlaku terhadap pemegang hak tanggungan ini dikenal dengan nama droit de preference. 127 Hal ini berarti bahwa objek hak tanggungan tidak termasuk dalam boedel kepailitan, sebelum kreditor mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan benda yang bersangkutan. Kreditor pemegang hak tanggungan dapat melelang dahulu objek hak tanggungan untuk pelunasan piutangnya dan sisa hasil penjualan tersebut dimasukkan dalam boedel kepailitan pemberi hak tanggungan, yaitu pihak yang menunjuk harta kekayaan sebagai jaminan. pihak pemberi hak tanggungan sendiri tidak selalu debitor sebagai pihak yang berutang tetapi juga bisa pihak lain. Hak tanggungan mengikuti objeknya dimanapun hak tanggungan itu berada. Hak tanggungan tidak akan berakhir sekalipun objeknya pindah ke pihak lain, hal ini ditegaskan dalam pasal 7 Undang-Undang Hak Tanggungan yang merupakan perwujudan dari asas yang disebut droit de suite 128 atau zaakgevolg. droit de suite atau zaakgevolg adalah hak untuk melakukan eksekusi jaminan jika debitur cidera janji meskipun tanah dan bangunan telah beralih dari milik debitur menjadi milik pihak lain. 129 Azas ini juga diatur dalam pasal 1163 ayat 2 dan pasal 1198 KUH 126 Undang-Undang tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, UU Nomor 4 tahun 1996, LN Nomor 42 tahun 1996, TLN Nomor 3632, Angka 4 penjelasan umum 127 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Harta Kekayaan: Hak Tanggungan, Jakarta: Prenada Media, 2005, hal. 115 128 Dalam Black”s Law Dictionary, droit de suite dijelaskan sebagai: The Right of a creditor to pursue debtors property into the hands of the third persons for the enforcement of this claim 129 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Bandung: CV. Alfabeta, 2003, hal. 155 Universitas Sumatera Utara Perdata. 130 Azas atau sifat hak tanggungan ini memberikan kepastian kepada kreditor untuk memperoleh pelunasan dari hasil penjualan atas tanah meskipun hak tanggungan itu dijual oleh pemiliknya kepada pihak ketiga. 131

2. Subjek Hak Tanggungan

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hak Kreditor Dengan Jaminan Fidusia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia

0 10 149

TINJAUAN YURIDIS TENTANG HAK KREDITOR DALAM MELAKSANAKAN EKSEKUSI SELAKU PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DIKAITKAN Tinjauan Yuridis Tentang Hak Kreditor Dalam Melaksanakan Eksekusi Selaku Pemegang Hak Tanggungan Dikaitkan Dengan Undang – Undang Nomor 4 Tahun 19

0 0 13

PENDAHULUAN Tinjauan Yuridis Tentang Hak Kreditor Dalam Melaksanakan Eksekusi Selaku Pemegang Hak Tanggungan Dikaitkan Dengan Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Dan Undang – Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penunda

0 2 14

TINJAUAN YURIDIS TENTANG HAK KREDITOR DALAM MELAKSANAKAN EKSEKUSI SELAKU PEMEGANG JAMINAN DENGAN HAK TANGGUNGAN Tinjauan Yuridis Tentang Hak Kreditor Dalam Melaksanakan Eksekusi Selaku Pemegang Hak Tanggungan Dikaitkan Dengan Undang – Undang Nomor 4 Tah

0 0 22

PELAKSANAAN EKSEKUSI BARANG JAMINAN PADA MASA PENANGGUHAN (STAY) YANG DILAKUKAN OLEH KREDITOR SEPARATIS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN P.

0 0 2

HAK KREDITOR DALAM MELAKSANAKAN EKSEKUSI SEBAGAI PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DAN UNDANG-UNDAN.

0 0 1

KEDUDUKAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM KREDITOR SEPARATIS SEHUBUNGAN DENGAN PENOLAKAN PERMOHONAN KEPAILITAN OLEH HAKIM PENGADILAN NIAGA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILIT.

1 2 1

IMPLIKASI PEMBATALAN KEPAILITAN TERHADAP KEDUDUKAN BANK SEBAGAI KREDITOR SEPARATIS YANG MEMEGANG HAK TANGGUNGAN DITINJAU BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN K.

0 0 1

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITOR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 4 TAHUN 1996 DALAM HAL PENANGGUHAN EKSEKUSI JAMINAN UTANG DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 37 TAHUN 2004 TE.

0 1 1

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITOR BERKAITAN DENGAN KEPASTIAN PEMBAYARAN OLEH DEBITOR SEJAK DITETAPKANNYA MASA INSOLVENSI DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUN.

0 0 1