BAB IV PELAKSANAAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN
SETELEH DEBITOR INSOLVEN
A. Pengertian Insolven
Berakhirnya kepailitan dapat dilakukan dengan 2 dua cara yaitu dengan insolvensiInsolvent
dan Pedamaian accord. 1.
Insolvent Istilah insolvent berasal dari bahasa latin solvere yang artinya membayar dan
lawan katanya adalah insolvent atau tidak membayar.
170
Insolvensiinsolvency berarti ketidaksanggupan untuk memenuhi kewajiban finansial ketika jatuh waktu
seperti layaknya dalam bisnis atau kelebihan kewajiban dibandingkan dengan asetnya dalam waktu tertentu dengan kata lain seseorang tidak mempunyai
banyak uang cashtunai dibandingkan dengan banyaknya hutang-hutangnya. Atau apabila suatu ketika aset utamanya hilang dicuri orang atau hilang terbakar, tidak
berarti pada saat tersebut dia dalam keadaan insolvensi akan tetapi keadaan kewajiban melebihi aset-asetnya haruslah berlangsung dalam suatu jangka waktu
tertentu yang wajar. Salah satu tahap yang penting dalam proses kepailitan adalah tahap insolvensi.
Tahap ini penting artinya karena pada tahap inilah nasib debitur pailit di tentukan. Apakah hartanya dibagi bagi sampai menutupi semua utangnya atau pun debitur
170
Oxford Dictionary of English Etymology, hal. 845
84
Universitas Sumatera Utara
masih bisa melanjutkan usahanya dengan diterimanya suatu rencana perdamaian atau restrukturisasi hutang.
171
Dalam istilah undang-undang kepailitan insolvensi disebut sebagai keadaan tidak mampu membayar. Jadi insolvensi ini terjadi demi hukum jika tidak terjadi
perdamaian dan harta pailit berada dalam keadaan tidak mampu membayar seluruh hutang yang wajib dibayar sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 178 ayat 1
yaitu: Jika dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana perdamaian,
rencana perdamaian yang ditawarkan tidak diterima atau pengesahan perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, demi
hukum harta pailit berada dalam keadaan insolvensi. Menurut Sutan Remy Sjahdeini, keadaan berhenti membayar ini haruslah
merupakan keadaan yang objektif yaitu karena keadaan keuangan debitor yang telah mengalami ketidakmampuan telah dalam keadaan tidak mampu membayar utang
utangnya dengan kata lain debitor tidak boleh hanya sekedar tidak mau membayar utang-utangnya not willing to repay his debts tetapi keadaan objektif keuangannya
memang telah dalam keadaan tidak mampu membayar utang-utangnya unable to repay his debts
.
172
Keadaan tidak mampu ini insolvent harus dapat ditentukan secara independent
dan objektif dengan melakukan financial audit dan financial due
171
Munir Fuady 3, Op.cit,. hal. 129
172
Sutan Remy Sjahdeini 2, Op.cit.,hal.52
Universitas Sumatera Utara
diligence oleh kantor akuntan public yang independent melalui neraca perusahaan
yang bersangkutan balance sheet dan likuiditas perusahaan yang bersangkutan. Perseroan yang berada dalam keadaan insolvensi atau yang diperkirakan akan
mengalami insolvensi dapat mengajukan permohonan restrukturisasi utang atau permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU apabila permohonan
pailit diajukan terhadap debitor solven tersebut karena pada prinsipnya terhadap debitor yang akan berada dalam keadaan kesulitan keuangan tetapi mempunyai
prospek yang baik, perusahaandebitor beritikad baik dan kooperatif dengan para krediturnya diberi kesempatan untuk melakukan restrukturisasi utang termasuk
penundaan kewajiban pembayaran utang. Kesempatan ini diberikan sebelum perusahaan tersebut dinyatakan pailit karena kepailitan pada umumnya adalah
ultimum remidium. Secara prosedural hukum positif, maka dalam suatu proses kepailitan harta
pailit dianggap berada dalam keadaan tidak mampu membayar jika :
173
a. Dalam rapat verifikasi tidak ditawarkan perdamaian
b. Jika Perdamaian yang ditawarkan telah ditolak
c. Pengesahan perdamaian tersebut telah pasti ditolak
Adapun akibat hukum dari keadaan insolvensi adalah bahwa kepailitan telah bersifat final sehingga harta debitur pailit dapat segera dilikuidasi untuk dibagikan
kepada para krediturnya. Dengan timbulnya insolvensi ini maka dimulailah pemberesan harta pailit.
173
Munir Fuady 3, Op.cit., hal. 130
Universitas Sumatera Utara
2. Perdamaian
Perdamaian dalam hukum kepailitan diartikan sebagai suatu kesepakatan antara debitur dan kreditur tentang pembayaran yaitu si pailit membayar sesuatu
persentase tertentu dari utangnya dan ia akan dibebaskan dari membayar sisanya. Akibat hukum dari perdamaian ini adalah :
1. Setelah perdamaian kepailitan berakhir
Apabila pengesahan perdamaian memperoleh kekuatan mutlak maka berakhirlah kepailitan Pasal 166 Undang-Undang Kepailitan dan dapat
dibuka kembali apabila debitur tidak memenuhi isi perjanjian perdamaian pasal 170 ayat 1
2. Keputusan penerimaan perdamaian mengikat seluruh kreditur konkuren Keputusan perdamaian mengikat seluruh kreditur konkuren pasal 162 juncto
pasal 151 dan Pasal 152 Undang-Undang Kepailitan 3. Perdamaian tidak berlaku bagi kreditor separatis
Perdamaian tidak berlaku terhadap kreditur dengan agunan dan kreditur yang diistimewakan Pasal 162 Undang-Undang Kepailitan
4. Perdamaian tidak boleh diajukan 2 kali Perdamaian tidak boleh diajukan 2 kali Pasal 163 Juncto Pasal 292 Undang-
Undang Kepailitan 5. Perdamaian merupakan alas hak bagi garantor
Putusan pengesahan perdamaian yang telah mempunyai kekuatan tetap dapat
Universitas Sumatera Utara
dipakai sebagai alas hak dasar hukum bagi adanya piutang dan berlaku baik terhadap debitur maupun bagi pihak garantor Pasal 164 Undang-
Undang Kepailitan 6.
Hak-hak kreditur tetap berlaku terhadap benda-benda pihak ketiga Jika kreditur memiliki hak atas barang-barang pihak ketiga sehubungan
dengan piutangnya terhadap pihak debitur, hak-haknya terhadap pihak ketiga tetap berlaku seolah-olah tidak ada perdamaian pasal 163 Undang-
Undang Kepailitan 7. Penangguhan eksekusi jaminan hutang berakhir
Apabila suatu perdamaian disahkan dalam proses kepailitan tersebut dan telah memperoleh kekuatan tetap, kepailitan berakhir pasal 166 dan
apabila suatu kepailitan berakhir, berakhir pula penangguhan pelaksana eksekusi jaminan hutang stay
8. Actio Pauliana
berakhir, Dasar hukumnya pasal 47 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan
9. Debitur dapat direhabilitasi
Debitur pailit dapat mengajukan rehabilitasi pasal 215 Undang-Undang Kepailitan
Seluruh proses perdamaian dalam suatu kepailitan dilakukan menurut tahap- tahap yang sudah diatur dalam undang-undang kepailitan. Tahap-tahap perdamaian
tersebut adalah sebagai berikut: a.
Tahap pengajuan usul perdamaian
Universitas Sumatera Utara
b. Tahap pengumuman usul perdamaian
c. Tahap rapat pengambilan keputusan perdamaian
d. Tahap sidang homologasi
e. Tahap kasasi terhadap sidang homologasi
f. Tahap Rehabilitasi
B. Pelaksanaan Eksekusi