Subjek Hak Tanggungan Perlindungan Hukum Terhadap Bank Sebagai Kreditor Pemegang Hak Tanggungan Dalam Penangguhan Eksekusi Jaminan Berkaitan Dengan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan

Perdata. 130 Azas atau sifat hak tanggungan ini memberikan kepastian kepada kreditor untuk memperoleh pelunasan dari hasil penjualan atas tanah meskipun hak tanggungan itu dijual oleh pemiliknya kepada pihak ketiga. 131

2. Subjek Hak Tanggungan

Subjek dari hak tanggungan adalah pemberi hak tanggungan dan pemegang hak tanggungan. Berdasarkan ketentuan didalam pasal 8 dan pasal 9 Undang Undang Hak Tanggungan ditentukan bahwa subjek dari hak tanggungan adalah pemberi hak tanggungan dan pemegang hak tanggungan. Didalam kedua pasal tersebut disebutkan mengenai siapa pemberi dan siapa penerima hak tanggungan. 132 1. Pemberi Hak Tanggungan Pemberi hak tanggungan yaitu pihak yang menunjuk harta kekayaannya sebagai jaminan. Pihak pemberi hak tanggungan sendiri tidak selalu debitor sebagai pihak yang berutang tetapi bisa juga pihak lain. Pasal 8 Undang-Undang Hak Tanggungan menentukan bahwa pemberi hak tanggungan adalah orang perseorangan atau badan hukum yang mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek hak tanggungan yang bersangkutan. Dengan demikian maka yang 130 Pasal 1163 KUH Perdata, berbunyi : Hak tersebut pada hakikatnya tak dapat dibagi-bagi dan terletak diatas semua benda tak bergerak yang dikaitkan dalam keseluruhannya diatas masing- masing dari benda-benda tersebut dan diatas tiap bagian daripadanya. Benda-benda itu tetap dibebani dengan hak tersebut, didalam tangannya siapapun ia berpindah. Pasal 1198 KUH Perdata berbunyi: Si berpiutang yang mempunyai suatu hipotik yang telah dibukukan, dapat menuntut haknya atas benda tak bergerak yang diperikatkan dalam tangan siapapun, benda itu berada untuk ditetapkan tingkatannya dan untuk menerima pemabayaran menurut tertib pembukuan. 131 Mariam Darus Badrulzaman 4, Op.cit., hal. 16-18 132 H. Salim HS., Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005, hal. 103 Universitas Sumatera Utara dapat menjadi pemberi hak tanggungan adalah para pihak yang berkedudukan sebagai pemegang hak atas tanah yang dapat dibebani sebagai objek hak tanggungan, yaitu para pihak yang mempunyai : 133 a. Hak milik. b. Hak guna usaha c. Hak guna bangunan d. Hak pakai atas tanah negara. Pemberi hak tanggungan ini harus berstatus; 134 a. Warga Negara Republik Indonesia yang berkewarganegaraan tunggal, sebagai pemegang hak tanggungan, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai. b. Badan hukum Indonesia sebagai pemegang hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai. c. Warga negara asing yang berdomisili dan menjadi penduduk Indonesia sebagai pemegang hak pakai yang diberikan atas tanah negara. d. Badan hukum asing yang mempunyai kantor perwakilan di Indonesia sebagai pemegang hak pakai yang diberikan atas tanah negara. Bila pemberi hak tanggungan adalah badan hukum, maka dalam pelaksanaan perikatan hak tanggungan perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan anggaran dasar serta undang-undang yang terkait dengan badan hukum tersebut. 135 Bagi mereka yang akan menerima hak tanggungan, haruslah memperhatikan ketentuan pasal 8 ayat 2 UUHT yang menentukan bahwa kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum tersebut dengan sendirinya harus ada pada waktu pemberian hak tanggungan 133 Sutan Remy Sjahdeini 1, Op. cit., hal. .55 134 Sutan Remy Sjahdeini 1, Op.cit., hal. 79 135 Misalnya pemberi hak tanggungan adalah perseroan terbatas PT maka perlu diperhatikan anggaran dasar PT tersebut serta undang-undang tentang perseroan terbatas, khususnya menyangkut penjaminan utang Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007. Universitas Sumatera Utara dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Kepastian tentang kewenangan tersebut dengan sendirinya harus ada pada waktu pemberian hak tanggungan pada saat pendaftaran di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Alasan mengapa kewenangan itu harus ada pada saaat pendaftran hak tanggungan dilakukan ialah karena lahirnya hak tanggungan itu adalah pada saat didaftarkannya hak tanggungan tersebut. Dengan demikian maka kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek tanggungan diharuskan ada pada pemberi hak tanggungan pada saat pembuatan buku hak tanggungan, untuk itu harus dibuktikan keabsahannya dari kewenangan tersebut pada saat didaftarnya hak tanggungan yang bersangkutan yang mana sepanjang mengenai tanah harus dibuktikan dengan sertipikat hak atas tanah yang bersangkutan. Pemberi hak tanggungan dapat debitur sendiri, bisa pihak lain dan bisa juga debitur bersama pihak lain. Pihak lain tersebut bisa pemegang hak atas tanah yang dijadikan jaminan bisa juga pemilik jaminan bisa juga pemilik bangunan, tanaman danatau hasil karya yang ikut dibebani hak tanggungan. 2. Pemegang Hak Tanggungan Menurut pasal 9 Undang-Undang Hak Tanggungan, pemegang hak tanggungan bisa orang perseorang atau badan hukum yang berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang kreditor. Hal ini berarti pemegang hak tanggungan adalah siapapun juga yang berwenang melakukan perbuatan hukum untuk memberikan utang. Dalam praktek yang biasanya menjadi pemegang hak tanggungan adalah bank sebagai kreditor yang berbadan hukum, akan tetapi tidak tertutup kemungkinan Universitas Sumatera Utara adanya lembaga pembiayan diluar bank selaku kreditor, baik berbentuk perseorangan maupun badan hukum. Yang dapat memegang hak tanggungan meliputi : 136 1. Warga Negara Indonesia WNI 2. Warga Negara Asing WNA baik yang berdomisili di Indonesia maupun di mancanegara 3. Badan Hukum Indonesia PT, koperasi, perseroan. 4. Badan hukum asing BHA baik yang mempunyai kantor perwakilan di Indonesia maupun yang berkantor pusat di mancanegara.

3. Objek Hak Tanggungan

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hak Kreditor Dengan Jaminan Fidusia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia

0 10 149

TINJAUAN YURIDIS TENTANG HAK KREDITOR DALAM MELAKSANAKAN EKSEKUSI SELAKU PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DIKAITKAN Tinjauan Yuridis Tentang Hak Kreditor Dalam Melaksanakan Eksekusi Selaku Pemegang Hak Tanggungan Dikaitkan Dengan Undang – Undang Nomor 4 Tahun 19

0 0 13

PENDAHULUAN Tinjauan Yuridis Tentang Hak Kreditor Dalam Melaksanakan Eksekusi Selaku Pemegang Hak Tanggungan Dikaitkan Dengan Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Dan Undang – Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penunda

0 2 14

TINJAUAN YURIDIS TENTANG HAK KREDITOR DALAM MELAKSANAKAN EKSEKUSI SELAKU PEMEGANG JAMINAN DENGAN HAK TANGGUNGAN Tinjauan Yuridis Tentang Hak Kreditor Dalam Melaksanakan Eksekusi Selaku Pemegang Hak Tanggungan Dikaitkan Dengan Undang – Undang Nomor 4 Tah

0 0 22

PELAKSANAAN EKSEKUSI BARANG JAMINAN PADA MASA PENANGGUHAN (STAY) YANG DILAKUKAN OLEH KREDITOR SEPARATIS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN P.

0 0 2

HAK KREDITOR DALAM MELAKSANAKAN EKSEKUSI SEBAGAI PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DAN UNDANG-UNDAN.

0 0 1

KEDUDUKAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM KREDITOR SEPARATIS SEHUBUNGAN DENGAN PENOLAKAN PERMOHONAN KEPAILITAN OLEH HAKIM PENGADILAN NIAGA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILIT.

1 2 1

IMPLIKASI PEMBATALAN KEPAILITAN TERHADAP KEDUDUKAN BANK SEBAGAI KREDITOR SEPARATIS YANG MEMEGANG HAK TANGGUNGAN DITINJAU BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN K.

0 0 1

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITOR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 4 TAHUN 1996 DALAM HAL PENANGGUHAN EKSEKUSI JAMINAN UTANG DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 37 TAHUN 2004 TE.

0 1 1

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITOR BERKAITAN DENGAN KEPASTIAN PEMBAYARAN OLEH DEBITOR SEJAK DITETAPKANNYA MASA INSOLVENSI DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUN.

0 0 1