Dampak Eksekusi Bagi Kreditur Separatis

C. Dampak Eksekusi Bagi Kreditur Separatis

Prinsip umum hukum kepailitan adalah mengecualikan kreditur separatis dari kepailitan debiturnya, namun demikian kedudukan kreditur separatis tidak sepenuhnya bebas dari akibat kepailitan debiturnya karena pasal 56 Undang Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004 menangguhkan eksekusi jaminan utang. 182 Selama penangguhan berlangsung kurator dapat menggunakan harta pailit berupa benda tidak bergerak maupun benda bergerak atau menjual harta pailit yang berupa benda bergerak yang berada dalam penguasaan kurator dalam rangka kelangsungan usaha debitur dalam hal telah diberikan perlindungan yang wajar bagi kepentingan kreditur atau pihak ketiga. Perlindungan yang wajar disini adalah: 183 a. Ganti rugi atas terjadinya penurunan nilai harta pailit b. Hasil penjualan bersih c. Hak kebendaan pengganti d. Imbalan yang wajar dan adil serta pembayaran tunai lainnya Secara umum suatu pernyataan pailit akan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut: 1. Harta debitor pailit yang termasuk harta pailit merupakan sitaan umum. Harta pailit meliputi seluruh kekayaan debitur pada waktu putusan pailit diucapkan serta segala apa yang diperoleh debitur pailit selama kepailitan. 2. Kepailitan semata-mata hanya mengenai harta pailit dan tidak mengenai diri pribadi debitur pailit. 182 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, LN Nomor 131 tahun 2004, TLN Nomor 4443, Pasal 230 ayat 1 dan 2 dan pasal 254 ayat 2 183 Munir Fuady 1, Op.cit., hal. 103 Universitas Sumatera Utara 3. Debitur pailit demi hukum kehilangan hak untuk mengurus dan menguasai kekayaannya, sejak tanggal putusan pailit diucapkan. 4. Segala perikatan debitur yang timbul setelah putusan pailit, tidak dapat dibayar dari harta pailit kecuali jika menguntungkan harta pailit 5. Harta pailit diurus dan dikuasai oleh kurator juga diangkat hakim pengawas untuk memimpin dan mengawasi pelaksanaan kepailitan. 6. Tuntutan dan gugatan mengenai hak dan kewajiban terhadap harta pailit harus diajukan oleh atau terhadap kurator dengan cara melaporkannya untuk dicocokkan verifikasi Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004 memiliki maksud agar putusan pernyataan pailit dapat diselesaikan dan diputuskan dengan secepat mungkin juga untuk dapat dieksekusi. Putusan pernyataan pailit dapat diputuskan dengan cepat adalah dengan adanya ketentuan dalam pasal 8 ayat Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang kepailitan. Putusan pernyataan pailit oleh pengadilan niaga adalah bersifat serta merta sifat dapat dilaksanakan terlebih dahulu atau disebut uit ver baar bij voor raad. Putusan pengadilan niaga dapat dilaksanakan oleh kurator meskipun belum mempunyai kekuatan hukum tetap. Sifat putusan pengadilan niaga yang demikian itu ditentukan oleh Pasal 16 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa terhitung sejak tanggal putusan pernyataan pailit ditetapkan, kurator berwenang untuk melaksanakan tugas pengurusan dan pemberesan 184 atas harta pailit, meskipun terhadap putusan itu diajukan upaya hukum. Upaya hukum yang dimaksud disini adalah kasasi ke Mahkamah Agung, permohonan kasasi harus diajukan paling lambat 8 delapan hari setelah tanggal putusan yang hendak dimohonkan kasasi diucapkan, 184 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, LN Nomor 131 tahun 2004, TLN Nomor 4443, Penjelasan Pasal 16 ayat 1 Universitas Sumatera Utara dengan cara mendaftarkan kepada panitera pengadilan yang telah memutus permohonan pernyataan pailit. Selain kasasi yang dapat dilakukan oleh pihak yang merasa tidak puas adalah peninjauan kembali pk. Peninjauan kembali terhadap suatu putusan pernyataan pailit yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dapat dimungkinkan. 185 Peninjauan kembali ini dapat dilakukan berdasarkan pada 2 dua macam alasan yaitu: a. Terdapat bukti tertulis baru yang bersifat menentukan, yang pada waktu perkara diperiksa di pengadilan sudah ada tetapi belum ditemukan. Peninjauan kembali ini harus dilakukan dalam jangka waktu 180 seratus delapan puluh hari terhitung sejak tanggal putusan yang hendak dimohonkan peninjauan kembali memperoleh kekuatan hukum tetap. b. Dalam putusan hakim yang bersangkutan terdapat kekeliruan yang nyata. Peninjauan kembali ini harus dilakukan dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal putusan yang hendak dimohonkan peninjauan kembali memperoleh kekuatan hukum tetap. Menurut Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang mengecualikan beberapa hal yang tidak termasuk dalam harta pailit: 186 1. Benda, termasuk hewan yang benar-benar didahulukan oleh debitur sehubungan dengan pekerjaannya, perlengkapannya, alat-alat medis yang digunakan untuk 185 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, LN Nomor 131 tahun 2004, TLN Nomor 4443, Pasal 14 ayat 1 186 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, LN Nomor 131 tahun 2004, TLN Nomor 4443, Pasal 22 Universitas Sumatera Utara kesehatan, tempat tidur, dan perlengkapannya yang digunakan oleh debitur dan keluarganya dan bahan makanan untuk 30 tiga puluh hari bagi debitur dan keluarganya yang terdapat di tempat itu. 2. Segala sesuatu yang diperoleh debitur dari pekerjaannya sendiri sebagai penggajian dan suatu jabatan atas jasa sebagai upah, pensiun, uang tunggu, atan uang tunjangan sejauh yang ditentukan oleh hakim pengawas. 3. Uang yang diberikan kepada debitur untuk memenuhi suatu kewajiban memberi nafkah menurut undang-undang. Ketentuan pengecualiaan harta yang dimasukkan dalam harta pailit tersebut harus dibaca sepanjang debitur pailitnya adalah orang atau bukan badan hukum. Jika si pailit adalah sebuah perseroan terbatas maka pengecualian harta pailit ini tidak dapat diterapkan, bahkan gaji seorang direktur perseroaan terbatas malah menjadi utang harta pailit yang harus dibayar kepada direktur tersebut. 187 Adapun pihak-pihak yang berperan dalam pengurusan budel kepailitan adalah: a. Hakim Pengawas Hakim pengawas adalah hakim pengadilan niaga dengan tugas utama mengawasi pengurusan dan pemberesan budel pailit yang dilaksanakan oleh kurator. 188 Tentang tanggung jawab hakim pengawas pada prinsipnya adalah sama dengan tanggung jawab hakim peradilan lain, yakni melakukan pengawasan atas hal-hal yang terjadi pada saat pelaksanaan putusan hakim. b. Kurator 187 M. Hadi Subhan, Op.cit., hal. 164 188 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, LN Nomor 131 tahun 2004, TLN Nomor 4443, Pasal 63 Universitas Sumatera Utara Kurator merupakan pihak diluar balai harta peninggalan yang diangkat oleh majelis hakim dalam putusan pernyataan pailit berdasarkan usulan debitor atau kreditor. 189 Tugas dan kewenangan kurator adalah melakukan pengurusan dan atau pemberesan harta pailit yang meliputi penyelematan, pengelolaan, penjaminan dan penjualan harta pailit. Kurator dapat berupa Balai harta peninggalan atau Kurator swasta, berbentuk perorangan atau persekutuan perdata yang berdomisili di Indonesia, memiliki pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengurus dan membereskan harta pailit dan terdaftar pada Departemen Kehakiman. Kurator harus bersifat tidak memihak dan tidak mempunyai benturan kepentingan dengan debitor atau kreditor. Dalam melaksanakan tugas kurator tidak diharuskan memperoleh persetujuan debitor atau organ debitor. Kurator dapat mengambil putusan dengan inisiatif sendiri tanpa menunggu izin dari pihak debitor. Sebagai contoh yaitu keputusan Rapat Umum Pemegang SahamRUPS diperlukan untuk mengalihkan atau menjaminkan aset perusahaan akan tetapi terhadap perusahaan pailit kurator tidak perlu menunggu atau bergantung pada putusan Rapat Umum Pemegang Saham guna mengurus aset perusahaan yang termasuk kedalam budel pailit. Kurator dapat melakukan pinjaman guna meningkatkan nilai budel dan dengan izin hakim pengawas kurator dapat 189 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, LN Nomor 131 tahun 2004, TLN Nomor 4443, Pasal 13 Universitas Sumatera Utara membebani budel dengan agunan atas barang-barang yang belum dijadikan agunan c. Panitia Kreditor Panitia kreditor terdiri dari 3 tiga kreditor . Panitia kreditor bekerjasama dengan kurator memeriksa surat, buku serta segala keterangan yang berhubungan dengan kepailitan si debitor. Kurator wajib meminta nasehat panitia kreditor sebelum menggugat, meneruskan perkara maupun memajukan pembelaan, kecuali perkara yang timbul dari pemberesan dan penjualan budel pailit. Dalam rangka pemberesan harta pailit vereffening ini seorang kurator atau salah seorang kreditor yang hadir dapat mengusulkan agar perusahaan debitor pailit dilanjutkan. Akan tetapi jika kelanjutan usaha dari debitor tersebut dihentikan maka kurator harus segera memulai pemberesan dan penjualan semua harta pailit ini. Untuk melakukan tugasnya sebagai seorang kurator, kurator tidak memerlukan persetujuan dari pihak manapun dan bantuan dari debitor. Semua benda harus dijual di muka umum sesuai dengan tata cara yang berlaku dalam peraturan perundang-undangan, bila penjualan di muka umum tidak tercapai maka dapat dilakukan dengan penjualan dibawah tangan. Dalam rangka pemberesan harta pailit kurator dapat mempergunakan jasa debitor pailit dengan pemberian upah yang ditentukan oleh hakim pengawas sesuai dengan pasal 186 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004. Setelah selesai melakukan tugas-tugasnya kurator akan membagi hasil penjualannya. Universitas Sumatera Utara Untuk pembagian tersebut, kurator membuat daftar pembagian yang harus disetujui oleh hakim pengawas yang berisi: 190 1. Perincian tentang jumlah uang yang diterima dan jumlah uang yang dikeluarkan, termasuk upah kurator. 2. Nama-nama kreditor yang telah disetujui dan jumlah uang yang telah mendapat veriikasi. 3. Pembayaran-pembayaran yang akan dilakukan terhadap semua tagihan-tagihan. Semua hasil pelelangan harta pailit ditambah hasil-hasil yang diperoleh dari tagihan piutang si pailit dan dikurangi dengan biaya-biaya kepailitan dan hutang- hutang harta pailit merupakan harta yang akan dibagi kepada kreditor yang berkepentingan dengan urutan-urutan sebagai berikut: 191 1. Kreditor-kreditor yang mempunyai hak istimewa 2. Kreditor-kreditor yang piutangnya dijamin dengan hipotik, hak tanggungan dan gadai, tetapi belum dibayar lunas. 3. Kreditor-kreditor konkuren yang pembagiannya sesuai dengan imbangan jumlah piutangnya. Dengan telah berakhirnya masa kepailitan kurator berkewajiban untuk : 192 1. Mengumumkan berakhirnya kepailitan itu dalam berita Negara dan dalam surat kabar 2. Memberikan perhitungan tanggung jawab tentang pengurusan dan penguasaan serta pemberesan yang telah dilakukan kepada hakim pengawas. 3. Mengembalikan seluruh buku-buku dan surat-surat milik si debitor pailit.

D. Analisa Kasus

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hak Kreditor Dengan Jaminan Fidusia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia

0 10 149

TINJAUAN YURIDIS TENTANG HAK KREDITOR DALAM MELAKSANAKAN EKSEKUSI SELAKU PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DIKAITKAN Tinjauan Yuridis Tentang Hak Kreditor Dalam Melaksanakan Eksekusi Selaku Pemegang Hak Tanggungan Dikaitkan Dengan Undang – Undang Nomor 4 Tahun 19

0 0 13

PENDAHULUAN Tinjauan Yuridis Tentang Hak Kreditor Dalam Melaksanakan Eksekusi Selaku Pemegang Hak Tanggungan Dikaitkan Dengan Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Dan Undang – Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penunda

0 2 14

TINJAUAN YURIDIS TENTANG HAK KREDITOR DALAM MELAKSANAKAN EKSEKUSI SELAKU PEMEGANG JAMINAN DENGAN HAK TANGGUNGAN Tinjauan Yuridis Tentang Hak Kreditor Dalam Melaksanakan Eksekusi Selaku Pemegang Hak Tanggungan Dikaitkan Dengan Undang – Undang Nomor 4 Tah

0 0 22

PELAKSANAAN EKSEKUSI BARANG JAMINAN PADA MASA PENANGGUHAN (STAY) YANG DILAKUKAN OLEH KREDITOR SEPARATIS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN P.

0 0 2

HAK KREDITOR DALAM MELAKSANAKAN EKSEKUSI SEBAGAI PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DAN UNDANG-UNDAN.

0 0 1

KEDUDUKAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM KREDITOR SEPARATIS SEHUBUNGAN DENGAN PENOLAKAN PERMOHONAN KEPAILITAN OLEH HAKIM PENGADILAN NIAGA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILIT.

1 2 1

IMPLIKASI PEMBATALAN KEPAILITAN TERHADAP KEDUDUKAN BANK SEBAGAI KREDITOR SEPARATIS YANG MEMEGANG HAK TANGGUNGAN DITINJAU BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN K.

0 0 1

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITOR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 4 TAHUN 1996 DALAM HAL PENANGGUHAN EKSEKUSI JAMINAN UTANG DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 37 TAHUN 2004 TE.

0 1 1

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITOR BERKAITAN DENGAN KEPASTIAN PEMBAYARAN OLEH DEBITOR SEJAK DITETAPKANNYA MASA INSOLVENSI DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUN.

0 0 1