Pelaksanaan Eksekusi PELAKSANAAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN

b. Tahap pengumuman usul perdamaian c. Tahap rapat pengambilan keputusan perdamaian d. Tahap sidang homologasi e. Tahap kasasi terhadap sidang homologasi f. Tahap Rehabilitasi

B. Pelaksanaan Eksekusi

Setelah masa penangguhan berakhir Kreditur pemegang hak tanggungan harus melaksanakan haknya tersebut yaitu dalam jangka waktu paling lambat 2 dua bulan setelah dimulainya keadaan insolvensi. yaitu sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 178 ayat 1 Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan. 174 Pasal 59 Undang-undang Nomor 37 tahun 2004 tentang kepailitan menyatakan bahwa kreditur separatis sudah harus melaksanakan haknya dalam jangka waktu paling lama 2 dua bulan terhitung sejak dimulainya keadaan insolvensi. Keadaan debitur yang sudah insolvent secara teknis dan yuridis ini berakibat hukum bahwa pemberesan atas boedel pailit sudah dapat dimulai dan kreditur separatis sudah dapat melaksanakan sendiri hak eksekusinya atas barang jaminan yang dimilikinya. Namun demikian pasal 59 Undang-undang Nomor 37 tahun 2004 tentang kepailitan membatasi hak kreditur separatis untuk mengeksekusi haknya yaitu hanya selama 2 dua bulan terhitung sejak keadaan insolvensi dimulai. Jika kreditur separatis tidak melaksanakan haknya tersebut dalam jangka waktu 2 dua bulan 174 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, LN Nomor 131 tahun 2004, TLN Nomor 4443, pasal 59 ayat 1 Universitas Sumatera Utara maka kurator yang akan melaksanakan hak kreditur separatis dengan cara menjual sendiri barang jaminan tersebut. Jika dalam jangka waktu 2 dua bulan ini kreditor pemegang hak tanggungan melaksanakan haknya untuk mengeksekusi objek hak tanggungan maka kreditor tersebut wajib memberikan pertanggungjawaban kepada kurator tentang hasil penjualan benda yang menjadi agunan dan menyerahkan sisa hasil penjualan setelah dikurangi jumlah utang, bunga, dan biaya kepada kurator. 175 Pasal-pasal yang efektif berlaku sebagai pedoman eksekusi ialah pasal 195 sampai pasal 208 dan pasal 258 Rechtsreglement Buitengewesten. Namun disamping pasal-pasal tersebut, masih terdapat lagi pasal lain yang mengatur eksekusi sebagaimana diatur dalam pasal 255 Het Herziene Indonesisch Reglement atau pasal 259 Rechctsreglement Buitengewesten. Pasal ini mengatur eksekusi tentang putusan pengadilan yang menghukum tergugat untuk melakukan suatu perbuatan tertentu. 176 Disamping itu, terdapat lagi pasal 180 Het Herziene Indonesisch Reglement atau pasal 191 Rechtsreglement Buitengewesten yang mengatur pelaksanaan putusan secara serta merta uitvoerbaar bij voorraad atau provisionally enforceable to have immediate effect , yakni pelaksanaan putusan segera dapat dijalankan lebih dahulu sekalipun putusan yang bersangkutan belum memperoleh kekuatan hukum tetap. 177 Eksekusi dapat dilakukan melalui 2 tahap yaitu : 3. Eksekusi Melalui Penjualan Objek Hak Tanggungan Di Bawah Tangan 175 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, LN Nomor 131 tahun 2004, TLN Nomor 4443, Pasal 60 ayat 1 176 M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, hal. 4 177 Ibid Universitas Sumatera Utara Penjualan objek hak tanggungan dalam rangka eksekusi pada dasarnya wajib dilakukan melalui pelelangan umum, karena dengan cara demikian diharapkan akan diperoleh harga yang tertinggi yang menguntungkan semua pihak, baik pihak kreditor, pemberi hak tanggungan maupun kreditor-kreditor yang lain. Tetapi tidak selalu demikian maka dalam hal penjualan melalui pelelangan umum diperkirakan tidak akan menghasilkan harga yang tertinggi dengan menyimpang dari azas tersebut, oleh pasal 20 ayat 2 Undang-Undang Hak Tanggungan dibuka kemungkinan melakukan eksekusi dibawah tangan. Asal hal tersebut disepakati oleh pemberi dan pemegang hak tanggungan dan syarat yang ditetapkan dalam ayat 3 dipenuhi. Setiap janji untuk melaksanakan eksekusi dengan cara lain dari yang disebut dalam pasal 20 Undang-Undang Hak Tanggungan dinyatakan batal demi hukum pasal 20 ayat 4 Undang-Undang Hak Tanggungan. Untuk menghindarkan pelelangan objek hak tanggungan, pelunasan utang dapat dilakukan sebelum pengumuman lelang dikeluarkan pasal 20 ayat 5 Undang- Undang Hak Tanggungan. Penjualan dibawah tangan ini dilakukan dengan adanya kesepakatan antara debitor dan kreditor, adanya inisiatif dari pemberi dan pemegang hak tanggungan, sehingga penjualan dibawah tangan dapat dikelompokkan sebagai penjualan sukarela, pasal 19 Undang-Undang Hak Tanggungan menyebutkan ada 2 dua cara pembelian objek hak tanggungan yakni : a. Pembelian dalam satu pelelangan umum atas perintah ketua pengadilan negeri. b. Pembeli dalam jual beli sukarela. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian sebenarnya penjualan objek hak tanggungan dibawah tangan adalah dapat dikatakan bukan eksekusi objek hak tanggungan. Pembelian dan penjualan yang dilakukan secara sukarela yaitu didasarkan atas kesepakatan kehendak dan inisiatif pemberi hak tanggungan yang disebutkan dalam pasal 20 ayat 1 Undang- Undang hak Tanggungan, karenanya terdapat dua jenis eksekusi yaitu : a. Melalui penjualan objek hak tanggungan secara paksa eksekusi dan b. Penjualan melalui dibawah tangan melalui kesepakatan yang disebut sebagai penjualan sukarela, sebagai hasil pendekatan persuasif dari kreditor kepada debitor. Penjualan sukarela dapat dilakukan baik oleh debitor sendiri atau bantuan kreditor mencarikan pembeli bagi debitor dengan harga limit yang ditentukan oleh debitor, dengan mengesampingkan pasal 20 ayat 2 dan ayat 3 Undang- Undang Hak Tanggungan yaitu pengumuman dan tenggang waktu yang ditentukan pasal tersebut. Penjualan sukarela sangat efektif dalam praktek perbankan. Menurut Munir Fuady menyatakan: 178 Cara eksekusi lainnya adalah menjual di depan umum via kantor lelang tanpa ada campur tangan pengadilan, secara teoritis hal ini dapat diberlakukan tapi sangat disayangkan terdapat keengganan kantor lelang untuk melakukan eksekusi tersebut, bahkan dengan adanya keputusan Mahkamah Agung Nomor 3210KPdt1984, secara tidak masuk akal dilarang bagi KLN untuk melakukan eksekusi tanpa adanya penetapan pengadilan untuk itu. 178 Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek, buku kesatu, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 178 selanjutnya disebut Munir Fuady 4 Universitas Sumatera Utara 4. Eksekusi Hak Tanggungan berdasarkan ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Berdasarkan pasal 1178 KUH perdata, diatur pemberian parate eksekusi kepada pemegang hipotek. 179 a. Memberi pelaksanaan langsung bagi pemegang hipotek untuk menjual barang objek hipotek, tanpa melalui pengadilan. b. Eksekusi penjualan lelang barang objek hipotek dilakukan atas kuasa sendiri oleh pemegang hipotek, tanpa intervensi pengadilan atau hakim. Agar hak yang demikian melekat pada diri pemegang hipotek serta pelaksanaannya sah menurut hukum, harus terpenuhi ketentuan berikut: a. Harus dicantumkan klausul eigenmachtige verkoop berupa klausul secara mutlak memberi kuasa kepada pemegang hipotek menjual objek hipotek. Klausul ini disebut eigenmachtige verkoop jadi berdasarkan kesepakatan debitur memberi hak kepada kreditor menjual sendiri objek hipotek tanpa melalui pengadilan, apabila debitor wanprestasi dalam bentuk debitur tidak melunasi hutang pokok sebagaimana mestinya, tidak membayar bunga yang terutang akan tetapi supaya kewenangan seperti ini sah dan mengikat harus dicantumkan secara tegas dalam akta hipotek. b. Cara pelaksanaan eksekusi, mengenai cara pelaksanaan eksekusi berdasarkan eigenmachtige verkoop menurut pasal 1178 juncto pasal 1211 KUH Perdata. Penjualan lelang di muka umum dilakukan pejabat lelang atas permintaan pemegang hipotek atau kreditor tanpa campur tangan pengadilan oleh karena itu 179 Yahya Harahap, Op.cit., hal. 195-196 Universitas Sumatera Utara tidak diperlukan fiat dalam penetapan eksekusi dari ketua pengadilan negeri. Dengan demikian parate eksekusi berdasarkan pasal 1178 KUH Perdata menyingkirkan ketentuan pasal 224 Het Herziene Indonesisch Reglement tentang campur tangan pengadilan negeri. Apabila penjualan lelang tidak dilakukan di muka umum oleh pejabat lelang, eksekusi batal demi hukum. c. Prosedur eksekusi dapat dilakukan berdasarkan peraturan lelang LN 1908-215 juncto pasal 200 Het Herziene Indonesisch Reglement. Penjualan di muka umum dilakukan dengan perantara atau bantuan kantor lelang, cara penjualan dengan penawaran meningkat atau menurun, penawaran secara tertulis dan pemberitahuan kepada debitur paling lambat 30 hari dari tanggal pelelangan. Atas tuntutan kurator atau kreditor yang diistimewakan yang kedudukannya lebih tinggi daripada kreditor pemegang hak tanggungan sebagaimana yang dimaksud diatas maka kreditor pemegang hak tersebut wajib menyerahkan bagian dari hasil penjualan tersebut untuk jumlah yang sama dengan jumlah tagihan yang diistimewakan. 180 Namun bila hasil penjualan tidak mencukupi untuk membayar hutangnya, maka kreditor tersebut dapat mengajukan tagihan pelunasan atas kekurangannya dari harta pailit sebagai kreditur konkuren, setelah mengajukan permintaan pencocokan piutang. 181 180 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, LN Nomor 131 tahun 2004, TLN Nomor 4443, Pasal 60 ayat 2 181 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, LN Nomor 131 tahun 2004, TLN Nomor 4443, Pasal 60 ayat 3 Universitas Sumatera Utara

C. Dampak Eksekusi Bagi Kreditur Separatis

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hak Kreditor Dengan Jaminan Fidusia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia

0 10 149

TINJAUAN YURIDIS TENTANG HAK KREDITOR DALAM MELAKSANAKAN EKSEKUSI SELAKU PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DIKAITKAN Tinjauan Yuridis Tentang Hak Kreditor Dalam Melaksanakan Eksekusi Selaku Pemegang Hak Tanggungan Dikaitkan Dengan Undang – Undang Nomor 4 Tahun 19

0 0 13

PENDAHULUAN Tinjauan Yuridis Tentang Hak Kreditor Dalam Melaksanakan Eksekusi Selaku Pemegang Hak Tanggungan Dikaitkan Dengan Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Dan Undang – Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penunda

0 2 14

TINJAUAN YURIDIS TENTANG HAK KREDITOR DALAM MELAKSANAKAN EKSEKUSI SELAKU PEMEGANG JAMINAN DENGAN HAK TANGGUNGAN Tinjauan Yuridis Tentang Hak Kreditor Dalam Melaksanakan Eksekusi Selaku Pemegang Hak Tanggungan Dikaitkan Dengan Undang – Undang Nomor 4 Tah

0 0 22

PELAKSANAAN EKSEKUSI BARANG JAMINAN PADA MASA PENANGGUHAN (STAY) YANG DILAKUKAN OLEH KREDITOR SEPARATIS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN P.

0 0 2

HAK KREDITOR DALAM MELAKSANAKAN EKSEKUSI SEBAGAI PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DAN UNDANG-UNDAN.

0 0 1

KEDUDUKAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM KREDITOR SEPARATIS SEHUBUNGAN DENGAN PENOLAKAN PERMOHONAN KEPAILITAN OLEH HAKIM PENGADILAN NIAGA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILIT.

1 2 1

IMPLIKASI PEMBATALAN KEPAILITAN TERHADAP KEDUDUKAN BANK SEBAGAI KREDITOR SEPARATIS YANG MEMEGANG HAK TANGGUNGAN DITINJAU BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN K.

0 0 1

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITOR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 4 TAHUN 1996 DALAM HAL PENANGGUHAN EKSEKUSI JAMINAN UTANG DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 37 TAHUN 2004 TE.

0 1 1

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITOR BERKAITAN DENGAN KEPASTIAN PEMBAYARAN OLEH DEBITOR SEJAK DITETAPKANNYA MASA INSOLVENSI DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUN.

0 0 1