koordinatif di antara anggota yang memiliki posisi sederajat, baik di dalam satu departemen maupun diantara beberapa departemen.
d. Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal melibatkan komunikasi antara dua tingkat level organisasi yang berbeda. Komunikasi diagonal lebih
banyak diterapkan dalam suatu organisasi berskala besar manakala terdapat saling ketergantungan antar bagian, atau antar departemen
yang ada dalam organisasi tersebut. Bentuk komunikasi diagonal memiliki beberapa keuntungan,
diantaranya : 1
Penyebaran informasi bisa menjadi lebih cepat ketimbang bentuk komunikasi tradisional
2 Memungkinkan individu dari berbagai bagian atau departemen
ikut membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi 2.
Saluran Komunikasi Informal Keberadaan jaringan komunikasi informal dalam suatu organisasi
tidak dapat dielakkan. Jaringan ini dapat pula digunakan oleh para manajer untuk memonitor para karyawannya dalam melakukan tugasnya.
Dalam jaringan komunikasi informal, orang-orang yang ada dalam suatu organisasi,
tanpa memedulikan
jenjang hirarki,
pangkat dan
kedudukanjabatan, dapat berkomunikasi secara luas. Hal-hal yang diperbincangkan biasanya bersifat umum seperti mengobrol tentang
humor, keluarga, anak-anak, olahraga, musik, film, acara di TV dan juga kadang kala mereka membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan situasi
kerja yang ada dalam perusahaan. Sumber informasi dalam komunikasi informal adalah desas-desus atau selentingan Purwanto 2003.
2.3. Faktor Penghambat Komunikasi
Faktor –faktor penghambat komunikasi dapat dikelompokkan ke
dalam empat 4 masalah utama yang mencakup antara lain masalah dalam mengembangkan pesan, penyampaian pesan, penerimaan pesan dan
penafsiran pesan Purwanto, 2003. Masalah tersebut masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Masalah dalam Mengembangkan Pesan
Sumber masalah potensial dalam mengembangkan suatu pesan adalah dalam meformulasikan suatu pesan. Masalah dalam mengembangkan suatu
pesan dapat mencakup munculnya keragu-raguan tentang isi pesan, kurang terbiasa dengan situasi yang ada, atau masih asing dengan audiens adanya
pertentangan emosional atau kesulitan dalam mengekspresikan ide atau gagasan.
2. Masalah dalam Menyampaikan Pesan
Komunikasi dapat
juga terganggu
karena munculnya
masalah penyampaian pesan dari pengirim ke penerima. Masalah yang paling jelas
disini adalah faktor fisik yaitu media yang digunakan dalam berkomunikasi. Masalah lain yang muncul dalam penyampaian suatu
pesan adalah bila dua buah pesan yang disampaikan mempunyai arti yang saling berlawanan atau bermakna ganda.
3. Masalah dalam Menerima Pesan
Masalah yang muncul dalam penerimaan suatu pesan antara lain adanya persaingan antara penglihatan dengan suara dan kondisi lain yang dapat
mengganggu konsentrasi penerima. Selain itu gangguan atau masalah penerimaan pesan dapat muncul berkaitan dengan kesehatan si penerima
pesan. Misalnya pendengaran yang kurang baik, maka penglihatan yang mulai kabur, atau bahkan sakit kepala.
4. Masalah dalam Menafsirkan Pesan
Suatu pesan mungkin hilang selama proses penyampaian pesan, masalah terbesar terletak pada mata rantai terakhir, saat suatu pesan ditafsirkan oleh
penerima pesan. Perbedaan latar belakang, perbendaharaan bahasa, dan pernyataan emosional dapat menimbulkan munculnya kesalahpahaman
antara pemberi dan penerima pesan.
2.4. Lingkungan Kerja
Menurut Nitisemito 2000, lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang diembankan. Menurut Sedarmayati 2001, lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi,
lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan, maupun kelompok. Dari
pendapat tersebut, disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada disekitar karyawan pada saat bekerja, baik berbentuk fisik,
ataupun non fisik, langsung atau tidak langsung, yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaannya saat bekerja.
2.4.1 Jenis Lingkungan Kerja
Secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua 2 yaitu lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik
Sedarmayanti, 2001 a.
Lingkungan Kerja Fisik Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang
terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat memengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Lingkungan
fisik dibagi menjadi dua 2 kategori, yakni : 1
Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan, seperti pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya
2 Lingkungan perantara, atau lingkungan umum dapat juga disebut
lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelambaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,
getaran mekanis, bau tidak sedap, warna dan lain-lain b.
Lingkungan Kerja Non Fisik Lingkungan kerja non fisik adalah keadaan yang terjadi yang
berkaitan dengan hubungan kerja, baik dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan.
Perusahaan hendaknya
dapat mencerminkan
kondisi yang
mendukung kerjasama antara tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi yang
hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik dan pengendalian diri Nitisemito, 2000
2.4.2 Indikator Lingkungan kerja
Beberapa indikator-indikator lingkungan kerja Sedarmayanti, 2001 : 1.
Penerangan 2.
Suhu Udara 3.
Suara bising 4.
Penggunaan warna 5.
Ruang gerak yang diperlukan 6.
Keamanan kerja 7.
Hubungan Karyawan
2.5. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Nindya 2009 melakukan penelitian berjudul “Analisis Hubungan Pola Komunikasi Organisasi dengan Lingkungan Kerja Produktif PT. X Tbk
Unit Bisnis Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi karyawan mengenai pola komunikasi organisasi, mengetahui persepsi
karyawan mengenai lingkungan kerja produktif pada dan menganalisis hubungan pola komunikasi organisasi yang ada dengan lingkungan kerja
yang produktif. Penelitian ini menggunakan metode analisis korelasi Rank Spearman. Penelitian ini menyimpulkan bahwa komunikasi yang terjadi
pada PT. X Tbk Unit Bisnis adalah menggunakan pola komunikasi organisasi formal.
Pola Komunikasi yang paling sering digunakan adalah pola komunikasi dari bawah ke atas upward communication. Lingkungan
kerjanya pun sudah sangat baik. Lingkungan kerja sudah produktif, hal ini dapat dilihat dari bagaimana perusahaan sudah memberikan kenyamanan dan
ketenangan yang dapat meningkatkan kinerja yang baik dalam bekerja. Berdasarkan penilaian hasil uji korelasi Rank Spearman terdapat hubungan
antara pola komunikasi organisasi formal dengan lingkungan kerja yang produktif. Untuk pola komunikasi informal tidak ada hubungan sama sekali
dengan lingkungan kerja produktif. Hubungan yang paling kuat yaitu antara pola komunikasi dari bawah ke atas upward communication dengan
lingkungan kerja produktif.
Mulyadi 2010 melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Pola Komunikasi Terhadap Motivasi Karyawan di PT. Bank Muamalat Tbk,
cabang Bogor”. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pola komunikasi di PT. Bank Muamalat Tbk, mengidentifikasi motivasi karyawan
di PT. Bank Muamalat Tbk dan menganalisis pengaruh pola komunikasi terhadap motivasi karyawan di PT. Bank Muamalat Tbk, Cabang Bogor.
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Penelitian ini menyimpulkan secara umum pola komunikasi yang
terjadi di BMI berjalan dengan baik. Secara parsial terdapat tiga 3 peubah pola komunikasi yang berpengaruh terhadap motivasi karyawan yaitu
komunikasi dari atas ke bawah, horizontal dan informal. Pola komunikasi diagonal dan bawah ke atas tidak berpengaruh terhadap motivasi karyawan.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
PT. Vale Indonesia Tbk. Memiliki visi, misi dan tujuan yang dapat terwujud, apabila didukung oleh SDM bermutu. PT. Vale Indonesia terdiri
dari berbagai departemen salah satunya adalah Human Resource and Employee Relation Department HR. Departemen HR ini sendiri terdiri dari
berbagai section yang mengurus keperluan seperti tunjangan hari tua, cuti karyawan, penerimaan dan seleksi karyawan, serta pelatihantraining untuk
itu setiap section harus dapat berfungsi sesuai dengan fungsinya masing- masing.
Salah satu bentuk pengelolaan terhadap SDM yang dimiliki adalah dengan berupaya menciptakan pola komunikasi efektif, agar para karyawan
dapat mengerjakan tugas dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Secara umum, pola komunikasi dapat dikelompokkan menjadi dua saluran, yaitu
formal dan informal. Saluran komunikasi formal terdiri atas komunikasi dari atas ke bawah downward communication, komunikasi dari bawah ke atas
upward communication, komunikasi horizontal sideways communication dan komunikasi diagonal. Sedangkan saluran komunikasi informal
merupakan suatu jaringan komunikasi dimana orang-orang yang ada dalam suatu organisasi tanpa memperdulikan jenjang hirarki, pangkat dan
kedudukan atau jabatan, dapat berkomunikasi secara luas Purwanto, 2003 Lingkungan kerja sendiri terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan
non fisik. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik dan pengendalian diri Nitisemito, 2000 yang
merupakan lingkungan kerja non fisik. Komunikasi yang baik ini dapat dilihat dari pola komunikasi yang terjalin pada departemen HR PT. Vale
Indonesia. Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pemikiran dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.