2.2. Pola Komunikasi
Secara umum, pola komunikasi dapat dibedakan menjadi saluran komunikasi formal dan saluran komunikasi informal Purwanto, 2003.
1. Saluran komunikasi formal
Dalam struktur organisasi garis, fungsional, maupun matriks akan tampak berbagai macam posisi atau kedudukan masing-masing sesuai
dengan batas tanggungjawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi dari manajer kepada bawahan
ataupun dari manajer ke karyawan, pola transformasi informasinya dapat berbentuk komunikasi dari atas ke bawah downward communication,
komunikasi dari bawah ke atas upward communication, komunikasi horizontal dan komunikasi diagonal.
a. Komunikasi dari atas ke bawah
Secara sederhana, transformasi informasi dari manajer dalam semua level ke bawahan merupakan komunikasi dari atas ke bawah.
Aliran komunikasi dari manajer ke bawahan tersebut, umumnya terkait dengan tanggungjawab dan kewenangan dalam suatu
organisasi. Seorang manajer yang menggunakan jalur komunikasi ke bawah memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi, mengarahkan,
mengokoordinasikan, memotivasi, memimpin dan mengendalikan berbagai kegiatan yang ada di level bawah. Jalur komunikasi yang
berasal dari atas manajer ke bawah karyawan merupakan penyampaian pesan yang dapat berbentuk perintah, instruksi maupun
prosedur untuk dijalankan para bawahan dengan sebaik-baiknya. Menurut Katz dan Kahn dalam Purwanto 2003, komunikasi
ke bawah mempunyai lima 5 tujuan pokok, yaitu : 1
Memberikan pengarahan atau instruksi kerja tertentu 2
Memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan
3 Memberikan informasi tentang prosedur dan praktik organisasional
4 Memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan
5 Menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dalam membantu
organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai
b. Komunikasi dari Bawah ke Atas
Dalam struktur organisasi, komunikasi dari bawah ke atas berarti alur pesan yang disampaikan berasal dari bawah karyawan
menuju ke atas manajer. Pesan yang ingin disampaikan mula-mula berasal dari karyawan yang selanjutnya akan disampaikan ke jalur
yang lebih tinggi. Untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam suatu
organisasi dan mengambil keputusan secara tepat, sudah sepantasnya bila manajer memperhatikan aspirasi yang berasal dari bawah.
Keterlibatan karyawan bawahan dalam proses pengambilan keputusan merupakan salah satu cara positif dalam upaya membantu
pencapaian tujuan organisasi. Untuk mencapai keberhasilan komunikasi dari bawah ke atas
para manajer harus percaya penuh kepada bawahannya. Kalau tidak, informasi apapun dari bawahan tidak akan bermanfaat, karena yang
akan muncul hanyalah rasa curiga dan ketidakpercayaan terhadap informasi tersebut.
c. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal atau sering disebut juga dengan istilah komunikasi lateral adalah komunikasi yang terdiri antara bagian-
bagian yang memiliki posisi sejajarsederajat dalam suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal antara lain untuk melakukan persuasi,
memperngaruhi dan memberikan informasi kepada bagian, atau departemen yang memiliki kedudukan sejajar.
Di dalam prakteknya, terdapat kecenderungan bahwa dalam melaksanakan pekerjaannya, manajer suka melakukan tukar-menukar
informasi dengan rekan kerjanya di Departemen atau Divisi yang berbeda, terutama apabila muncul masalah-masalah khusus dalam
suatu organisasi perusahaan. Komunikasi horizontal bersifat
koordinatif di antara anggota yang memiliki posisi sederajat, baik di dalam satu departemen maupun diantara beberapa departemen.
d. Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal melibatkan komunikasi antara dua tingkat level organisasi yang berbeda. Komunikasi diagonal lebih
banyak diterapkan dalam suatu organisasi berskala besar manakala terdapat saling ketergantungan antar bagian, atau antar departemen
yang ada dalam organisasi tersebut. Bentuk komunikasi diagonal memiliki beberapa keuntungan,
diantaranya : 1
Penyebaran informasi bisa menjadi lebih cepat ketimbang bentuk komunikasi tradisional
2 Memungkinkan individu dari berbagai bagian atau departemen
ikut membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi 2.
Saluran Komunikasi Informal Keberadaan jaringan komunikasi informal dalam suatu organisasi
tidak dapat dielakkan. Jaringan ini dapat pula digunakan oleh para manajer untuk memonitor para karyawannya dalam melakukan tugasnya.
Dalam jaringan komunikasi informal, orang-orang yang ada dalam suatu organisasi,
tanpa memedulikan
jenjang hirarki,
pangkat dan
kedudukanjabatan, dapat berkomunikasi secara luas. Hal-hal yang diperbincangkan biasanya bersifat umum seperti mengobrol tentang
humor, keluarga, anak-anak, olahraga, musik, film, acara di TV dan juga kadang kala mereka membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan situasi
kerja yang ada dalam perusahaan. Sumber informasi dalam komunikasi informal adalah desas-desus atau selentingan Purwanto 2003.
2.3. Faktor Penghambat Komunikasi