a. Faktor Iklim
Curah Hujan
Jumlah dan curah hujan yang baik untuk kelapa sawit adalah 2000-2500 mtahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun Rambey,
2010. Hujan yang merata sepanjang tahun kurang baik karena pertumbuhan vegetatif akan lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga buah atau
bunga yang terbentuk relatif lebih sedikit Setyamidjaja, 2006. Sebaliknya, curah hujan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan timbulnya masalah terutama
sulitnya upaya peningkatan kualitas jalan, pembukaan lahan, pemeliharaan, pemupukan, dan pencegahan erosi Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006.
Suhu dan Elevasi
Temperatur yang optimal adalah 24-28°C dan tertinggi 32°C. Diatas atau dibawah selang tersebut, produktivitas akan lebih rendah karena rendahnya
proses assimilasi, gagalnya perkembangan bunga dan pematangan buah Yahya, 1990 dalam Nurmala, 2009. Suhu udara terutama suhu minimum, berhubungan
erat dengan elevasi. Di daerah beriklim tropis, secara umum suhu udara bukan merupakan faktor pembatas pada elevasi di bawah 400 m dpl.
Sebaliknya, diatas 400 m dpl meskipun faktor iklim lainnya seperti curah hujan sudah sesuai untuk pertumbuhan kelapa sawit, suhu udara minimum yang
terlalu rendah bisa menjadi faktor pembatas, tetapi masih berpotensi untuk budidaya kelapa sawit. Elevasi juga berkaitan dengan penyinaran matahari dan
kelembaban udara.
Kelembaban dan Penyinaran Matahari Kelembaban 80 dan penyinaran matahari 5-7 jamhari, karena
kelembaban yang tinggi akan meransang perkembangan penyakit. Kecepatan angin 5-6 kmjam untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu
kencang akan menyebabkan tanaman baru menjadi miring Lubis, 1992 dalam Harahap, 1999.
b. Faktor Edafik
Tanah
Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, organosol, dan aluvial. Sifat-sifat
fisika dan kimia tanah yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan kelapa sawit secara optimal adalah sebagai berikut:
1. Solum cukup dalam 80cm dan tidak berbatu agar perkembangan akar
tidak terganggu. 2.
Tekstur ringan dan yang terbaik memiliki pasir 20-60, debu 10-40, dan liat 20-50.
3. Struktur tanah baik, konsistensi gembur sampai agak teguh, dan
permeabilitas sedang. 4.
Drainase baik dan permukaan air tanah cukup dalam. Tanah yang berdrainase jelek dengan permukaan air tanah yang dangkal sebaiknya
dihindari. Tanah yang berdrainase jelek sebaiknya diberi saluran drainase. 5.
Reaksi tanah pH 4,0-6,0 dan pH optimal 5,0-5,5. Tanah yang ber-pH rendah seperti tanah gambutorganosol sebaiknya dilakukan pengapuran.
6. Tanah yang memiliki kandungan hara cukup tinggi Setyamidjaja, 2006.
2.1.4 Pemelihara Kelapa Sawit
a. Pengendalian Gulma
Gulma di perkebunan kelapa sawit harus dikendalikan supaya secara ekonomi tidak berpengaruh secara nyata terhadap hasil produksi. Adanya gulma
di perkebunan kelapa sawit akan sangat merugikan. Alasannya, gulma mengganggu dan menghambat jalan para pekerja, gulma menjadi pesaing tanaman
kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit yang menyerang tanaman kelapa
sawit. Jenis-jenis gulma di perkebunan kelapa sawit adalah krisan, Mikania
scandes, eupathorium babandotan, melastoma harendong, pakis kawat, pakis gajah, keladi dan alang-alang. Selain menggunakan herbisida, pengendalian
gulma bisa dilakukan dengan cara manual memakai cangkul dan garpu.