Klasifikasi Kelapa Sawit Kelapa Sawit

Umumnya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam dua tandan yang terpisah. Namun, adakalanya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam tandan yang sama. Masa reseptif masa putik dapat menerima tepung sari adalah 3x24 jam. Setelah itu, putik akan berwarna hitam dan mengering. Jika diawetkan, tepung sari bisa mencapai umur 10 minggu. Pengawetan tepung sari bisa dilakukan dengan cara mengeringkannya di dalam oven dengan suhu konstan 60°C selama 24 jam. Tepung sari awetan biasanya digunakan untuk bantuan penyerbukan assisted pollination. Pada tanaman kelapa sawit muda sampai umur 6 tahun, bunga betina lebih banyak daripada bunga jantan. Karena itu, kelapa sawit muda membutuhkan bantuan penyerbukan oleh manusia.

e. Buah

Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Daun kelapa sawit setiap tahun tumbuh sekitar 20-24 helai. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan daunnya semakin sedikit, sehingga buah yang terbentuk semakin menurun. Meskipun demikian, tidak berarti hasil produksi minyaknya menurun. Hal ini disebabkan semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang dihasilkannya juga semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg . Tanaman kelapa sawit mulai berbuah saat berumur 18 bulan setelah tanam, tetapi kadar minyaknya masih sedikit dan persentase limbah lumpur banyak. Karenanya, di perkebunan kelapa sawit, bunga-bunga yang tumbuh pada tanaman muda akan dibuang kastrasi agar tidak menjadi buah. Buah muda Elaeis guineensis dura, Elaeis guineensis tenera, dan Elaeis guineensis pisifera berwarna ungu tua sampai hitam. Warna ini disebabkan adanya dominasi zat anthocyanin.

2.1.3 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Elaeis guineensis Jacq

Kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik agar mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal. Keadaan iklim dan tanah merupakan faktor utama bagi pertumbuhan kelapa sawit, disamping faktor-faktor lainnya seperti genetis, budidaya, dan penerapan teknologi lainnya.

a. Faktor Iklim

 Curah Hujan Jumlah dan curah hujan yang baik untuk kelapa sawit adalah 2000-2500 mtahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun Rambey, 2010. Hujan yang merata sepanjang tahun kurang baik karena pertumbuhan vegetatif akan lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga buah atau bunga yang terbentuk relatif lebih sedikit Setyamidjaja, 2006. Sebaliknya, curah hujan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan timbulnya masalah terutama sulitnya upaya peningkatan kualitas jalan, pembukaan lahan, pemeliharaan, pemupukan, dan pencegahan erosi Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006.  Suhu dan Elevasi Temperatur yang optimal adalah 24-28°C dan tertinggi 32°C. Diatas atau dibawah selang tersebut, produktivitas akan lebih rendah karena rendahnya proses assimilasi, gagalnya perkembangan bunga dan pematangan buah Yahya, 1990 dalam Nurmala, 2009. Suhu udara terutama suhu minimum, berhubungan erat dengan elevasi. Di daerah beriklim tropis, secara umum suhu udara bukan merupakan faktor pembatas pada elevasi di bawah 400 m dpl. Sebaliknya, diatas 400 m dpl meskipun faktor iklim lainnya seperti curah hujan sudah sesuai untuk pertumbuhan kelapa sawit, suhu udara minimum yang terlalu rendah bisa menjadi faktor pembatas, tetapi masih berpotensi untuk budidaya kelapa sawit. Elevasi juga berkaitan dengan penyinaran matahari dan kelembaban udara.  Kelembaban dan Penyinaran Matahari Kelembaban 80 dan penyinaran matahari 5-7 jamhari, karena kelembaban yang tinggi akan meransang perkembangan penyakit. Kecepatan angin 5-6 kmjam untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru menjadi miring Lubis, 1992 dalam Harahap, 1999.

Dokumen yang terkait

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri Kelapa Sawit Pt Perkebunan Nusantara Iv (Studi Kasus : Pks Kebun Ptpn Iv Kecamatan Sosa)

19 129 107

Analisis Efisiensi Produksi Tanaman Teh (Studi Kasus : PT Pekebunan Nusantara IV Sidamanaik Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun)

13 116 61

Sistem Informasi Pengolahan Karet Remah (Crumb Rubber)(Studi Kasus pada Pabrik Pengolahan Crumb Rubber PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Keliling): Information System of Crumb Rubber Processing [Case Study at PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Keliling

3 111 6

Aspek Hukum Perjanjian Pemborongan Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Antara UD. Rap Maruli Dengan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Gunung Bayu (Persero) (Studi: UD. Rap Maruli Dan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Bayu Persero)

1 62 92

Strategi Pengembangan Bisnis Kelapa Sawit (Studi Kasus pada Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara VIII, Propinsi Banten)

0 13 303

Pengmbangan Sistem Informasi Geografis untuk Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit

1 11 9

Analisis Potensi Ketersediaan Air di Perkebunan Kelapa Sawit menggunakan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, Bogor)

0 6 77

Komponen Neraca Air Tanaman Kelapa Sawit di PTPN VIII, Cimulang, Bogor

1 12 32

Pemanfaatan Citra Alos Avnir-2 Untuk Interpretasi Tanaman Kelapa Sawit Pada Berbagai Umur (Studi Kasus PTPN VIII Cimulang, Kabupaten Bogor).

0 5 47

Karakteristik Fisik Dan Laju Infiltrasi Tanah Pada Blok Kebun Kelapa Sawit (Studi Kasus: Ptpn Viii Cimulang Bogor).

0 7 43