Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit

Pemberian dosis pemupukan pada lokasi penelitian dapat dikagorikan lebih dari cukup untuk pemenuhan kebutuhan hara bagi tanaman, hal ini dapat dilihat pada saat TM1 dan TM2 yang produktivitasnya sangat tinggi bahkan dikategorikan over produksi. Selain diberikan pupuk kimia, pemberian pupuk kandang juga dilakukan sehingga produksinya sangat tinggi. Pada saat tanaman memasuki TM7, tanaman sudah mengalami penurunan produktivitas akibat kelelahan, sehingga pupuk kimia dan pupuk kandang yang diberikan tidak lagi memberikan efek yang nyata. Tabel 12. Tahun Tanam dan Dosis Pemupukan PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Pemupukan memberikan kontribusi yang sangat luas dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas produksi yang dihasilkan. Pemupukan bermanfaat melengkapi persediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai produksi yang maksimal. Biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan berkisar antara 40-60 dari biaya pemeliharaan tanaman secara keseluruhan. Dosis pupuk urea, dolomit, NPK, dan Kalphos didasari pada tahun tanam kelapa sawit. Pupuk yang paling banyak diberikan adalah pupuk Kalphos, sedangkan pupuk yang paling sedikit diberikan adalah pupuk Urea. Pupuk Kalphos dan Pupuk NPK adalah jenis pupuk campuran, keuntungan pemberian pupuk campuran ini adalah seluruh kebutuhan hara yang diperlukan tanaman dapat diberikan dalam satu rotasi pemupukan sehingga dapat mengurangi biaya aplikasi. Tahun Tanam Dosis Pemupukan KgPohon Urea Dolomit NPK Kalphos Tahun 2002 1,562 2,846 2,004 2,374 Tahun 2003 3,096 4,215 6,304 4,752 Tahun 2004 2,571 2,286 2,990 4,010 Tahun 2005 2.635 2.436 2.871 3.791 Rekomendasi pemupukan yang diberikan oleh lembaga penelitian selalu mengacu pada 4T, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu pemupukan. Namun demikian dalam pelaksanaannya sering dijumpai pemyimpangan dalam aplikasi pemupukan di lapangan sehingga sasaran pemupukan untuk mendukung pertumbuhan dan produktivitas tanaman sesuai dengan standar sulit tercapai. Beberapa dasar pertimbangan yang digunakan dalam penentuan jenis pupuk antara lain: umur tanaman, gejala defisiensi hara, kondisi lahan, dan harga pupuk. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa jenis pupuk yang diberikan sering diganti dengan jenis lainnya karena ketidak tersediaan di pasar atau pertimbangan lainnya. Gambar 15. Peta Pemberian Dosis Pupuk dan Produktivitas Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Dari hasil analisis spasial Gambar 15 terlihat, dosis pemupukan yang paling tinggi terdapat pada tahun tanam 2003 dengan dosis pupuk urea 3.096 KgPohon, dolomit 4.215 KgPohon, NPK 6.304 KgPohon, dan Kalphos 4.752 KgPohon. Dosis pemupukan yang paling rendah terdapat pada tahun tanam 2002 dengan dosiss pupuk urea 1.562, dolomit 2.846 KgPohon, KgPohon, NPK 2.004 KgPohon, dan Kalphos 2.374 KgPohon. Dosis pupuk yang paling tinggi tidak menghasilkan produktivitas yang maksimal, sebaliknya pemupukan yang paling sedikit juga tidak menghasilkan produktivitas yang paling rendah. Produktivitas kelapa sawit yang paling tinggi terdapat pada blok 26 31.99 TonTBSTahun tahun tanam 2005 dengan dosis pupuk urea 2.635 KgPohon, dolomit 2.436 KgPohon, NPK 2.871 KgPohon, dan Kalphos 3.791 KgPohon. Produktivitas yang paling rendah terdapat pada blok 29 10.95 TonTBSTahun tahun tanam 2004 dengan dosis pemupukan dosis pupuk urea 2.751 KgPohon, dolomit 2.286 KgPohon, NPK 2.290 KgPohon, dan Kalphos 4.010 KgPohon. Produktivitas kelapa sawit dengan dosis pemupukan berdasarkan tahun tanam tidak menghasilkan produktivitas yang merata dan membentuk pola acak. Hal ini terlihat pada dosis pemupukan dengan tahun tanam 2005 pada blok 26 menghasilkan produktivitas yang paling tinggi, namun ada beberapa blok dengan tahun tanam yang sama 2005 memiliki produktivitas yang rendah sampai sedang 31,99-16,3 TonTBSTahun. Dosis pemupukan dengan tahun tanam 2004 menghasilkan produktivitas yang paling rendah, namun ada beberapa blok juga dengan tahun tanam yang sama 2004 memiliki produktivitas yang sedang 25,2 TonTBSTahun. Aplikasi pupuk di lokasi penelitian dilakukan dengan cara menaburkan pupuk dalam piringan yang dibuat melingkar di sekitar tanaman. Piringan tersebut dibuat dengan cara membersihkan rumput yanga ada di sekitar tanaman dengan jari-jari piringan 2 meter. Pemupukan dilakukan pada larikan yang dibuat dalam piringan dengan jarak 12 m dari pohon kelapa sawit. Dua cara aplikasi yang umum dilakukan di perkebunan kelapa sawit adalah dengan cara tabur dan cara pocket benam. Cara benam hanya digunakan untuk menghindari kehilangan hara akibat pencucian pada areal berbukit atau areal yang sering dilalui aliran air hujan. Aplikasi yang kurang tepat dapat membuat efektivitas pupuk dapat berkurang. Tabel 13. Uji Sidik Ragam Variabel Dosis Pemupukan Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F Sig Paket pemupukan 75.092 3 25.031 1.690 0.187 Galat 503.444 34 14.807 Total 578.535 37 Dari Tabel 13 dapat di lihat bahwa variabel dosis pemupukan, tidak berpengaruh secara nyata dengan produktivitas kelapa sawit karena nilai signifikan yang diperoleh 0,05 Sig=0,187. Hal ini disebabkan karena produktivitas dipengaruhi oleh banyak variabel, antara lain pengendalian gulma, manajemen pengelolaan, pengendalian hama dan penyakit dan lain-lain yang dalam penelitian ini tidak diinvestigasi.

5.5 Analisis Hubungan antara Biaya Pemupukan dengan Produktivitas

Kelapa Sawit Dari 38 blok kemudian di kategorikan blok-blok yang termasuk kedalam pemupukan 1, pemupukan 2, pemupukan 3 dan pemupukan 4. Kategori ini didasarkan pada jumlah dosis pemupukan yang paling sedikit diberikan hingga jumlah dosis pemupukan yang paling banyak diberikan. Tabel 14. Kategori Pemupukan Kategori Jenis Pupuk KgPohon Urea Dolomit NPK Kalphos Pemupukan 1 1,562 2,846 2,004 2,374 Pemupukan 2 2,635 2,436 2,871 3,791 Pemupukan 3 2,571 2,286 2,990 4,010 Pemupukan 4 3,096 4,215 6,304 4,752 Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa kategori pemupukan 1 merupakan dosis pemupukan yang paling sedikit diberikan, sedangkan kategori pemupukan 4 merupakan dosis pemupukan yang paling banyak diberikan di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang. Kategori pemupukan ini digunakan sebagai analisis antara biaya untuk pemupukan kelapa sawit dengan produktivitas yang dihasilkan berdasarkan pemupukan yang diberikan. Gambar 16. Grafik Hubungan Pemupukan Terhadap Produktivitas Kelapa Sawit Hasil analisis Gambar 16, nilai rataan produktivitas yang paling tinggi terdapat pada kategori pemupukan 3 sebesar 21,91 TonTBSTahun, sedangkan nilai rataan produktivitas terendah terdapat pada kategori pemupukan 1 sebesar 17,42 TonTBSTahun. Nilai maksimum produktivitas dari 38 blok yang diberikan terdapat pada kategori pemupukan 2 31,99 TonTBSTahun, sedangkan nilai minimum produktivitas dikategori pemupukan 4 sebesar 10,95 TonTBSTahun. Dari Gambar 16, diketahui juga dengan biaya untuk pemupukan yang tinggi belum tentu akan menghasilkan laba yang maksimal. Hal ini dikarenakan, biaya untuk pengelolaan tidak hanya dilihat dari pemupukan saja. Biaya 40 juga harus diperhitungkan seperti transportasi, pemberantasan hama dan penyakit, pengendalian gulma, upah dan gaji karyawan dan lain-lain.

Dokumen yang terkait

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri Kelapa Sawit Pt Perkebunan Nusantara Iv (Studi Kasus : Pks Kebun Ptpn Iv Kecamatan Sosa)

19 129 107

Analisis Efisiensi Produksi Tanaman Teh (Studi Kasus : PT Pekebunan Nusantara IV Sidamanaik Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun)

13 116 61

Sistem Informasi Pengolahan Karet Remah (Crumb Rubber)(Studi Kasus pada Pabrik Pengolahan Crumb Rubber PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Keliling): Information System of Crumb Rubber Processing [Case Study at PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Keliling

3 111 6

Aspek Hukum Perjanjian Pemborongan Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Antara UD. Rap Maruli Dengan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Gunung Bayu (Persero) (Studi: UD. Rap Maruli Dan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Bayu Persero)

1 62 92

Strategi Pengembangan Bisnis Kelapa Sawit (Studi Kasus pada Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara VIII, Propinsi Banten)

0 13 303

Pengmbangan Sistem Informasi Geografis untuk Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit

1 11 9

Analisis Potensi Ketersediaan Air di Perkebunan Kelapa Sawit menggunakan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, Bogor)

0 6 77

Komponen Neraca Air Tanaman Kelapa Sawit di PTPN VIII, Cimulang, Bogor

1 12 32

Pemanfaatan Citra Alos Avnir-2 Untuk Interpretasi Tanaman Kelapa Sawit Pada Berbagai Umur (Studi Kasus PTPN VIII Cimulang, Kabupaten Bogor).

0 5 47

Karakteristik Fisik Dan Laju Infiltrasi Tanah Pada Blok Kebun Kelapa Sawit (Studi Kasus: Ptpn Viii Cimulang Bogor).

0 7 43