b. Faktor Edafik
Tanah
Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, organosol, dan aluvial. Sifat-sifat
fisika dan kimia tanah yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan kelapa sawit secara optimal adalah sebagai berikut:
1. Solum cukup dalam 80cm dan tidak berbatu agar perkembangan akar
tidak terganggu. 2.
Tekstur ringan dan yang terbaik memiliki pasir 20-60, debu 10-40, dan liat 20-50.
3. Struktur tanah baik, konsistensi gembur sampai agak teguh, dan
permeabilitas sedang. 4.
Drainase baik dan permukaan air tanah cukup dalam. Tanah yang berdrainase jelek dengan permukaan air tanah yang dangkal sebaiknya
dihindari. Tanah yang berdrainase jelek sebaiknya diberi saluran drainase. 5.
Reaksi tanah pH 4,0-6,0 dan pH optimal 5,0-5,5. Tanah yang ber-pH rendah seperti tanah gambutorganosol sebaiknya dilakukan pengapuran.
6. Tanah yang memiliki kandungan hara cukup tinggi Setyamidjaja, 2006.
2.1.4 Pemelihara Kelapa Sawit
a. Pengendalian Gulma
Gulma di perkebunan kelapa sawit harus dikendalikan supaya secara ekonomi tidak berpengaruh secara nyata terhadap hasil produksi. Adanya gulma
di perkebunan kelapa sawit akan sangat merugikan. Alasannya, gulma mengganggu dan menghambat jalan para pekerja, gulma menjadi pesaing tanaman
kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit yang menyerang tanaman kelapa
sawit. Jenis-jenis gulma di perkebunan kelapa sawit adalah krisan, Mikania
scandes, eupathorium babandotan, melastoma harendong, pakis kawat, pakis gajah, keladi dan alang-alang. Selain menggunakan herbisida, pengendalian
gulma bisa dilakukan dengan cara manual memakai cangkul dan garpu.
b. Pengendalian Hama dan Penyakit
Menurut Pahan 2008, pengendalian hama dan penyakit tanaman pada hakikatnya merupakan upaya untuk mengendalikan suatu kehidupan. Upaya
mendeteksi hama dan penyakit pada waktu yang lebih dini mutlak harus dilaksanakan. Selain akan memudahkan tindakan pencegahan dan pengendalian,
keuntungan deteksi dini juga bertujuan agar tidak terjadi ledakan serangan yang tak terkendali atau terduga.
Hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit diantaranya kumbang tanduk, ulat api, ulat kantong, tikus, rayap, Adoretus, dan Apogonia,
serta babi hutan. Penyakit utama kelapa sawit adalah penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit, penyakit antraknosa dan bercak daun. Konsep yang
digunakan dalam pengendalian hama, penyakit, dan gulma di perkebunan kelapa sawit adalah Pengendalian Hama Terpadu PHT Integrated Pest Management
IPM PPKS, 2006.
Berbagai cara yang dilakukan dalam PHT diantaranya adalah: 1.
Hama ulat Tasea asigna, Stora nitens, dan Darnarima sp. dikendalikan dengan menyemprotkan Dipterex atau Bayrusil.
2. Hama kumbang Apogania sp. dan Oryctes rhinoceros dikendalikan
dengan menyemprotkan larutan Azodrin yang bersifat sistemik. 3.
Hama tikus dikendalikan dengan racun Tomorin, Warfarin, atau Racumin. Penyakit pada tanaman kelapa sawit hingga saat ini, belum ditemukan cara
pemberantasan yang efektif, sehingga hanya dapat dilakukan pembatasan penyebaran penyakit. Caranya, menebang tanaman kelapa sawit yang terserang
penyakit ini, pangkal batang dan sisa-sisa akar dibakar di tempat tersebut Sastrosayono, 2003.
c. Pemupukan
Kemampuan lahan dalam penyediaan unsur hara secara terus-menerus bagi pertumbuan dan perkembangan tanaman kelapa sawit yang berumur panjang
sangatlah terbatas. Keterbatasan daya dukung lahan dalam penyediaan hara ini harus diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan. Manfaat
pemupukan memberikan kontribusi yang sangat luas dalam meningkatkan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan.