Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan

Analisis kenampakan perkebunan kelapa sawit menggunakan SIG dan Remote Sensing ini diperlukan untuk menganalisis kenampakan perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang melalui citra satelit. Perkebunan kelapa sawit juga merupakan salah satu industri yang berkaitan sangat erat dengan lahan atau faktor geografis, maka banyak hal yang dapat terbantu dengan memanfaatkan SIG ini. Kelapa sawit dalam pertumbuhannya akan mengalami perubahan fisik sehingga dapat dipantau dengan data dari citra satelit, yaitu dengan mengamati umur tanaman menggunakan citra satelit dengan melihat tekstur, warna, dan pola yang ada pada Citra ALOS AVNIR-2. Berikut merupakan gambaran PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, Bogor yang dipotong dari Citra ALOS AVNIR-2 dengan berbagai macam skala untuk melihat kenampakan warna, tekstur, dan pola sebagai dasar identifikasi umur tanam kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Gambar 9. A B C Gambar 9. A. Perkebunan Nusantara VIII, Cimulang; B. Blok kebun dengan tahun tanam kelapa sawit yang lebih tua; C. Blok kebun dengan tahun tanam kelapa sawit yang lebih muda. Tabel 9. Kunci Interpretasi Kelapa Sawit pada Citra ALOS AVNIR-2 Berdasarkan hasil interpretasi pada Tabel 9 teridentifikasinya perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang pada Citra ALOS AVNIR-2 adalah berdasarkan pada kunci interpretasi tekstur, warna, dan pola. Hal ini terlihat dari warna hijau tanaman kelapa sawit dan tekstur yang cenderung kasar akibat tajuk tanaman kelapa sawit dan penanaman kelapa sawit yang ditanam dengan pola yang sama. Perkebunan ini memiliki berbagai macam umur tanam kelapa sawit, hal ini diketahui dari perbedaan warna hijau pada kenampakan citra. Tekstur dan warna pada citra untuk tanaman kelapa sawit yang tahun tanamnya lebih tua adalah cenderung lebih kasar dan memiliki warna hijau tua. Hal ini dikarenakan tajuk tanaman kelapa sawit telah berkembang lanjut dan memiliki luas daun yang lebih besar dari tanaman kelapa sawit yang lebih muda Gambar 9B. Mayoritas tanaman kelapa sawit dengan tahun tanam yang lebih tua terlihat mendominasi di sebelah barat dari perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang. Bagian tengah dan timur perkebunan kelapa sawit ini warna hijau tua tidak mendominasi karena terdapat berbagai macam tahun tanam kelapa sawit. Warna hijau yang lebih muda dari kenampakan citra di sebelah timur diidentifikasi tanaman kelapa sawit yang tahun tanamnya lebih muda Gambar 9C. Menurut Sitoms 2004 umur tanaman kelapa sawit dapat diteliti dengan menggunakan penginderaan jauh karena tanaman kelapa sawit memiliki pola penanaman yang teratur, yaitu pengelompokan penanaman dalam setiap blok secara teratur berdasarkan tahun tanam yang sama. Kunci Interpretasi Kelapa Sawit Ciri Kenampakan Kelapa Sawit Tahun Tanam yang Lebih Tua Kelapa Sawit Tahun Tanam yang Lebih Muda Tekstur Kasar Halus Warna Hijau tua Hijau muda Pola Teratur Teratur Pola penanaman kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang adalah berdasarkan blok dengan tahun tanam kelapa sawit yang sama. Sehingga kenampakan pola kelapa sawit pada citra ALOS AVNIR-2 adalah pola tanaman yang teratur. Infrastruktur jalan di kawasan perkebunan ini sudah cukup baik, hal ini terlihat dengan adanya garis-garis lurus teratur yang ada pada citra. Garis ini diidentifikasi sebagai jalan utama dan jalan setapak. Jalan-jalan ini dapat memudahkan dalam proses penggangkutan hasil panen kelapa sawit. Gambar 10. Hasil Interpretasi Citra ALOS AVNIR-2 Tahun tanam kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang dibedakan menjadi empat tahun tanam kelapa sawit, yaitu tahun tanam 2002, tahun tanam 2003, tahun tanam 2004, dan tahun tanam 2005. Tanaman kelapa sawit yang paling muda dengan tahun tanam 2005 mendominasi di sebelah timur perkebunan ini. Keempat tahun tanam ini tersebar kedalam 38 blok kebun, dengan 130-134 pohon kelapa sawit dalam satu blok kebun. Tahun tanam 2002 merupakan tahun tanam yang paling tua sedangkan tahun tanam 2005 merupakan tahun tanam yang paling muda pada PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Gambar 10. Hasil interpretasi antara Citra ALOS AVNIR-2 dengan peta tahun tanam kelapa sawit dapat membantu dalam identifikasi umur tanam kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, karena terdapat beberapa blok kebun yang tidak dapat diidentifikasi langsung dengan hanya melihat citra ALOS AVNIR-2. Hal ini terlihat pada tahun tanam 2002, 2003, 2004, dan 2005 yang terletak dengan blok kebun yang berdekatan sehingga menyulitkan dalam identifikasi umur tanam kelapa sawit. Hal ini disebabkan, kenampakan kelapa sawit di citra yang memiliki warna dan tekstur kenampakan yang hampir sama, karena umur tanam kelapa sawit yang tidak berbeda jauh. Kenampakan ini terlihat dibagian tengah lokasi perkebunan kelapa sawit yang dalam satu wilayah memiliki blok- blok kebun dengan tahun tanam 2003, 2004, dan 2005 yang letaknya berdekatan. Kelapa sawit dengan tahun tanam 2002 dan 2005 dapat diidentifikasikan secara langsung tanpa menggunakan hasil interpretasi antara peta tahun tanam dengan Citra ALOS AVNIR-2 karena perbedaan warna, tekstur, dan pola yang lebih berbeda yang disebabkan perbedaan tahun tanam yang cukup jauh. Selain itu, letak blok kebun dengan tahun tanam 2002 hanya terletak di bagian barat perkebunan sehingga bisa langsung dapat diidentifikasi. Penggunaan Remote Sensing yang memanfaatkan foto udara dari satelit, juga dapat memberikan gambaran tentang kondisi tanaman pada suatu saat, sehingga dapat digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman kelapa sawit. Pada kebun tanaman kelapa sawit, penggunaan foto udara akan memungkinkan melihat satu per satu tegakan pohon, sehingga jumlah tanaman yang masih memerlukan pemupukan, akan dapat terhitung nyata. Total luas perkebunan PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang adalah 1.004,33 hektar. PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang terbagi menjadi 38 blok penanaman dimana 2 bloknya mulai ditanam sawit pada tahun 2002 55.54 ha, 13 blok ditanami pada 2003 312,1 ha, 13 blok ditanami pada 2004 369,13 ha dan 10 blok ditanami pada 2005 267,56 ha.

5.2 Hubungan antara Lereng dengan Produktivitas Kelapa Sawit

Menurut Hartanto 2011 bentuk wilayah merupakan faktor penentu produktivitas yang akan mempengaruhi kemudahan panen, pengawetan tanah dan air, pembuatan jaringan jalan, serta efektivitas pemupukan. Bentuk wilayah yang cocok untuk kelapa sawit adalah bentuk wilayah datar sampai berombak. Untuk wilayah bergelombang sampai berbukit kelapa sawit masih dapat tumbuh dengan pengelolaan tertentu seperti pembuatan teras. PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang berada pada wilayah dengan topografi kemiringan lereng 0-40. Kemiringan lereng ini dibagi menjadi empat kelas lereng yaitu datar 0-8 , berombak 8-15, bergelombang 15-25, dan berbukit 25-40. Gambar 11. Peta Lereng dan Produktivitas Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Berdasarkan hasil analisis secara spasial Gambar 11, dari 38 blok kebun terlihat produktivitas yang paling tinggi terdapat pada daerah datar 31,99 TonTBSTahun. Produktivitas yang paling rendah terdapat pada daerah bergelombang 10,95 TonTBSTahun. Dari hasil interpretasi diketahui bahwa pola produktivitas kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang adalah tidak memiliki pola sesuai dengan bentuk wilayahnya. Hal ini terlihat dari adanya produktivitas kelapa sawit yang rendah untuk wilayah datar 31,99-16,89 TonTBStahun. Bentuk wilayah di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang yang bergelombang dengan produktivitas yang sedang sampai paling rendah 24,85-10,95 TonTBStahun. Selain itu, bentuk wilayah berbukit yang mayoritas terletak di sebelah timur kebun kelapa sawit memiliki produktivitas yang sedang sampai rendah 22,4-13,03 TonTBStahun. Kemiringan lereng tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, karena pengelolaan bentuk wilayah sudah dilakukan dengan berbagai tindakan konservasi. Tindakan konservasi ini berkaitan dengan bentuk topografi areal yang berombak sampai bergelombang dan bergelombang sampai berbukit, selain itu sifat fisik tanah yang mudah tererosi labil dan kondisi curah hujan yang tinggi di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang sehingga tindakan konservasi mutlak untuk dilakukan. Tindakan konservasi yang dilakukan antara lain dengan pembangunan tapak kuda untuk areal dengan kemiringan lereng 16-25 dan pembangunan teras kontur pada areal dengan kemiringan lereng 26-40. Untuk kebun yang mempunyai areal pada bagian-bagian tertentu dengan topografi yang berbukit memerlukan bangunan tapak kuda maupun teras kontur secara selektif. Pembangunan tapak kuda dan teras kontur tersebut dilakukan pada saat persiapan lahan dan sesuai dengan standar. Bangunan konservasi di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang juga dapat mempermudah pada saat pemanenan dan pemeliharaan tanaman. Bentuk wilayah erat hubungannya dengan besar kecilnya erosi, semakin besar kemiringan lereng mengakibatkan laju erosi semakin besar juga. Hal ini mengakibatkan hilangnya unsur hara terutama pada lapisan atas dari lereng bagian atas, dan terakumulasi pada lereng yang lebih bawah. Di wilayah bergelombang sampai berbukit kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik melalui upaya pengelolaan tertentu seperti pembuatan teras. Pada daerah dengan kemiringan lereng besar 40 sebaiknya tidak diusahakan untuk perkebunan kelapa sawit, karena pada saat pemanenan akan menimbulkan permasalahan, yaitu sukarnya pemanenan dan hasil panen akan mengalami kerusakan Gustiar, 1999.

Dokumen yang terkait

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri Kelapa Sawit Pt Perkebunan Nusantara Iv (Studi Kasus : Pks Kebun Ptpn Iv Kecamatan Sosa)

19 129 107

Analisis Efisiensi Produksi Tanaman Teh (Studi Kasus : PT Pekebunan Nusantara IV Sidamanaik Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun)

13 116 61

Sistem Informasi Pengolahan Karet Remah (Crumb Rubber)(Studi Kasus pada Pabrik Pengolahan Crumb Rubber PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Keliling): Information System of Crumb Rubber Processing [Case Study at PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Keliling

3 111 6

Aspek Hukum Perjanjian Pemborongan Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Antara UD. Rap Maruli Dengan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Gunung Bayu (Persero) (Studi: UD. Rap Maruli Dan PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Kebun Bayu Persero)

1 62 92

Strategi Pengembangan Bisnis Kelapa Sawit (Studi Kasus pada Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara VIII, Propinsi Banten)

0 13 303

Pengmbangan Sistem Informasi Geografis untuk Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit

1 11 9

Analisis Potensi Ketersediaan Air di Perkebunan Kelapa Sawit menggunakan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, Bogor)

0 6 77

Komponen Neraca Air Tanaman Kelapa Sawit di PTPN VIII, Cimulang, Bogor

1 12 32

Pemanfaatan Citra Alos Avnir-2 Untuk Interpretasi Tanaman Kelapa Sawit Pada Berbagai Umur (Studi Kasus PTPN VIII Cimulang, Kabupaten Bogor).

0 5 47

Karakteristik Fisik Dan Laju Infiltrasi Tanah Pada Blok Kebun Kelapa Sawit (Studi Kasus: Ptpn Viii Cimulang Bogor).

0 7 43