a. Return On Asset ROA
ROA merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak yang diperoleh perusahaan terhadap total asset yang dimiliki. ROA merefleksikan seberapa
banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas sumber daya keuangan yang ditanamkan oleh perusahaan, Rasio ini sering digunakan manajemen untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan dan menilai kinerja operasional dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan, disamping perlu
mempertimbangkan masalah pembiayaan terhadap aset tersebut. Nilai ROA yang semakin mendekati 1 , berarti semakin baik profitabilitas perusahaan karena setiap
aktiva yang ada dapat menghasilkan laba. Dengan kata lain semakin tinggi nilai ROA maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan tesebut.
Gambar 7. Grafik Perkembangan dan Proyeksi Tren Return On Asset PT PLN Persero periode tahun 2006-2010
Gambar 7 menjelaskan mengenai nilai ROA perusahaan pada periode 2006-2010. Pada tahun 2006 ke 2008 ROA terus mengalami penurunan kemudian
pada tahun 2008 ke 2009 mengalami kenaikan dan mencapai puncaknya di tahun
Tahun R
O A
2010 2009
2008 2007
2006 4
3 2
1
-1 -2
-3 -4
-5
Accuracy Measures MAPE
165,972 MAD
1,063 MSD
2,104 Variable
Forecasts Actual
Fits
Trend Analysis Plot for ROA
Linear Trend Model Yt = -1.96174 + 0.220964t
2009. Pada tahun 2010 mengalami penurunan lagi namun masih di angka positif seperti pada tahun 2009.
Tabel 15. Return on AssetROA PT PLN Persero Tahun 2006-2010
Tahun laba bersih
sebelum pajak dalam jutaan
rupiah total asset
dalam jutaan rupiah
ROA perubahan
laba bersih sebelum
pajak perubahan
total asset
perubahan ROA
2005 2.174.559
220.842.735 -0,98 -
- -
2006 1.085.335
247.917.818 -0,44 ↑ 50,09
↑ 12,26 ↑ 0,55
2007 3.098.066
273.479.935 -1,13 ↓185,45
↑ 10,31 ↓ 0,70
2008 12.191.168
290.718.943 -4,19 ↓293,51
↑ 6,30 ↓ 3,06
2009 12.203.347
333.713.076 3,66
↑ 100,10 ↑ 14,79
↑ 7,85 2010
11.399.860 369.560.490
3,08 ↓ 6,59
↑ 10,74 ↓ 0,57
Sumber : laporan keuangan diolah Pada tahun 2006 nilai ROA yang dicapai adalah -0,44 persen. Nilai ini di
didapat dari perbandingan rugi sebelum pajak sebesar Rp1.085,3 Milyar juta dengan jumlah aset sebesar Rp247.917,8 Milyar.
Pada tahun 2007 nilai ROA sebesar -1,13. Nilai ini mengalami penurunan sebesar 0,7 persen. Penurunan ini disebabkan karena menurunnya
jumlah laba sebelum pajak sebesar Rp2.012,7 Miliar dari rugi sebesar Rp1.085,3 Miliar menjadi rugi sebesar Rp3.098 Miliar, penurunan laba bersih ini disebabkan
oleh semakin negatifnya jumlah beban lain-lain Rp583,7 Miliar menjadi Rp5.634,8 Miliar selain itu peningkatan pada jumlah aktiva juga menyebabkan
nilai ROA berkurang. Pada tahun 2008 nilai aset sebesar Rp290.718,9 Miliar. Nilai ini
meningkat sebesar 6,30 persen. Peningkatan ini disebabkan meningkatnya jumlah aset lancar serta aset tidak lancar. Penurunan jumlah laba bersih diikuti dengan
meningkatnya jumlah aset menyebabkan nilai ROA menjadi turun. Jumlah Aset Perusahaan pada akhir tahun 2009 sebesar Rp 333.713 Miliar,
jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 14,79 dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 290.718,9 Miliar. Pada tahun 2009 Perusahaan telah
menerima subsidi bagi pelanggan sebesar Rp 53,72 triliun yang lebih berarti rendah 32 persen dibandingkan tahun 2008. Penurunan jumlah subsidi tidak
diiringi dengan penurunan EBIT. EBIT tahun 2009 sebesar Rp 12,20 triliun mengalami kenaikan sebesar 177,22 dibanding tahun 2008. Dengan EBIT
sebesar Rp 12,20 triliun dan EBIT margin sebesar 16,10 menggambarkan
bahwa PT PLN Persero telah mampu menghasilkan pendapatan.
Pada tahun 2010 nilai ROA sebesar 3,08 persen. Nilai ini mengalami sedikit penurunan sebesar 0,57 persen. Penurunan yang kurang dari 1 persen ini
disebabkan karena menurunnya laba bersih sebesar 6,59 persen. Standar yang digunakan dalam pengukuran rasio ROA biasanya
dibandingkan dengan tingkat suku bunga umum yang berlaku pada saat tahun analisis rasio dilakukan. Jika nilai rasio lebih besar dari tingkat suku bunga maka
akan lebih menarik bagi investor, sedangkan jika nilai rasio lebih kecil maka investor lebih akan menanamkan modalnya kepada bank.
Berdasarkan data Bank Indonsia tingkat suku bunga rata-rata pada tahun 2006 hingga 2010 adalah sebesar 8,55 Persen. Melihat hasil analisis rasio ROA
pada tahun 2006 hingga 2011 yang terlihat pada tabel. Nilai rata-rata rasio yang diperoleh PLN berada jauh dibawah tingkat suku bunga Bank indonesia, maka
nilai tersebut berada dibawah tingkat suku bunga. Sehingga dapat disimpulkan perusahaan belum memiliki nilai pengembalian yang cukup menarik bagi
investor. Masalah dalam pencapaian kemampuan dalam menghasilkan laba dengan
Return on Operating Assets before Corporate Tax ROA disebabkan adanya kecenderungan Penolakan terhadap Kenaikan Tarif Dasar Listrik TDL. TDL
tidak pernah mengalami penyesuaian sejak tahun 2003. Sesuai dengan undang- undang yang menyatakan bahwa tarif dasar listrik TDL harus ditetapkan melalui
Keputusan Presiden maka Perusahaan tidak memiliki keleluasaan dan kewenangan untuk menetapkan tarif dasar listrik sesuai dengan beban operasi
perusahaan yang mengikuti dinamika harga pasar terutama untuk pengadaan energi primer. Dalam hal fluktuasi harga pasar yang mengakibatkan peningkatan
beban operasi dan biaya investasi, sedangkan di sisi lain perusahaan tidak serta merta dapat menaikkan TDL dapat berakibat pada penurunan kemampuan
keuangan perusahaan. Untuk mencegah penurunan kemampuan keuangan yang lebih drastis maka Perusahan telah mengajukan usulan kenaikan tarif dasar listrik
kepada Pemerintah. Adapun upaya-upaya yang dilakukan PT PLN Persero untuk menanggulangi hal diatas diantaranya meminta subsidi kepada Pemerintah yang
disesuaikan dengan kenaikan beban operasi, meminta proteksi atau keberpihakan Pemerintah berupa perbaikan regulasi untuk harga pembelian energi primer yang
dilakukan oleh perusahaan untuk kepentingan pembangkit listrik seperti batubara, gas, dan BBM dan melakukan diversifikasi energi atau komposisi energi untuk
pembangkit-pembangkit milik PT PLN Persero dan perluasan jaringan transmisi sehingga dapat menurunkan biaya pokok penyediaan tenaga listrik BPP listrik.
Walaupun perlu dicatat, program ini memerlukan dana yang tidak sedikit. Proyeksi trend Rasio Return On Asset PT PLN untuk empat 4 periode ke
depan disajikan pada Tabel 11.
Tabel 16. Hasil Proyeksi Trend Rasio ROA PT PLN Persero
Tahun Periode
Peramalan
2011 Periode 3 Bulan yang berakhir 31 Maret
2,53 Periode 6 Bulan yang berakhir 30 Juni
2,72 Periode 9 Bulan yang berakhir 30 September
2,92 Tahun yang berakhir pada 31 Desember
3,11 Kecenderungan pada proyeksi trend ROA pada empat 4 periode ke depan adalah
meningkat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan laba sesuai dengan proyeksi trend, peningkatan ROA tersebut harus tetap dijaga dengan mengawasi nilai pada
rata-rata total aset yang diimbangi terhadap perolehan laba sebelum pajak PT PLN
Persero. 4.16
Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh dari manajemen piutang terhadap likuiditas dan profitabilitas digunakan analisis regresi linear berganda.
Perhitungan data dilakukan dengan SPSS windows versi 16.00. Model regresi berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi
asumsi-asumsi klasik. Berikut ini merupakan pengujian hipotesis antara variabel Kinerja Piutang dengan Rasio Likuiditas dan Rasio Profitabilitas.
a. Uji Normalitas