Kecenderungan pada proyeksi trend rasio kas pada empat 4 periode ke depan adalah menurun. Namun penurun yang terjadi tidak terlalu signifikan
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Tabel 11. Laporan Penyesuaian Arus Kas PT PLN Persero Periode 2006- 2010
Uraian Tahun
2006 2007
2008 2009
2010 Penyesuaian Aktivitas
Operasi 6838882
16890143 7780481
5898187 22969258
Penyesuaian Aktivitas Investasi
-5285440 -
20759837 -
21952056 -
30566969 -
30720965
Penyesuaian Aktivitas pendanaan
7998939 7192056
4268420 31324351
14425309
Kenaikan Bersih Kas dan Setara Kas
9552381 3322362
-9903155 6655569
6673602 KAS SETARA KAS
AWAL TAHUN 5361749
12968420 16290782
6387627 13043196
rekening dibatasi penggunaannya
-1945710
KAS SETARA KAS AKHIR TAHUN
12968420 16290782
6387627 13043196
19716798
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT PLN Persero dan Anak Perusahaan Dalam Jutaan Rupiah
4.15 Analisis Profitabilitas
Rasio Profitabilitas perusahaan dinyatakan dalam Return on EquityROE perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total ekuitas dan Return on
AssetROA perbandingan antara laba bersih sebelum pajak dengan total harta. Ringkasan perkembangan rasio profitabilitas selama periode 2006-2010 dapat
dilihat pada tabel dan grafik berikut :
Tabel 12. Analisis Profitabilitas PT PLN Persero Periode Tahun 2006-2010
KOMPONEN 2006
2007 2008
2009 2010
Rata-Rata ROE
-2,90 -4,14
-9,69 7,33
6,74 -1,24
ROA -0,44
-1,13 -4,19
3,66 3,08
0,00 Rasio Profitabilitas
-1,67 -2,64
-6,94 5,50
4,91 -0,62
Sumber : laporan keuangan diolah
a. Return On Equity ROE
ROE menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengalokasikan laba bagi para pemegang saham atas modal yang telah ditanamkan oleh para pemegang
saham tersebut. Rasio ini menunjukkan kemampuan modal pemilik yang ditanamkan oleh investor untuk menghasilkan laba bersih yang menjadi bagian
dari pemilik. Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi keuntungan para investor karena semakin efisien modal yang ditanamkannya dalam perusahaan tersebut.
Tahun R
O E
2010 2009
2008 2007
2006 15
10 5
-5 -10
A ccuracy Measures MA PE
92,8737 MA D
2,1197 MSD
8,2967 Variable
Forecasts A ctual
Fits
Trend Analysis Plot for ROE
Quadratic Trend Model Yt = -0.800008 - 0.644635t + 0.0549537t2
Gambar 6. Grafik Perkembangan dan Proyeksi Tren Return On Equity PT PLN Persero periode tahun 2006-2010
Tabel 13. Analisis Return on EquityROE PT PLN Persero Tahun 2006-
2010
Tahun laba bersih
dalam jutaan rupiah
total ekuitas dalam jutaan
rupiah ROE
perubahan laba bersih
perubahan ekuitas
perubahan ROE
2005 4.920.595
139.753.678 -3,52
- -
- 2006
4.057.843 139.837.946
-2,90 ↑ 17,53
↑ 0,06 ↑ 0,62
2007 5.645.107 136.412.740
-4,14 ↓ 39,12
↓ 2,45 ↓ 1,24
2008 12.303.716 126.986.567
-9,69 ↓ 117,95
↓ 6,91 ↓ 5,55
2009 10.355.679
141.196.085 7,33
↑ 184,17 ↑ 11,19 ↑ 17,02 2010
10.086.686 149.585.568
6,74 ↓ 2,6
↑ 5,94 ↓ 0,59
Sumber : laporan keuangan diolah Berdasarkan tabel 13 analisis Return On Equity ROE, dapat dilihat
bahwa tingkat ROE dari PT PLN Persero sejak tahun 2006 hingga 2010 mengalami perubahan yang cukup fluktuatif. Pada tahun 2006, ROE PT PLN
Persero mengalami sedikit kenaikan dari tahun sebelumnya. Hal ini diakibatkan karena adanya peningkatan pada laba bersih perseroan, yaitu sebesar 17,53. Hal
tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan ROE sebesar 0,62 dari tahun 2005.
Pada tahun 2008 terjadi peningkatan pada jumlah pelanggan dan penjualan serta adanya realisasi subsidi pemerintah pada triwulan III tahun 2008 yang
jumlahnya dua kali lipat lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya yang merupakan kompensasi atas penugasan kepada PT PLN Persero untuk
melaksanakan kewajiban layanan masyarakat Public Sercive Obligation PSO mengacu pada UU No. 19 Tahun 2003 sebesar Rp 78,6 trilyun, cukup
meyakinkan Perusahaan dalam menjalankan roda usaha. Besarnya realisasi
subsidi tersebut lebih rendah dari yang ditargetkan sebesar Rp 86,0 trilyun, sebagai akibat dari turunnya harga BBM dan hasil kontribusi Perusahaan dalam
menekan biaya usaha melalui program penekanan susut, Gasifikasi PLTGU Muara Tawar, MFO
–nisasi dan peningkatan pendapatan melalui penerapan tarif nonsubsidi untuk daya lebih besar dari 6.600 VA.
Program penekanan biaya usaha tersebut telah memberikan kontribusi setara Rp 4,6 trilyun yang terdiri dari
program MFO-nisasi setara Rp 0,5 trilyun, program percepatan gasifikasi setara Rp 1,2 trilyun dan program penekanan susut jaringan setara Rp 0,9 trilyun serta
penerapan tarif non subsidi ≥ 6.600 VA sebesar Rp1,98 trilyun. Pertumbuhan penjualan tenaga listrik dan subsidi pemerintah yang telah
disebutkan sebelumnya menyebabkan perusahaan mendapatkan Laba Operasi sebesar Rp 3,6 trilyun atau 42,34 lebih tinggi dibanding tahun 2007. Namun
demikian, akibat dari adanya rugi selisih kurs non cash sebesar Rp 9,3 trilyun, menyebabkan jumlah perusahaan mengalami rugi bersih sebesar Rp 12,3 trilyun.
Jumlah Ekuitas pada akhir tahun 2008 adalah sebesar Rp 126.986.567 juta. Jumlah tersebut menurun sebesar 6,9 dari tahun sebelumnya, yaitu Rp
136.412.740 juta. Penurunan tersebut terutama disebabkan kerugian dalam periode berjalan. Hal ini tentu saja mempengaruhi ROE.
Tingkat ROE tertinggi dan mencapai angka positif hanya terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 7,33, sedangkan yang terendahnya terjadi pada tahun 2008,
yaitu sebesar -9,69. Perubahan yang signifikan ini terjadi pada triwulan I tahun 2009 dan terus mengalami kenaikan pada triwulan II, III dan IV di tahun yang
sama. Kenaikan ROE tertinggi terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 7,33 dari -
9,69 di tahun 2008 atau mengalami kenaikan sebesar 17,02. Hal ini diakibatkan karena terjadinya peningkatan ekuitas terutama pada peningkatan
saldo laba pada triwulan I dan tambahan modal disetor pada triwulan II, hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan laba bersih pada triwulan IV yaitu sebesar
184,17 persen dari perusahaan mengalami rugi sebesar Rp12.303,7 Miliar di tahun 2008 menjadi menghasilkan laba bersih sebesar Rp10.355,7 Miliar di tahun
2009. Kenaikan yang cukup signifikan tersebut disebabkan oleh keberhasilan perusahaan dalam menekan biaya usaha menjadi sebesar Rp 138,28 miliar yang
lebih rendah 16 persen dibanding tahun 2008 meskipun disertai dengan penurunan pendapatan usaha sebagai akibat dari penurunan subsidi listrik pemerintah.
Nilai negatif ROE yang terjadi pada periode sebelum triwulan I tahun 2009 terutama disebabkan oleh timbulnya kerugian perusahaan sehubungan dengan
meningkatnya rugi selisih kurs. Perusahaan telah berhasil memperoleh laba bersih tahun 2010 sebesar Rp10,086 triliun mendekati laba bersih pada tahun 2009. Hal
ini ditopang oleh pertumbuhan pendapatan tenaga listrik sebesar 14,2 pada tahun 2009 hanya sebesar 4,31 yang menghasilkan total pendapatan sebesar
Rp162,3 triliun sedang total biaya sebesar Rp149,1T pada tahun 2009 sebesar Rp135,2 triliun.
Proyeksi trend Rasio Return On Equity PT PLN untuk empat 4 periode ke depan disajikan pada Tabel 11.
Tabel 14. Hasil Proyeksi Trend Rasio ROE PT PLN Persero
Tahun Periode
Peramalan
2011 Periode 3 Bulan yang berakhir 31 Maret
10,12 Periode 6 Bulan yang berakhir 30 Juni
11, 92 Periode 9 Bulan yang berakhir 30 September
13, 84 Tahun yang berakhir pada 31 Desember
15,89 Kecenderungan pada proyeksi trend ROE pada empat 4 periode ke depan adalah
meningkat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan laba sesuai dengan proyeksi trend, peningkatan ROE tersebut harus tetap dijaga dengan mengawasi nilai pada
rata-rata total ekuitas yang diimbangi terhadap perolehan laba setelah pajak PT PLN Persero.
a. Return On Asset ROA