Rasio Perputaran Piutang HASIL DAN PEMBAHASAN

rasio maka modal kerja yang ditawarkan dalam piutang rendah, sebaliknya jika rasio ini semakin rendah berarti terjadi over investment yang dapat mengakibatkan piutang semakin tinggi artinya perusahaan tidak efektif dalam melakukan penagihan. Ketidakefektifan dalam melakukan penagihan akan berpengaruh terhadap periode penagihan rata-rata. Analisis yang sering digunakan untuk melakukan pemantauan adalah analisis rasio penagihan rata-rata. Rasio ini adalah salah satu alat analisis guna melihat keefektifan perusahaan dalam melakukan penagihan dari penjualan kredit yang dilakukan perusahaan. Rasio ini menunjukkan jangka waktu rata-rata yang harus ditunggu perusahaan setelah melakukan penjualan sebelum menerima kas. Semakin lama waktu yang dibutuhkan agar suatu piutang dapat tertagih maka semakin tinggi resiko kemungkinan piutang tersebut menjadi piutang tak tertagih. Rasio perputaran piutang berbanding terbalik dengan periode penagihannya. Apabila masa penagihannya rendah, maka rasio perputaran piutang mempunyai nilai yang tinggi. Begitupun juga sebaliknya. Adapun ringkasan penilaian kinerja piutang PT PLN selama 5 periode disajikan pada Tabel dibawah ini : Tabel 5. Penilaian Kinerja Piutang Tahun 2006-2010 PT PLN Persero Komponen 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-Rata Rasio Perputaran Piutang 32,34 30,57 41,02 37,72 36,95 35,72 Periode penagihan Rata-Rata 11,29 11,94 8,90 9,68 13,29 11,02 Sumber : laporan keuangan diolah

a. Rasio Perputaran Piutang

Berdasarkan perkembangan rasio perputaran piutang PT PLN Persero dari tahun 2006-2010 dalam setiap periode triwulan memiliki kecenderungan meningkat. Rasio perputaran piutang periode 2006-2010 berfluktuasi setiap tahunnya pada kisaran 35 kali. Pada tahun 2006 diperoleh perhitungan rasio rata- rata perputaran piutang pada pada triwulan IV tahun 2006 sebesar 32,34 kali. Hal ini berarti dalam tahun 2006 perusahaan melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak 32 kali. Peningkatan rasio perputaran piutang disebabkan oleh peningkatan pada akun penjualan tenaga listrik. Penjualan listrik meningkat 11,84 dari tahun 2005 menjadi Rp70.735,1 miliar di tahun 2006. Peningkatan penjualan yang terjadi diiringi dengan peningkatan piutang sebesar 26,06 menjadi Rp2.362,1 miliar. Gambar 2. Grafik Perkembangan dan Proyeksi Trend Rasio Perputaran Piutang PT PLN Persero periode tahun 2006-2010 Putaran piutang pada triwulan IV tahun 2007 merupakan angka rasio terkecil jika dibandingkan dengan triwulan IV periode 2006-2010, hal ini menunjukkan terjadi penurunan efisisensi penagihan pada tahun 2007. Meskipun penjualan listrik meningkat 7,85 persen dari tahun 2006 menjadi Rp76.286,2 miliar di tahun 2007, akan tetapi peningkatan penjualan yang terjadi pada tahun 2007 tidak diiringi dengan peningkatan piutang. Piutang usaha pada tahun 2007 turun sebesar 8,26 persen menjadi Rp2.166,1 miiliar, Akibatnya perputaran piutang mengalami penurunan menjadi 30,57 kali.. Pada triwulan IV berikutnya terjadi penurunan rasio perputaran dari 41,02 ditahun 2008 menjadi 37,72 kali di tahun 2009 dan 36,95 kali di tahun 2010. Penurunan ini disebabkan terjadinya kenaikan piutang yang diimbangi dengan kenaikan penjualan yang sepadan. Pada kuartal IV tahun 2008 PT PLN didera krisis, namun PLN selaku Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan PKUK tetap mampu bertahan dengan banyaknya pertambahan pelanggan mencapai 1.510.357 pelanggan sehingga jumlah pelanggan pada tahun 2008 meningkat menjadi 38.844.086 pelanggan atau 4,05 lebih besar dibandingkan dengan tahun 2007 yang sebesar 37.333.729 pelanggan. Pertambahan jumlah pelanggan tentu Tahun R a s io P e r p u t a r a n P iu t a n g k a li 2010 2009 2008 2007 2006 45 40 35 30 25 20 15 10 Accuracy Measures MAPE 51,368 MAD 8,749 MSD 106,246 Variable Forecasts Actual Fits Trend Analysis Plot for Rasio Perputaran Piutang kali Growth Curve Model Yt = 14.1576 1.02904t saja mengakibatkan terjadinya pertumbuhan penjualan energi listrik, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya penjualan energi listrik sebesar 6,41 yaitu dari 121,24 TWh di tahun 2007 menjadi sebesar 129,01 TWh di tahun 2008. Selanjutnya peningkatan penjualan tenaga listrik ini berpengaruh pada peningkatan rasio perputaran piutang pada triwulan IV tahun 2008. Tahun 2008 merupakan perjalanan yang penuh tantangan bagi PT PLN Persero, namun merupakan landasan yang kuat bagi perusahaan untuk menatap ke depan dengan penuh optimisme untuk menciptakan nilai maksimal bagi pemegang saham, investor dan pelanggan. Meskipun terus didera krisis, PLN selaku Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan PKUK tetap mampu bertahan dengan pertumbuhan penjualan energi listrik sebesar 6,4 dibanding tahun sebelumnya meskipun di tahun ini terjadi krisis global. Hal ini menyebabkan rasio perputaran piutang di tahun 2008 cenderung meningkat. Tahun 2009 juga merupakan tahun yang penuh tantangan bagi PT PLN Persero namun berkat usaha keras dan kerja cerdas seluruh jajaran manajemen, hasil yang didapat sangat menggembirakan. Tantangan utama tahun 2009 adalah kekurangan pasokan tenaga listrik di hampir seluruh wilayah Indonesia yang umumnya diakibatkan oleh keterlambatan penyelesaian proyek-proyek 10.000 MW dan IPP terkendala. Kekurangan pasokan ini mengakibatkan pemadaman di berbagai daerah dan penurunan tingkat pelayanan perusahaan kepada pelanggan. Berbagai upaya telah dilakukan perusahaan untuk mengatasi kekurangan pasokan tenaga listrik tersebut, misalnya melalui pengaturan jadwal pemeliharaan pembangkit, sewa pembangkit tambahan, pemanfaatan kelebihan pasokan listrik yang dimiliki masyarakat excess power, relokasi mesin pembangkit dan pelaksanaan demand side management. Lewat berbagai upaya tersebut, PLN telah berhasil untuk tetap memenuhi kebutuhan pertumbuhan permintaan tenaga listrik dengan mencapai tingkat penjualan tenaga listrik 4,31 lebih tinggi dari tahun 2008. Walaupun dalam pelaksanaan tugasnya PLN dihadapkan pada kendala- kendala seperti yang dijelaskan di atas namun PLN tetap dapat menjaga angka penjualan dan piutang usahanya sehingga penurunan rasio perputaran piutang tidak terlalu signifikan. Tantangan lain di tahun 2009 yang juga dihadapi adalah terbitnya UU Kelistrikan No. 30 tahun 2009 yang memposisikan PLN bukan lagi menjadi Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan seperti yang diatur dalam Undang- undang sebelumnya. Sesuai dengan UU.302009, sangat dimungkinkan pihak lain selain PLN untuk melaksanakan kegiatan usaha dalam bidang penyediaan tenaga listrik. Walaupun demikian, PLN masih tetap optimis bahwa prospek usaha di bidang ketenagalistrikan masih berpeluang luas untuk berkembang secara pesat mengingat rasio elektrifikasi perbandingan antara jumlah pelanggan listrik sektor rumah tangga terhadap total rumah tangga di Indonesia tahun 2009 baru mencapai 63,75 dan konsumsi listrik masih akan terus tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan penghasilan masyarakat. Tantangan-tantangan di tahun 2009 ini menyebabkan penurunan produksi yang akan berdampak terhadap penurunan penjualan dan berpengaruh terhadap penurunan rasio perputaran piutang dari tahun 2008 sebesar 8,05 menjadi 38 kali di tahun 2009. Program yang telah dicanangkan untuk menghadapi tahun 2010 adalah tetap berupaya untuk memenuhi kebutuhan akan daya listrik dengan membangun fasilitas tenaga listrik, melakukan pembelian tenaga listrik dari swasta, meningkatkan pelayanan, meningkatkan efisiensi serta mengurangi beban finansial perusahaan dan membuat orientasi perusahaan menjadi lebih komersial. Menghadapi masa yang akan datang, manajemen beserta seluruh jajarannya bertekad untuk meningkatkan kinerja operasional dan keuangan sehingga dapat mencapai puncak keemasan pada tahun 2012 sebagai perusahaan yang sehat, mandiri dan tumbuh berkembang. Pada Tahun 2010 terjadi penurunan yang tidak terlalu besar pada Rasio Perputaran Piutang. Rasio turun hanya 0,77 dari rasio ditahun sebelumnya. Dengan melihat hasil tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2006-2010 penagihan piutang kepada pelanggan cenderung stabil. Pada tahun 2010, ada dua aplikasi utama yang dibangun yaitu AP2T Aplikasi Pengawasan Piutang Terpusat dan P2APST Pengelolaan dan Pengawasan Arus Pendapatan Secara Terpusat. AP2T merupakan langkah nyata PLN dalam mereduksi banyaknya aplikasi pelayanan pelanggan yang ada di berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Dalam tahun 2010 ini diharapkan hanya AP2T satu-satunya aplikasi Tata Usaha Langganan di PLN. Melalui langkah ini, maka akan tercipta sentralisasi informasi dan standarisasi proses bisnis PT PLN. P2APST merupakan bentuk pemanfaatan teknologi dalam rangka mendukung kemudahan dan kenyamanan pelanggan prabayar. Pada intinya sistem ini melayani permintaan pelanggan yang akan membeli pulsa listrik. Sistem P2APST telah diaplikasikan melalui kerja sama dengan berbagai bank nasional maupun swasta di seluruh Indonesia, memanfaatkan seluruh jaringan ATM bank-bank tersebut. Pemusatan sistem P2APST juga mengharuskan dikumpulkannya Data Piutang Pelanggan DPP pada satu tempat, sehingga pihak Switching Company tidak perlu lagi mengakses DPP yang ada di Distribusi, melainkan akan langsung mengakses DPP pada data center pusat yang menampung DPP dari kelima area Distribusi. Dengan adanya program tersebut terjadi pengurangan pada jumlah piutang yang dikarenakan terjadi peralihan pelanggan yang menggunakan listrik prabayar, meskipun pengurangan tersebut belum terlalu signifikan karena pada tahun 2010 ini jumlah pelanggan yang menggunakan pembayaran prabayar baru mencapai 10 persen. Proyeksi trend Rasio Perputaran Piutang PT PLN untuk empat 4 periode ke depan disajikan pada Tabel 6 berikut : Tabel 6. Hasil Proyeksi Trend Rasio Perputaran Piutang Tahun Periode Peramalan 2011 Periode 3 Bulan yang berakhir 31 Maret 25,8257 kali Periode 6 Bulan yang berakhir 30 Juni 26,5756 kali Periode 9 Bulan yang berakhir 30 September 27,3473 kali Tahun yang berakhir pada 31 Desember 28,1414 kali Kecenderungan pada proyeksi trend Rasio Perputaran Piutang pada empat 4 periode ke depan adalah meningkat. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan listrik pra-bayar, dan konsumen beralih dari pemakaian listrik pasca bayar ke pemakaian listrik pra bayar. Sehingga akan mengurangi jumlah piutang yang akan berdampak pada semakin tingginya perputaran piutang yang terjadi.

b. Periode penagihan rata-rata

Dokumen yang terkait

Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia Periode 2010-2012)

4 75 120

Analisis Variansi tentang Pendapat Pelanggan Perusahaan Listrik Negara terhadap Inovasi Listrik Prabayar (Studi Kasus pada Masyarakat Kecamatan Medan Tuntungan)

2 55 51

(Studi Kolerasional Tentang Hubungan Gathering Perusahaan Gas Negara Medan dengan Keakraban Karyawan di Divisi Operasional)

0 44 110

Analisis Rasio Likuiditas Pada Laporan Keuangan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

9 158 60

Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Leverage, Aktivitas dan Ukuran Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index Periode 2011 – 2015)

1 5 126

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2014)

0 6 21

PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan perbankan yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014).

0 6 16

PENDAHULUAN Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan perbankan yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014).

0 4 8

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN LEVERAGE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Sektor Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011).

1 5 15

SISTEM PENGELOLAAN AKUNTANSI PIUTANG TERHADAP LIKUIDITAS PERUSAHAAN (Studi Kasus PT Barata Indonesia (persero)) SKRIPSI

0 0 17