harus melakukan improvement dari realisasi tersebut agar dapat mencapai sasaran atau target dalam pencapaian Collecting Period COP. Sebagaimana diterapkan
dalam proyek dan rencana kerja unit untuk kinerja. Akuntansi unit harus sering melakukan kordinasi dengan pengawasan kredit Administrasi Pelayanan
Pelanggan untuk dapat mengakuntabilitas dari penyajian saldo piutang listrik yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Berikut data mengenai penilaian
dan rincian piutang selama 5 periode yaitu dari tahun 2006 sampai dengan 2010. Proyeksi trend Rasio Periode Penagihan Rata-Rata PT PLN untuk empat
4 periode ke depan disajikan pada Tabel 7 berikut :
Tabel 7. Hasil Proyeksi Trend Periode Penagihan Rata-Rata
Tahun Periode
Peramalan 2011
Periode 3 Bulan yang berakhir 31 Maret 14,1332 hari
Periode 6 Bulan yang berakhir 30 Juni 13,7344 hari
Periode 9 Bulan yang berakhir 30 September 13,3468 hari
Tahun yang berakhir pada 31 Desember 12,9702 hari
Kecenderungan pada proyeksi trend Periode Penagihan Rata-Rata pada empat 4 periode ke depan adalah menurun. Hal ini seiring dengan proyeksi trend kenaikan
rasio perputaran piutang yang akan diiringi dengan penurunan jumlah hari dalam melakukan penagihan.
4.14 Analisis Likuiditas
Analisis Likuiditas digunakan untuk mengetahui gambaran tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban utang lancarnya yang
sudah ataupun yang akan jatuh tempo. Selain itu analisis ini juga dapat menunjukkan bagaimana posisi keuangan dalam jangka pendek. Nilai rasio
likuiditas dipengaruhi oleh komponen-komponen yang terdapat pada aset lancar dan kewajiban lancar perusahaan. Pengukuran tingkat Likuiditas PT PLN Persero
menggunakan rasio lancar dan rasio kas. Ringkasan perkembangan rasio likuiditas selama periode 2006-2010 dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut :
Tabel 8. Analisis Likuiditas Periode Tahun 2006-2010 PT PLN Persero
KOMPONEN 2006
2007 2008
2009 2010
Rata-rata Rasio Lancar
104,05 107,29 76,44 98,12 81,60 93,50
Rasio Kas 46,82
40,45 15,71 34,59 35,64 34,64
Rasio Likuiditas 75,44
73,87 46,08 66,36 58,62 64,07
Sumber : laporan keuangan diolah
Rata-rata Rasio Likuiditas selama lima tahun terakhir adalah sebesar 64,07 persen, dimana nilai tersebut hasil bagi setelah kedua rasio, rasio lancar dan rasio
kas dijumlahkan. Meliputi rasio lancar 93,50 persen dan rasio kas sebesar 34,64 persen. Nilai rasio lima tahun terakhir yang sebesar 64.07 ini menggambarkan
kemampuan PT PLN Persero untuk setiap Rp100,00 kewajiban lancarnya dapat dijamin dengan aset lancarnya sebesar Rp64,07. Dari Rasio Likuiditas terlihat
perusahaan tidak cukup likuid karena untuk setiap tahunnya perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban lancarnya dengan aktiva yang dimiliki perusahaan dan
angka rasio likuiditas ini berada dibawah 200 persen. Nilai 200 persen mengacu pada aturan umum yang biasa dipakai, jika rasio likuiditas 2:1 atau lebih baik lagi
maka perusahaan cukup baik secara keuangan, sementara rasio dibawah 2:1 menujukkan peningkatan risiko likuiditas. Aturan 2:1 ini menunjukkan bahwa
tersedia asset lancar Rp2 untuk setiap Rp1 kewajiban lancar atau jika dipandang dari sudut lain, nilai asset lancar pada saat likuidasi dapat turun hampir sebesar 50
persen dan perusahaan masih dapat melunasi kewajiban lancar. Sumber likuiditas PT PLN Persero terutama diperoleh dari arus kas masuk
aktivitas usaha dan pendanaan. Perusahaan dan anak perusahaan telah membentuk kerangka kerja manajemen risiko likuiditas yang sesuai untuk pengelolaan dana
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang dan persyaratan likuiditas manajemen. Perusahaan dan anak perusahaan mengatur risiko likuiditas dengan
mempertahankan cadangan yang memadai, fasilitas perbankan dan fasilitas cadangan pinjaman, dengan terus memantau perkiraan dan arus kas aktual, dan
mencocokkan profil jatuh tempo aset keuangan dan kewajiban.
a. Rasio Lancar Current Ratio