Perkembangan Harga Jual Domestik CPO

90 Gambar 4.4. Perkembangan Nilai Tukar US terhadap Rupiah Nilai tukar, tampaknya mengalami fluktuasi Gambar 4.4. Pada tahun 1998, Nilai Tukar di Sumatera Utara berkisar antara Rp 10.000,00, lalu menurun menjadi Rp 7.000,00 – Rp 8.000,00 tahun 2000 lalu naik lagi sampai Rp 10.000,00 pada tahun 2009 dan mengalami penurunan sedikit sampai sebesar Rp 9.283,00 pada tahun 2010.

4.2.5. Perkembangan Harga Jual Domestik CPO

Dari berbagai aspek ekonomi, harga merupakan salah satu aspek penting yang perlu mendapat perhatian. Pentingnya harga terutama ditingkat petani produsen dengan tetap melindungi konsumen, dilakukan oleh pemerintah di berbagai negara melalui kebijakan intervensi. Secara umum tujuan kebijakan pemerintah di bidang harga adalah untuk mencapai salah satu atau kombinasi dari beberapa hal seperti membantu meningkatkan pendapatan petani, melindungi Universitas Sumatera Utara 91 petani kecil untuk tetap memiliki insentif, mengurangi ketergantungan impor dan sebagainya. Harga CPO di dalam negeri sangat ditentukan oleh keadaan harga di Kuala Lumpur dan Rotterdam. Harga CPO di Rotterdam sangat terkait dengan situasi permintaan dan penawaran minyak kedelai sebagai bahan substitusi penting minyak goreng asal kelapa sawit. Produk akhir yang paling menentukan gejolak harga dalam indutri kelapa sawit adalah harga minyak goreng. Harga minyak goreng merupakan acuan utama bagi harga CPO, selanjutnya harga CPO merupakan acuan utama bagi harga TBS. Untuk menghindari pengaruh negatif perubahan dunia, Pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan harga TBS yang diharapkan dapat melindungi petani. Kebijakan Pemerintah dalam menentukan harga TBS akan mempengaruhi kemampuan petani kelapa sawit untuk berproduksi. Harga TBS ditentukan berdasarkan harga ekspor FOB minyak kelapa sawit. Hal ini berarti kemampuan petani kelapa sawit dalam berproduksi sangat tergantung pada perekonomian dunia. Tabel 4.6. Perkembangan dan Pertumbuhan Harga Jual Domestik Tahun 1985 sd Tahun 2010 Tahun Harga Domestik RpTon Persentase Pertumbuhan 1985 412000 - 1986 667000 61.89 1987 712000 6.75 1988 756000 6.18 1989 836000 10.58 1990 952000 13.88 1991 1206000 26.68 1992 1133000 -6.05 1993 1252000 10.50 1994 1521000 21.49 1995 1533000 0.79 1996 1754000 14.42 1997 1855000 5.76 1998 2073000 11.75 Universitas Sumatera Utara 92 1999 2079000 0.29 2000 1727000 -16.93 2001 2573000 48.99 2002 3447000 33.97 2003 3132000 -9.14 2004 3250000 3.77 2005 3360000 3.38 2006 4540000 35.12 2007 7170000 57.93 2008 7890000 10.04 2009 8310000 5.32 2010 9670000 16.36 Sumber: Badan Pusat Statisti Untuk menghindari pengaruh negatif perubahan dunia, Pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan harga TBS yang diharapkan dapat melindungi petani. Harga Tandan Buah Segar TBS Sumatera Utara ditetapkan oleh Dinas Perkebunan Sumatera Utara, sehingga petani memiliki kepastian harga. Adapun perkembangan harga TBS Sumatera Utara dari tahun 1998 sampai tahun 2010 dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa harga TBS Sumatera Utara mengalami penurunan harga antara tahun 2000 – 2001 dan mulai meningkat pada tahun 2004 meskipun ada penurunan pada bulan-bulan terakhir namun harga sedikit demi sedikit mulai meningkat dan mencapai harga tertinggi pada tahun 2010. Universitas Sumatera Utara 93 Gambar 4.5. Perkembangan Harga Jual Domestik 4.2.6. Perkembangan Harga Jual Ekspor CPO Indonesia adalah negara net-exporter minyak sawit, tetapi dalam keadaan mendesak Indonesia juga mengimpor minyak sawit. Negara tujuan utama ekspor minyak sawit Indonesia adalah Eropa Barat, India, Pakistan, Cina, dan Jepang. Produk yang diekspor adalah minyak olahan tahap awal seperti RBD palm oil, CPO, dan beberapa produk oleokimia. Secara umum, ekspor minyak sawit Indonesia 1988-2000 meningkat dengan laju 13,5 tahun. Pergerakan harga minyak sawit di pasar internasional ditransmisikan ke pasar domestik border price dan whole sale price melalui mekanisme pasar. Secara umum pergerakan harga minyak sawit domestik searah dengan perkembangan harga minyak sawit di pasar internasional. Selain itu, harga minyak sawit juga mempunyai fluktuasi musiman. Dalam semester 1, harga pada bulan Januari biasanya adalah paling Universitas Sumatera Utara 94 tinggi kemudian turun melandai dalam Februari sampai Mei. Dalam semester 2, penurunan harga yang paling tajam terjadi pada Mei-JuliAgustus dan naik sampai dengan bulan Januari. Sumatera Utara tersohor karena luas perkebunannya. hingga kini, perkebunan tetap menjadi primadona perekonomian propinsi. Perkebunan tersebut dikelola oleh perusahaan swasta maupun negara. Sumatera Utara menghasilkan karet, coklat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau. Beberapa instrumen kebijakan harga dalam rangka melindungi petani produsen yang umum dilakukan pemerintah adalah melalui penetapan harga tertinggi-terendah dan atau harga pembelian pemerintah, penetapan waktu dan atau volume impor, pengaturan volume stock cadangan pemerintah dan pelepasan stock ke pasar, dan penetapan larangan ekspor. Tabel 4.7. Perkembangan dan Pertumbuhan Harga Jual Ekspor Tahun 1985 sd Tahun 2010 Tahun Harga Ekspor USTon Persentase Pertumbuhan 1985 154 - 1986 176 14.29 1987 196 11.36 1988 212 8.16 1989 213 0.47 1990 201 -5.63 1991 242 20.40 1992 316 30.58 1993 327 3.48 1994 401 22.63 1995 452 12.72 1996 631 39.60 1997 784 24.25 1998 1163 48.34 1999 864 -25.71 2000 741 -14.24 Universitas Sumatera Utara 95 2001 602 -18.76 2002 636 5.65 2003 744 16.98 2004 625 -15.99 2005 718 14.88 2006 1230 71.31 2007 825 -32.93 2008 875 6.060 2009 932 6.51 2010 1283 37.66 Sumber: Badan Pusat Statistik Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, akan tercipta suatu hubungan ekonomi yang saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan jasa akan membentuk perdagangan antar bangsa. Perdagangan internasional merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara. Suatu negara dapat mengekspor barang produksinya ke negara lain apabila barang tersebut diperlukan negara lain. Faktor yang lebih penting lagi adalah kemampuan dari negara tersebut untuk mengeluarkan barang-barang yang dapat bersaing dalam pasaran luar negeri. Mutu dan harga barang yang diekspor tersebut haruslah sama baiknya dengan yang diperjualbelikan dalam pasaran luar negeri lainnya. Universitas Sumatera Utara 96 Gambar 4.6. Perkembangan Harga Jual Ekspor Tahun 1985 sd Tahun 2010 Kelapa sawit merupakan bahan baku bagi produk akhir berupa minyak goreng, yang harganya sangat tergantung pada harga bahan baku minyak goreng yaitu kelapa sawit dan harga dari minyak goreng sendiri yang merupakan produk akhir Shamsudin et al., 1988. Dengan demikian, harga CPO dipengaruhi oleh harga kelapa sawit dan harga minyak yang menjadi substitusi minyak goreng kelapa sawit dalam penelitian ini, minyak yang menjadi substitusi minyak goreng kelapa sawit adalah minyak kelapa. Harga minyak goreng kelapa sawit diperkirakan berhubungan negatif, sementara harga minyak kelapa diperkirakan berhubungan secara positif terhadap harga CPO. Harga produk minyak kelapa sawit CPO, tampaknya mengalami fluktuasi Gambar 4.6. Pada tahun 1998, harga CPO di Sumatera Utara berkisar antara Rp 2000,00 – Rp 3000,00, lalu menurun menjadi Rp 1.700,00 tahun 2007 lalu naik lagi sampai Rp 7.152,00 per kg. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa Universitas Sumatera Utara 97 harga CPO tahun 1998 mengalami kenaikan mulai Januari sampai Desember, sementara tahun 1999 dan 2000 ada sedikit penurunan, kemudian di tahun 2004 juga masih ada penurunan harga namun pada tahun-tahun sesudahnya mulai menaik dan harga terus mengalami kenaikan pada tahun 2010.

4.2.7. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Pinjaman Sektor Pertanian